Jurnalistika
Loading...

LIFE

6 Skill Utama Kerja Jadi Social Media Specialist, Kurang Satu Bisa Fatal

Pastikan kamu sudah mengetahui skill utama Social Media Spesialist sebelum melamar, meskipun hanya dasarnya saja.

  • Ananda Nova

    04 Nov 2024 | 09:45 WIB

    Bagikan:

image
Social Media Spesialist harus menguasai banyak skill. (Pexels/Tracy Le Blanc)

Social Media Specialist (SMS) jadi salah satu profesi yang banyak diburu di era digital ini. Alasannya karena media sosial udah jadi ruang utama buat brand berinteraksi langsung sama audiens.

Pekerjaan SMS nggak sekadar posting foto keren atau bikin caption catchy. Ada skill-skill khusus yang harus dikuasai biar konten yang dihasilkan impactful dan bisa bikin brand “viral” dengan cara yang positif.

Secara sederhana seorang social media specialist sebenarnya adalah orang yang bertanggung jawab untuk merancang, mengelola, dan memaksimalkan kehadiran sebuah brand atau perusahaan di media sosial.

Tugasnya termasuk merancang strategi media sosial, memikirkan ide kreatif untuk menarik audiens, serta memahami tren dan algoritma platform seperti Instagram, X, Facebook, dan lainnya.

Social Media Specialist juga sering bekerja sama dengan tim pemasaran atau desain untuk memastikan pesan dan tampilan brand konsisten di media sosial.

Yuk, intip 6 skill yang wajib dimiliki seorang Social Media Specialist. Kurang satu aja bisa bikin performa kerja kamu nggak maksimal, lho!

1. Kemampuan Menulis yang Kuat

Social Media Specialist harus punya kemampuan menulis yang jempolan. Kamu bukan cuma nulis caption biasa, harus bisa juga bikin tulisan yang relate, engaging, dan pastinya sesuai sama brand voice.

Kemampuan storytelling di sini penting banget, karena audiens biasanya lebih tertarik dengan konten yang bisa “ngobrol” sama mereka daripada sekadar hard-selling.

Contohnya, saat membuat caption untuk produk makanan, jangan cuma nulis “Nikmati rasanya yang lezat!” tapi coba cerita pendek tentang pengalaman menikmati produk tersebut.

Misalnya, “Bayangin pagi-pagi sambil ngeteh, ditemani si manis yang lembut di gigitan pertama…” Ini bakal lebih terasa personal dan bisa meningkatkan interaksi.

Kalau kamu nggak punya skill menulis yang kuat, konten bisa terasa datar, kurang menarik, atau bahkan bikin audiens salah paham dengan pesan yang ingin disampaikan.

Konten yang nggak engaging otomatis nggak akan menghasilkan interaksi tinggi, sehingga performa akun media sosial bisa stuck.

2. Kemampuan Analisis Data

Menjadi Social Media Specialist memang dituntut menjadi kreatif, tapi juga harus pintar dalam analisis data. Media sosial punya insight dan analytics yang ngasih informasi soal performa konten kamu, mulai dari reach, engagement rate, sampai profil audiens.

Kamu harus bisa menganalisis data ini untuk tahu konten mana yang efektif dan mana yang perlu di-improve. Menguasai analisis data, kamu bisa mengidentifikasi tren atau pola tertentu yang bisa jadi acuan untuk strategi konten selanjutnya.

Misalnya, kalau konten video mendapat engagement lebih tinggi dari konten gambar, berarti kamu bisa fokus pada pembuatan konten video untuk meningkatkan performa.

Tanpa kemampuan analisis data, kamu bakal susah menentukan strategi yang tepat. Kamu bisa aja terus bikin konten yang ternyata nggak efektif, membuang-buang waktu, tenaga, dan budget.

3. Pemahaman Platform Media Sosial

Setiap platform media sosial punya karakteristik yang beda. Instagram cenderung visual, X lebih kuat di percakapan, LinkedIn fokus pada konten profesional, sementara TikTok berbasis video pendek dan tren.

Sebagai Social Media Specialist, kamu harus tahu perbedaan ini dan memahami cara kerja setiap platform. Nggak semua konten cocok buat di-post di semua platform.

Kamu perlu tahu kapan harus menggunakan Instagram Reels atau kapan harus fokus pada thread di Twitter. Pemahaman platform yang baik bikin kamu bisa lebih tepat sasaran dalam membuat dan menyesuaikan konten.

Tidak memiliki pemahaman platform, konten yang kamu buat bisa jadi nggak sesuai dengan target audience. Misalnya, kamu membuat konten yang serius di TikTok, padahal platform tersebut lebih cocok buat konten yang ringan dan fun. Alhasil, engagement yang didapat bisa rendah.

4. Kreativitas Tinggi

Sekarang di media sosial, konten yang kreatif adalah kunci utama. Kreativitas di sini bukan cuma soal ide konten, tapi juga cara penyampaian pesan.

Audiens lebih suka konten yang segar, unik, dan nggak pasaran. Kamu perlu terus menerus mencari cara kreatif biar brand bisa menonjol di tengah persaingan konten yang ketat.

Cobalah bereksperimen dengan berbagai format seperti infografik, video pendek, atau animasi. Gunakan juga tren atau meme yang lagi viral, asalkan sesuai dengan brand image.

Konten yang kreatif nggak cuma bikin audiens tertarik, tapi juga bisa membangun loyalitas audiens terhadap brand. Kalau tidak punya kreativitas, konten bakal terasa monoton dan membosankan.

Audiens bisa jadi nggak tertarik buat stay di akun brand kamu, bahkan mungkin unfollow karena merasa konten kurang menarik atau relevan.

5. Skill Manajemen Waktu dan Proyek

Bekerja sebagai Social Media Specialist biasanya nggak cuma ngurus satu konten saja. Ada kalender konten yang harus disusun, konten yang harus disiapkan, jadwal posting, hingga engagement yang harus dipantau.

Tanpa manajemen waktu dan kemampuan mengatur proyek yang baik, kamu bisa kewalahan dengan semua tugas ini. Untuk mempermudah, kamu bisa menggunakan tool seperti Trello, Asana, atau Google Calendar untuk membantu mengatur jadwal dan deadline.

Memperhatihkan manajemen yang baik, kamu bisa lebih terorganisir dan menghindari lupa posting atau malah melewatkan deadline penting.

Sebaliknya jika mengabaikan, jadwal posting bisa berantakan dan memengaruhi ritme interaksi dengan audiens. Brand yang sering telat atau jarang posting bisa terlihat kurang profesional dan mengurangi kepercayaan audiens.

6. Kemampuan Menjaga Interaksi dengan Audiens

Sama pentingnya dengan yang sebelumnya, audiens butuh perhatian. Mereka ingin tahu kalau brand benar-benar peduli dan mendengarkan feedback mereka. Karena itu, Social Media Specialist harus bisa membangun dan menjaga interaksi yang baik dengan audiens.

Tanggapi komentar, balas DM, atau bahkan buat sesi Q&A yang bikin audiens merasa dilibatkan. Selain itu, interaksi yang baik juga bisa membantu brand menangani situasi krisis atau feedback negatif. Dalam hal ini, kamu harus bijak dalam merespons dan tetap menjaga citra brand.

Tanpa skill interaksi, brand bisa terlihat “dingin” atau bahkan dianggap nggak peduli sama audiensnya. Hal ini bisa bikin brand kehilangan loyalitas audiens dan mungkin menimbulkan reputasi buruk di media sosial.

Itulah enam skill yang sangat penting dikuasai seorang social media specialist. Kamu setidaknya punya pemahaman sedikit semuanya, karena bisa fatal jika mengabaikan.


  • Ananda Nova

    Memaknai untuk jadi bermakna

Jurnalistika Community adalah platform terbuka untuk menulis. Semua konten sepenuhnya milik dan tanggung jawab kreator. Pelajari Selengkapnya.

Artikel lain dari Ananda

    Kamu suka artikel dari penulis ini? Lihat lagi yang lainnya dari Ananda Nova

    Rekomendasi