Jurnalistika
Loading...

RAGAM

5 Tradisi Memperingati Maulid Nabi di Berbagai Daerah Indonesia

Sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia, Indonesia punya tradisi unik Maulid Nabi, mari simak!

  • Alin Lestari

    25 Sep 2023 | 03:15 WIB

    Bagikan:

image
Tradisi Bungo Lado, Sumatera Barat. (indonesia.go.id)

Maulid Nabi merupakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang selalu diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Pada tahun 2023 ini, berdasarkan kalender Masehi Maulid Nabi bertepatan pada 26-27 September.

Sebagai negara yang memiliki penduduk mayoritas muslim dan bahkan menjadi negara dengan pemeluk Islam terbanyak di dunia, tidak mengherankan Indonesia mempunyai tradisi unik dalam memperingatinya. Berbagai tradisi ini bisa dijumpai di setiap daerah Indonesia, mulai dari pulau Jawa, Kalimantan, hingga Sumatera.

Berikut setidaknya ada lima tradisi yang selalu ditemukan setiap perayaan Maulid Nabi di daerah Indonesia.

1. Mengarak Bunga Lado Diiringi Alat Musik Tambua di Pariaman

Padang Pariaman, Sumatera Utara memiliki tradisi unik dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, dan bisa dibilang sangat berbeda dengan daerah lain. Karena dalam perayaan ini, masyarakat muslim di sana akan mengarak Bunga Lado ke mesjid.

Uniknya, saat prosesi tersebut Bunga Lado akan diiringi dengan musik menggunakan alat musik tradisional tambua tansa. Alat musik ini merupakan alat musik tradisional Minangkabau yang terdiri dari gendang tambua dan gendang tansa.

Sementara Bunga Lado adalah pohon ranting yang dihiasi uang dalam plastik yang melekat pada ranting-rantingnya, yang dilakukan oleh Nagari setiap merayakan Maulid Nabi dan diikuti oleh desa-desa di dalamnya. Nah, di Pariaman, setiap desa memiliki Bungo Lado masing-masing yang akan diarak menuju masjid dengan tujuan untuk bersedekah atau menyumbang kepada masjid.

2. Meuripee Tradisi Patungan untuk Masak-Masak di Aceh

Desa Lamglumpang, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh memiliki tradisi yang sangat unik dalam memperingati Maulid Nabi, orang di sana biasa menyebut Meuripee. Dalam tradisi ini masyarakat akan patungan (Meuripee) dalam membeli daging sapi dan keperluan lainnya.

Kemdian masyakarat Desa Lamglumpang akan bergotongroyong memasaknya, ada yang bertugas memotong sapi, dan juga menyiapkan bumbu. Setelah matang, warga pun akan menyantapnya bersama.

3. Grebek Maulud di Yogyakarta

Masyarakat Yogyakarta memiliki tradisi memperingati Maulid Nabi yang dikenal dengan sebutan Grebek Maulud. Pada acara ini, warga akan sangat antusias mengikutinya untuk berebut dua gunungan yang dibuat dari sumber hasil alam di daerah tersebut. Dua gunungan itu juga memiliki nama, yaitu gunungan jaler (laki-laki) dan gunungan estri (perempuan).

Gunungan jaler berisi hasil bumi seperti kacang panjang, wortel, terong, cabai, telur asin, dan klenyem (makanan terbuat dari singkong), sedangkan gunungan estri berisi intip (makanan terbuat dari nasi). Para abdi dalem dan sentana dalem Keraton Surakarta mengarak gunungan dari Kori Kamandungan menuju halaman Masjid Agung Surakarta.

4. Walima adalah tradisi lisan dzikir masyarakat Islam Gorontalo

Masyarakat muslim Gorontalo memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan menggelar tradisi walima, sebuah perayaan yang sudah menjadi warisan turun-temurun sejak era keberadaan kerajaan-kerajaan Islam di wilayah ini, bahkan dapat ditelusuri hingga abad ke-17. Tradisi walima ini diawali dengan lantunan Dikili, yaitu rangkaian dzikir lisan yang khusyuk terdengar di pelataran masjid.

Setiap rumah, persiapan khusus untuk menyajikan hidangan khas tradisional seperti kolombengi, curuti, buludeli, wapili, dan pisangi menjadi momen dinanti. Hidangan-hidangan ini akan dihias di atas tolangga, sebuah usungan kayu yang membentuk seperti perahu atau menara, memberikan sentuhan khas pada tradisi.

Prosesi pengantaran tolangga dari rumah ke masjid menjadi sorotan utama dan selalu dinantikan oleh masyarakat sebagai bagian penting dari perayaan Maulid Nabi yang penuh makna.

5. Kirab Ampyang, mengarak makanan dengan hiasan ampyang

Ampyang Maulid adalah tradisi Maulid Nabi yang diadakan di Indonesia, khususnya oleh masyarakat Desa Loram Kulon dan Desa Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Dalam upacara ini, masyarakat membawa tandu yang memuat nasi kepel yang dibungkus daun jati, buah-buahan, dan sayuran.

Gunungan ini kemudian diarak dalam tradisi kirab dan diberkati oleh tokoh-tokoh agama Islam terkemuka di Loram Kulon. Setelah acara tersebut, isinya dibagikan kepada seluruh warga setempat.


  • Alin Lestari

    Jangan pernah ragu dengan proses

Jurnalistika Community adalah platform terbuka untuk menulis. Semua konten sepenuhnya milik dan tanggung jawab kreator. Pelajari Selengkapnya.

Artikel lain dari Alin

    Kamu suka artikel dari penulis ini? Lihat lagi yang lainnya dari Alin Lestari

    Rekomendasi