Jurnalistika
Loading...

FOOD

5 Fakta Menarik Sagu, Makanan Pokok Asli Indonesia yang Tergeser Beras

Sagu adalah makanan pokok Indonesia sebelum diperkenalkan nasi oleh para pedagang India dan Tiongkok

  • Ganesha Adipradana

    28 Mar 2024 | 09:05 WIB

    Bagikan:

image
Pohon sagu. (Pexels/DEZALB)

Sagu adalah tanaman pokok asli Indonesia yang sering terlupakan dan memiliki sederet fakta penting yang mungkin masih jarang diketahui orang. Banyak yang berpikir bahwa sagu hanya sekadar makanan pokok Indonesia Timur. 

Namun nyatanya, sagu merupakan makanan pokok Indonesia yang sudah ada sejak lama bahkan di pulau Jawa sendiri. Pada masa permasalahan harga dan pasokan beras yang tak kunjung selesai saat ini, sagu sebetulnya bisa jadi pilihan untuk dikonsumsi.

Nah, agar lebih mengenal makanan ini, berikut telah dirangkum beberapa fakta menarik mengenai sagu.

1. Sagu merupakan Akar Kata dari Sego dan Sangu

image
Keindahan Pagoda (Pexels)

Banyak pendapat yang meyakini sagu merupakan makanan pokok Indonesia termasuk Pulau Jawa sebelum kedatangan nasi. Suku paling besar di Indonesia berasal di Pulau Jawa yaitu Suku Jawa dan Suku Sunda. Keduanya memiliki bahasa daerah yang berbeda meski beberapa kata agak mirip.

Nasi dalam Bahasa Jawa adalah "Sego", dan dalam Bahasa Sunda adalah "Sangu". Kedua kata itu memiliki kemiripan kata "Sagu".

Hal ini diperkuat bahwa nasi dan sagu merupakan makanan pokok. Jadi banyak pendapat yang meyakini bahwa Sagu merupakan makanan pokok Indonesia di Jawa sebelum kedatangan nasi.

2. Perubahan Nasi ke Sagu, Bukti Indonesia Sejak Dulu Memiliki Budaya FOMO

image
Pedagang yang sedang melakukan transaksi (Pexels)

Belakangan ini diperkenalkan sebuah fenomena masyarakat yang dinamakan Fearing of Missing Out (Fomo). Fomo merupakan sebuah fenomena perasaan kegelisahan takut ketinggalan akan sebuah infomasi, peristiwa, pengalaman atau keputusan hidup yang sedang trending yang tidak diketahuinya.

Apa hubungan Fomo dengan pergeseran pola makan pokok sagu ke padi di Indonesia?

Sagu sejak dulu dalam periode yang lama menjadi makanan pokok di Indonesia. Pergeseran pola makanan ini terjadi pertama kali dengan kedatangan pedagang India dan Tiongkok.

Indonesia pada masa itu melihat barang dagangan yang dibawa oleh India dan Tiongkok, salah satunya adalah beras. Bukannya bangga akan makanan pokok lokal Sagu dan memperkenalkannya pada pedangan Tiongkok dan India, justru makanan pokok sagu tergeser oleh nasi yang merupakan budaya makan asing. 

Pada masa Orde Baru, nasi sebagai makanan pokok nasional semakin menguat. Hal ini dikarenakan banyak PNS dan ABRI di masa itu mayoritas makan nasi menjadi Fomo bagi beberapa orang di Indonesia Timur.

3. Sagu merupakan Makanan Pokok Tinggi Serat dan Karbohidrat Kompleks

Sagu memiliki keunggulan jika dibandingkan nasi dalam hal kesehatan. Konsumsi nasi dalam jumlah yang tinggi memiliki dampak yang tidak baik pada kesehatan. Contohnya adalah Diabetes dan Obesitas.

Sagu kaya akan serat yang menjaga tubuh dari penyakit yang dapat disebabkan oleh konsumsi nasi dengan berlebihan. Serat ini memelihara pencernaan dan mencegah terjadi sembelit. 

4. Sagu Mudah Dibudidayakan Ketimbang Padi

Padi merupakan salah satu tanaman pokok yang rentang. Hal ini menjadi permasalahan sendiri bagi petani yang sering kali mengalami gagal panen. Selain itu, biaya pemeliharaan yang tinggi akan pupuk dan pengairan menjadi sulit makmur dalam budidaya padi di Indonesia.

Sagu yang merupakan tanaman asli Indonesia sudah jelas jagoan dalam cuaca dan iklim di Indonesia. Bahkan Sagu bisa tumbuh subur secara liar tanpa perlu membudidayakannya. Hal ini bisa mencegah terjadinya gagal panen maupun biaya pemeliharaan yang tinggi.

Indonesia memiliki potensi memberikan kemakmuran bagi petani jika saat ini makanan pokoknya adalah Sagu.

5. Papeda, Makanan Khas Papua Berbahan Utama Sagu

Meski makanan pokok nasional merupakan nasi. Sagu tetap menjadi makanan pokok yang eksis di beberapa daerah. Papeda merupakan contoh makanan pokok dengan Sagu sebagai bahan bakunya.

Papeda menjadi makanan khas Papua dan menjadi makanan kearifan lokal yang sangat dinikmati masyarakat lokal maupun nasional.  Sampai sekarang masyarakat Papua masih mengonsumsinya.


  • Ganesha Adipradana

    Tertarik di bidang pertanian, limbah, dan energi terbarukan

Jurnalistika Community adalah platform terbuka untuk menulis. Semua konten sepenuhnya milik dan tanggung jawab kreator. Pelajari Selengkapnya.

Artikel lain dari Ganesha

    Kamu suka artikel dari penulis ini? Lihat lagi yang lainnya dari Ganesha Adipradana

    Rekomendasi