Jurnalistika
Loading...

Pasangan Ini Menikah Tanpa Pacaran, Kini Miliki Aset 1 Milyar

  • Ratu Masrana

    05 Apr 2022 | 22:30 WIB

    Bagikan:

image

Ilustrasi pernikahan (dok: Khadija Yousaf/Unsplash)

jurnalistika.id – Menikah tidak selalu harus melalui proses pacaran. Bahkan, orang tua kita banyak yang menjodohkan anaknya dan langggeng-langgeng saja sampai sekarang. Meski mereka tidak kenal satu sama lain sebelumnya, namun ajaibnya, anak mereka banyak dan mereka hidup rukun sampai kakek-nenek.

Terkait dengan pernikahan, Islam mengenal istilah taaruf sebagai salah satu jalan untuk menuju pernikahan. Jadi, pasangan yang akan menikah, terlebih dulu mengenal calonnya melalui proses taaruf. Proses ini bertujuan agar pasangan yang hendak menikah lebih memahami siapa yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak.

Tak hanya itu, proses taaruf juga bertujuan untuk mengetahui visi misi hidup dari pasangan. Hal ini penting agar masing-masing individu bisa ‘menakar’ sejauh mana pasangan tersebut cocok untuk dirinya dan keluarganya.

Salah satu dari sekian banyak pasangan muslimah yang menikah tanpa pacaran, salah satunya Yeni Maryamah. Wanita pendiam yang akrab dengan sebutan Neng ini, menikah tanpa melalui pacaran.

kisah pasangan yang menikah tanpa pacaran
Neng bersama anaknya (dok: Ratu)

“Sebenarnya, suami saya masih ada kaitan sodara. Jadi, jauh sebelum menikah saya sudah mengenalnya. Tapi ngga pernah kepikir, dia akan jadi jodoh saya kelak,” ujar Neng.

Di samping itu, ia juga menikah di usia yang sangat muda yakni 17 tahun. Selanjutnya, sudah bisa ditebak, pasti tidak mudah menjalani rumah tangga di usia muda.

“Suka duka merit mah banyak. Tapi banyak sukanya, kok. Modal haqqul yaqin aja sama Allah. Saya yakin rejeki mah udah ada yang ngatur. Yang penting tetap usaha, syukur dan menjadikan Allah nomor satu.” paparnya.

Baca juga: Kisah Pak Udin, Pedagang Asongan yang Kini Jadi Doktor Unpam

Kalimat yang meluncur dari mulutnya memancing rasa penasaran saya. Akhirnya, obrolanpun bergulir, 19 Maret lalu, saat saya menyambangi rumahnya.

“Awalnya sedih, karena tidak mempersiapkan bekal rumah tangga dengan baik. Kami sempat mengalami kekurangan di awal-awal pernikahan kami. Bahkan, kami sempat tidak bisa bayar sewa rumah, di permulaan rumah tangga ini,” ujarnya sembari menyuguhkan es cendol kepada saya.

Belum lagi untuk urusan anak. Minimnya ilmu pengetahuan terutama seputar psikologis anak membuat Neng perlu banyak belajar dan bertanya.

“Anak tu karakternya beda-beda. Jujur, kadang kesulitan juga ngadepinnya. Apalagi kalo udah berebut mainan. Saat ini si sulung 5 tahun dan si kecil 2 tahun. Akhirnya, saya coba pahami karakternya dan lebih persuasif.”

Meski begitu, wanita kelahiran 24 Januari 1999 ini tidak pernah menyesali keputusannya.

“Ngga nyesel. Ngga sama sekali. Nikah muda tu bagus. Nanti, kita belum tua tapi anak-anak sudah bisa mandiri. Jadi kita bisa fokus ibadah. Sebenarnya nikah juga ibadah, bagusnya, karena menikah saat masih muda, kesempatan dapet pahalanya juga lebih banyak,”ungkap Neng.

Menikah Tanpa Pacaran, Calon Bukan Orang Kaya

Neng pun melanjutkan ceritanya.

“Pas lamaran, calon suami memberi saya uang tiga juta rupiah. Uniknya, ketika mau balik lagi ke Depok, ia pinjem lagi uang itu 200 ribu karena ngga punya ongkos,” kata Neng sambil tertawa.

Penyuka warna pink ini menyadari, bahwa saat itu sang kandidat yang akan membawanya berlayar menuju samudera pernikahan bukanlah sultan. Kendati demikian, langkah Neng tidak surut.

Akhirnya, 23 Juli 2015, Neng menikah dengan suaminya, Muhammad Kurtubi Al Ayubi yang berusia 22 tahun. Acara mereka sangat sederhana. Ia dan keluarganya hanya mengundang orang terdekat dan seputaran keluarga saja. Resepsi yang jauh dari kata megah itu diselenggarakan di Tasikmalaya kemudian di Depok.

Saat itu, Neng mengaku sangat bahagia. Meski ia tidak tahu, bagaimana menjalani kehidupan perkawinannya kelak.

Dua bulan kemudian, sehari setelah menggelar resepsi pernikahannya di Depok,  ayah mertuanya harus berpulang ke haribaan Ilahi. Peristiwa ini sangat memukul batin mereka, terutama suaminya. Mereka baru saja berbahagia dan ujian itu menerpa tanpa permisi.

Sebenarnya, pernikahan dini antara Neng dan suaminya, merupakan amanat sang ayah mertua. Sebelum meninggal, ayah mertunya itu, sangat ingin, anaknya-yang kini menjadi suami Neng, mengakhiri masa lajangnya. Siapa sangka, jika itu ternyata keinginan terakhir sang ayah sebelum menghadap Allah SWT.

Sempat Ngiler Ayam Goreng

Mulai dari nol. Itulah kondisi rumah tangga Neng dengan suaminya. Mereka saat itu baru merintis sebuah usaha – jualan pulsa. Saat itu konternya baru 1 buah dan patungan pula dengan 3 orang temannya. Hal ini menyebabkan profit yang diperoleh pun harus dibagi tiga.

Tentu saja kondisi ini berpengaruh kepada uang belanja Neng.  Akibatnya, hari-hari mereka jalani dengan serba irit.

“Dulu tuh mau makan ayam aja susah. Seringnya makan tahu dan tempe, alhamdulillah. Kalo ngiler banget pengen makan ayam, mereka akan beli ceker atau kepala ayam. Kala itu, rasanya lezat banget sebagai pengganti ayam goreng yang biasa kita liat dijual di pinggir-pinggir jalan.”

Bagi Neng, kebahagiaan bukan terletak pada apa yang mereka makan. Lebih jauh dari itu, kebahagiaan adalah rasa penuh kesyukuran kepadaNya yang mereka ukir setiap harinya.

Saat itu, Neng dan suaminya lebih memilih membangun bisnis mereka agar bertumbuh dan berkembang. Baginya, urusan makan urusan sekian.

Neng bersyukur, meski mereka saat itu masih sangat muda sebagai pasangan suami istri, mereka bisa sejalan dan harmonis mewarnai lukisan rumah tangga mereka. Penyuka somai ini meyakini, hanya Allah saja yang memudahkan urusan hati dan jiwa mereka hingga bisa bertaut satu sama lain dengan penuh cinta karenaNya.

Belajar Dari Ibu

Satu tahun setelah menikah, anak pertama Neng lahir. Tanpa pengalaman mengurus anak sebelumnya, Neng sempat bingung mengurus bayi mungilnya itu. Alhamdulillah, ibunya dari kampung datang menemaninya selama dua bulan dan mengajarkan semua hal terkait anak manusia yang baru bisa menyusui dan menangis ini.

Baca juga: Sad Ending, Drama Twenty Five Twenty One Bikin Penonton Kecewa

Di sini, menjadi ibu, menjadi istri, menjadi muslimah yang baik, seperti sebuah proses yang indah dengan kehadiran sang buah hati. Hari demi hari bagi Neng adalah proses belajar tanpa henti untuk menjadi lebih baik. Detik demi detik begitu berharga bagi wanita berkulit kuning langsat ini untuk terus belajar memaknai dan mencintai kehidupannya, dirinya dan keluarga kecilnya ini.

Selanjutnya, Neng mengaku tidak tahu kapan persisnya cinta kepada suaminya itu tumbuh, yang jelas, meski tanpa proses pacaran ala anak jaman now, ia merasa hatinya dipenuhinya cinta kasih pria yang menjadi ayah dari kedua anaknya.

“Saya menyayangi suami saya karena Allah. Dia sudah jodoh saya. Dia yang terbaik dari langit untuk saya. Alasan saya menerimanya adalah agamanya bagus dan dia dari keluarga baik-baik. Saya ngga punya alasan lain untuk menolaknya,”ucap Neng mantap.

Berkah Menikah Tanpa Pacaran

Man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan mendapatkannya. Akhirnya inilah episode manis perjuangan rumah tangga Neng. Gaya hidupnya yang sangat pas-pasan berbuah manis.

Setelah melewati jatuh bangun dan pahitnya berbisnis yang sempat ditikung oleh teman sendiri, mereka berhasil mengumpulkan asset senilai 1 milyar. Neng sangat bersyukur Allah titipkan rejeki yang sangat banyak pada rumah tangganya.

Saat saya tanya, apa yang menjadi harapannya, dengan rendah hati Neng berkata,

“Saya sadar, saya hanya lulusan SMP, tapi saya pingin sama suami, bisa membesarkan anak-anak kami menjadi generasi penghapal quran. Alhamdulillah anak kami yang sulung,  usia 4 tahun sudah hapal surah An Naba,” pungkasnya. (RM)

Kisah

kisah inspiratif

Menikah


Populer

Patrick Kluivert Resmi Jadi Pelatih Baru Timnas Indonesia
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami