jurnalistika.id – Harga kedelai yang meroket telah membuat banyak pengrajin tempe mogok produksi berdampak pada nasib penjual eceran tempe di kawasan pasar tradisional Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).
Salah satu pengecer di pasar Ciputat, Jumadi, merasakan betul dampak hilangnya tempe di pasaran. Ia mengaku sudah tidak berjualan terhitung sejak para pengrajin tempe berhenti produksi.
Selain itu, Jumadi juga mengaku belum mengetahui sampai kapan ia libur berjualan tempe dari Pasar tersebut.
Baca juga: Tempe Kosong, Disperindag Tangsel Minta Pengrajin Naikan Harga
“Kami pengecer sangat bingung, Mas. Apa yang harus kami lakukan sebagai pedagang kecil,” ungkap Jumadi kepada wartawan Jurnalistika.id, Rabu (23/02/2022).
Jumadi menjelaskan, adapun yang berjualan, mereka menaikkan harga tahu dan tempe di pasar Ciputat bisa mencapai 50 persen.
“Harga tahu tempe bisa 50% naiknya, Mas. Harga kalau saat ini tak terkendali, karena banyak produsen yang mogok produksi,” jelasnya.
Jumadi mengaku tidak bisa mengikuti anjuran dari pemerintah yang meminta pengecer kecil sepertinya menaikkan harga jual. Dia mengatakan, rata-rata pelanggan yang membeli tempenya untuk kembali dijual.
Dia bahkan mengaku, jika pelanggannya yang penjual gorengan sampai berhenti berjualan.
“Kita tidak bisa juga mas menaikan harga karena konsumen sendiri kan juga rata-rata untuk berdagang lagi. Gorengan dan warteg, Mas. Bahkan langganan penjual gorengan sekarang enggak jualan,” ungkapnya.
Baca juga: Siap-Siap Langka! Pengrajin Tempe di Depok Mogok Produksi
Selama harga kedelai belum terkendali, Jumadi berkata, sudah melakukan segala cara untuk dapat menafkahi diri dan keluarga.
Dia berharap, pemerintah segera membuat kebijakan untuk kembali menstabilkan harga kedelai di pasaran sehingga dirinya dapat kembali berjualan.
“Gimana caranya lah mas, untuk menyambung hidup. Sambil menunggu kebijakan dari pemerintah supaya harga bisa stabil lagi,” pungkasnya. (Red)