jurnalistika.id – Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) meminta pengrajin tempe untuk menaikkan harga jualnya ketimbang mogok produksi akibat harga kedelai yang mahal.
Hal itu merespon kosongnya stok komoditas tempe di pasar-pasar tradisional di kota tersebut.
Kepala Bidang Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PTKN) Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Tangsel, Ghazali Ahmad, mengajak para perajin tahu dan tempe untuk kembali beraktifitas.
“Imbauanya untuk tidak usah mogok. Enggak masalah menaikan harga (jual) dari pada mogok,” kata Ghazali, Senin (21/2/22).
Seperti diketahui, pengrajin tempe mogok produksi akibat harga kedelai impor yang tidak terkendali.
“Harga kami naikin pembeli mengeluh, ukuran kami kecilkan juga mendapat keluhan pembeli akibatnya tempe yang kami jual mengalami penurunan omzet karena pembeli mulai berkurang,” tutur Rasjani, salah satu pengrajin Tempe asal Kota Depok, Senin (21/2/22).
Baca juga: Siap-Siap Langka! Pengrajin Tempe di Depok Mogok Produksi
Untuk itu, Disperindag Tangsel mengaku tidak bisa berbuat banyak. Tingginya harga bahan baku tempe memicu aksi mogok pengrajin tahu dan tempe yang terjadi di daerah tersebut.
“Kedelai ini 90 persen impor, jadi ketentuan ini mengikuti kebijakan Pemerintah Pusat. Kita enggak bisa mengatur harga, jadi kita memang pengawasan, imbauan seperti itu,” ucap Ghazali.
Sementara itu, Mugiono, perajin tempe di sentra kampung tempe, Kedaung, Ciputat, mengaku sudah kehabisan cara untuk mendulang rejeki dari mengolah kedelai impor menjadi tempe.
“Yang untung yang jual kedelai, yang punya uang. Yang bikin tempe sudah kehabisan akal karena harga bahan bakunya naik terus,” katanya seperti Dikutip Medcom.id, Senin (21/2/22). (Red)