Jurnalistika
Loading...

KOREA

Sejarah Dinasti Goryeo, Kerajaan yang Menjadi Cikal Bakal Lahirnya Korea

Dinasti Goryeo menjadi cikal bakal negara Korea. Gimana kisahnya? Mari kita bahas!

  • Caroline Rosewood

    20 Sep 2023 | 11:15 WIB

    Bagikan:

image
Gyeongbokgung, salah satu bangunan istana Korea. (Wikipedia)

Dinasti Goryeo adalah dinasti yang berkuasa di Semenanjung Korea dari tahun 918 hingga 1392 M. Dinasti Goryeo menggantikan Dinasti Silla dan sebelum Dinasti Joseon. Nama Goryeo juga menjadi asal nama modern Korea.

Dinasti ini menggabungkan Tiga Kerajaan Akhir Korea dengan menguasai Silla dan menumbangkan Baekje Akhir (Hubaekje) pada 935. Selama berkuasa hingga akhir abad ke-14, Dinasti Goryeo menghasilkan beberapa penemuan penting, seperti alat cetak pertama di dunia dan Tripitaka Koreana atau kitab suci Buddha yang diukir dalam 80.000 blok cetak kayu.

Perjalanan Dinasti Goryeo memiliki sejarah panjang hingga akhirnya runtuh karena adanya pemberontakan. Buat yang tertarik mengetahui kisah perjalanan dinasti ini, berikut telah dirangkum dari situs Korea.

1. Kisah awal dari Dinasti Silla dan pertikaian yang terjadi di internal

Sejarah berdirinya Dinasti Goryeo tidak bisa lepas dari Kekuasaan besar sebelumnya yaitu Dinasti Silla. Melansir dari situs Korea, pada akhir abad ke-8, Silla mulai mengalami pelemahan akibat pertikaian internal. Kemudian, pada abad ke-10, tokoh-tokoh kuat di tingkat lokal, seperti Gyeon Hwon dan Gungye, mulai mendirikan rezim pemerintahan independen mereka sendiri.

Gyeon Hwon mendirikan sebuah kerajaan yang dikenal sebagai Baekje pada tahun 892, dengan Wansanju sebagai pusat pemerintahannya, dan mengendalikan wilayah Jeolla-do dan Chungcheong-do. Sementara Gungye yang memiliki hubungan dengan keluarga kerajaan Silla, mendirikan Goguryeo di Songak (sekarang Gaeseong) pada tahun 901.

Dia menguasai wilayah Gangwon-do dan Gyeonggi-do. Dengan perluasan wilayahnya, reformasi sistem pemerintahan yang dilakukannya, dan pemindahan ibu kota ke Cheorwon, ia kemudian mengganti nama negaranya menjadi Taebong.

2. Fase berdirinya Dinasti Goryeo

Kemudian, Gungye kehilangan dukungan rakyatnya saat mencoba mengkonsolidasikan kekuasaannya atas para pemimpin lokal dan memperkuat klaimnya atas takhta. Pada tahun 918, ia akhirnya diusir oleh Wang Geon, seorang pemimpin lokal dari Songak.

Wang Geon mengganti nama negara menjadi Goryeo dan mengumumkan bahwa negara ini akan mewarisi warisan Goguryeo. Ia juga memindahkan ibu kota ke Songak.

Goryeo juga terus konflik dengan Baekje sambil secara aktif mempromosikan kebijakan untuk mengintegrasikan Silla. Pada tahun 935, penyatuan Silla dengan Goryeo terjadi secara damai. Setelah terjadinya persaingan di antara para pemimpin Baekje Gyeon Hwon akhirnya menyerah kepada Wang Geon pada tahun 936, sehingga Baekje juga jatuh ke tangan Goryeo.

Dengan demikian, Wang Geon berhasil menyatukan Tiga Kerajaan Akhir di Semenanjung Korea menjadi satu entitas yang disebut Goryeo. Pada masa inilah awal mula berdirinya dinasti kuat yang bernama Goryeo.

3. Era kepemimpinan dan kehidupan di masa Dinasti Goryeo

Goryeo mengadopsi Konfusianisme sebagai ideologi politiknya dan aktif membangun sistem pendidikan yang efisien, termasuk pendirian Gukjagam (lembaga pendidikan tinggi nasional) serta banyak hyanggyo (sekolah swasta lokal). Selain itu, agama Buddha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap masyarakat Goryeo secara keseluruhan.

Kerajaan mempraktikkan pendekatan yang lebih toleran terhadap penerimaan agama lain, yang dapat dilihat melalui pelaksanaan ritus seperti Yeondeunghoe (Festival Lentera Teratai) dan Palgwanhoe (Festival Delapan Sumpah). Dalam acara-acara ini, doa-doa dipanjatkan untuk memohon berkah, menggabungkan unsur-unsur sinkretis dari berbagai agama rakyat dan Buddha.

Goryeo juga terlibat dalam perdagangan internasional, menjalin hubungan dagang yang pesat dengan berbagai negara, termasuk Dinasti Song. Banyak pedagang yang datang dari Song, Asia Tengah, Arab, Asia Tenggara, dan Jepang melakukan perjalanan ke Byeongnando, pintu gerbang menuju ibu kota Gaeseong.

4. Invasi bangsa Mongol dan perlawanan Dinasti Goryeo

Pada awal abad ke-13, situasi di Tiongkok mengalami perubahan mendadak. Bangsa Mongol berhasil menaklukkan Dinasti Jin di Tiongkok dan memperluas pengaruh mereka hingga mencapai Semenanjung Korea. Mereka melakukan tujuh invasi ke Goryeo antara tahun 1231 sampai 1259.

Sebagai upaya untuk menghadapi serangan tersebut, dinasti Goryeo bahkan memindahkan ibu kotanya ke Ganghwa. Seluruh lapisan masyarakat, termasuk rakyat biasa dan budak pun ikut berperang melawan penjajah bangsa Mongol.

Pada tahun 1259, kedua pihak menandatangani perjanjian damai. Dinasti Yuan Tiongkok, yang didirikan oleh bangsa Mongol, setuju dengan enam syarat perdamaian yang diajukan Goryeo. Syarat-syarat tersebut mencakup jaminan keberlanjutan Dinasti Goryeo dan penarikan segera pasukan Mongol dari Semenanjung Korea.

Perjanjian ini menjadi buah dari perlawanan gigih Goryeo terhadap upaya bangsa Mongol untuk menjadikan Goryeo sebagai wilayah yang berada di bawah kendali mereka.

Walaupun telah ada perjanjian dengan bangsa Mongol, sebuah kelompok pasukan Goryeo yang dikenal sebagai Sambyeolcho tetap berjuang melawan. Mereka memindahkan basis operasi mereka dari satu tempat ke tempat lain, mulai dari Jindo hingga akhirnya ke Jejudo.

Perjuangan mereka berlanjut hingga tahun 1273. Selama periode 42 tahun ini, kampanye perlawanan mereka terhadap bangsa Mongol, yang saat itu merupakan kekuatan terkuat di dunia, menunjukkan tekad dan semangat gigih yang luar biasa.

5. Keruntuhan Dinasti Goryeo

Selama masa pemerintahannya yang berlangsung hingga tahun 1392, Dinasti Goryeo menghadapi berbagai tantangan, termasuk perlawanan terhadap penjajahan bangsa mongol. Pada akhir abad ke-14, Dinasti Goryeo mengalami keruntuhan akibat perang yang berkepanjangan dan pendudukan oleh Kekaisaran Mongolia.

Munculnya Dinasti Ming di Tiongkok juga memengaruhi situasi politik di Goryeo, yang akhirnya terpecah menjadi dua kekuatan politik. Kelompok reformis yang dipimpin oleh Jenderal Yi Seong Gye, yang didukung oleh Ming, bersaing dengan kelompok yang dipimpin oleh Jenderal Choe, yang mendapatkan dukungan dari Yuan di Tiongkok.

Pada tahun 1388, Jenderal Yi Seong Gye dan Jeong Do Jeon melakukan kudeta. Mereka menggulingkan penguasa Goryeo saat itu, Raja U atau Woo, dan menghapuskan pengaruh Jeong Mung Ju, pemimpin kelompok yang setia pada Goryeo.

Dengan demikian, Dinasti Goryeo runtuh, dan Dinasti Joseon kemudian didirikan oleh Yi Seong Gye. Ini adalah momen bersejarah yang mengakhiri Dinasti Goryeo dan membawa awal bagi Dinasti Joseon yang baru.