jurnalistika.id – Sebentar lagi Idul Adha akan tiba, pada khutbah hari Jumat menjelang momen spesial bagi umat Islam ini alangkah lebih baiknya disampaikan dengan tema Hari Raya Haji.
Mengambil tema khutbah yang sesuai dengan Idul Adha, akan sangat pas ketika waktunya sudah hampir tiba. Sebab, bisa sekaligus mengingatkan jamaah untuk meningkatkan ibadah sebelum berkurban.
Berikut tiga contoh khutbah Jumat bertema Idul Adha yang singkat, padat, dan penuh hikmah yang sudah dikutip dari berbagai sumber:
Khutbah Pertama
الله أكبر (×9)
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أكبرُ وللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ حَاكِمَ الْحُكَّامِ، جَاعِلِ النُّوْرِ وَالظَّلَامِ، وَجَعَلَ هَذَا الْيَوْمِ عِيْدًا لِلْإِسْلَامِ، وَحَرَّمَ عَلَيْنَا الصِّيَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اَلَّذِى أَمَرَناَ بِذَبِيْحَةِ الْقُرْباَنِ، اِتِّبَاعًا لِسَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ الْأَنَامِ وَمِصْبَاحُ الظَّلَامِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ عَلَى مَمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَيَّامِ. أَمَّا بَعْدُ،
فيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ وَأَطِيْعُواهُ وَكَبِّرُوْهُ تَكْبِيْرًا.اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ.
Kaum muslimin wal muslimat, ‘aidin wal ‘aidat rahimakumullah.
Sejak kemarin terdengar gema takbir, tahmid, dan tahlil menyambut datangnya Hari Raya Idul Adha yang mubarak. Syukur Alhamdulillah, kita semua dapat berjumpa kembali dengan Hari Raya ini dalam keadaan sehat wal afiat. Langkah kaki kita menghadiri shalat ied ini merupakan bukti bahwa kita masih dikaruniai nikmat kesehatan dan keimanan, dua nikmat yang sangat besar sekali nilainya, tanpa bisa digantikan oleh selainnya. Semoga nikmat tersebut tetap kita peroleh sampai nyawa berpisah dari badan ini. Amin ya rabbal alamin.
Hari ini kita memasuki Hari Raya Idul Adha. Hari Raya ini dikatakan dengan Idul Adha karena pada hari raya ini dan tiga hari sesudahnya, atau disebut dengan Hari Tasyrik, kita semua diserukan untuk memotong hewan qurban yang merupakan bentuk ketundukan dan kepasrahan kita kepada Allah SWT Dzat Yang Kuasanya tiada terbilang dan tiada terhingga. Allah SWT berfirman:
فصل لربك وانحر
“Sembahyanglah kamu kepada Rabb-mu dan berqurban-lah” (QS. Al-Kautsar: 2)
Menurut Mazhab Imam Syafi’i, memotong hewan qurban itu hukumnya sunnah muakkadah, artinya sunnah yang dikuatkan, meskipun ada imam madzhab yang mewajibkannya. Meskipun hukumnya sunnah muakkadah, namun bagi orang mampu yang tidak berqurban maka Rasulullah mengingatkan dengan keras:
مَنْ كَانَ لَهُ سِعَةٌ فَلَمْ يُضْحِ فَلْيَمُتْ إِنْ شَاءَ يَهُوْدِيًّا أَوْ نَصْرَانِيًّا
“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan (berqurban) tetapi tidak melakukannya maka silakan mati dalam keadaan yahudi atau nasrani.” Dalam riwayat lain:
مَنْ كَانَ لَهُ سِعَةٌ فَلَمْ يُضْحِ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan (berqurban) tetapi tidak melakukannya maka janganlah mendekati tempat shalat kami.”
Oleh karena itu, sudah pada tempatnya kita sebagai orang yang mengaku beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya untuk memenuhi panggilan berqurban tersebut.
Kaum muslimin wal muslimat, ‘aidin wal ‘aidat rahimakumullah.
Pelaksanaan qurban yang dilakukan oleh umat Islam, selain sebagai bentuk kepatuhan dan kepasrahan kepada Allah serta sebagai upaya pendekatan diri kepada-Nya (taqarrub ilallah), juga ada hikmah yang berdampak kemashlahatan bagi umat manusia. Di antara hikmah yang bisa kita petik adalah:
Meneladani kesabaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimas salam dalam menerima cobaan dan ujianMenumbuhkan sifat kedermawanan, saling membantu (ta’awun), saling berkasih sayang (tarahum), dan terbinanya solidaritas sosial di kalangan umat IslamMenumbuhkan semangat berkorban di kalangan kaum muslimin pada khususnya.Hikmah pertama, yakni meneladani kesabaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimas salam dalam menerima cobaan dan ujian. Sebagaimana diceritakan dalam kitab suci Alquran bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam belum dikaruniai seorang anak sampai usianya lanjut sehingga beliau sangat ingin dikaruniai seorang anak dan senantiasa berdoa agar keinginan tersebut dikabulkan oleh Allah Ta’ala: رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِيْنَ“Wahai Tuhanku berilah aku putra yang shalih” (QS as-Shaffat: 100)
Akhirnya Allah SWT menjawab dan mengabulkan doa beliau setelah sekian lama. Namun setelah beliau memperoleh seorang putra dan putranya itu berumur antara 9–11 tahun, Allah SWT memintanya kembali untuk dijadikan qurban sebagai persembahan. Tidak mudah bagi seseorang yang sudah sekian lama mendambakan seorang anak, tapi setelah anak itu lahir dan di usia yang sedang lucu-lucunya, diperintahkan untuk mengorbankannya. Secara manusiawi perintah tersebut sulit sekali untuk dipenuhi.
Tapi Nabi Ibrahim tidaklah demikian. Perintah tersebut diterimanya dengan penuh ketaatan dan kepasrahan. Sikap tersebut muncul karena keimanan yang total kepada Allah Ta’ala, bahwa semua perintah-Nya tidak lain adalah untuk kemaslahatan umat manusia. Bahwa semua yang ada pada diri manusia tidak lain pada hakekatnya merupakan milik Allah. Apabila Allah memerintahkan untuk mengorbankannya, maka pada hakekatnya itu adalah mengembalikan sesuatu yang dititipkan ke umat manusia dikembalikan pada pemilik hakikinya.
Sebelum melaksanakan perintah tersebut, Nabi Ibrahim merundingkan pada anaknya yaitu nabi Ismail. Sebuah contoh mulia bagaimana orang tua memusyawarahkan dengan anaknya terhadap sesuatu keputusan yang akan berakibat dan berdampak pada anak tersebut.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!’ Ismail menjawab, ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’” (QS as-Shaffat: 102)
Ketika keduanya telah berserah diri pada perintah Allah dan Ibrahim telah membaringkan anaknya atas pelipisnya, Allah pun memanggilnya:
يَا إِبْرَاهِيمُ * قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Wahai Ibrahim, sungguh kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. as-Shaffat: 104-105)
Allah kemudian mengganti Nabi Ismail dengan seekor sembelihan yang besar yang telah disiapkan Allah Ta’ala.
فَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar” (QS as-Shaffat: 107)
Demikianlah keteladanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimas salam dalam menghadapi ujian. Kita sebagai umat Nabi Muhammad ﷺ sudah sepantasnya untuk mencontoh dan meneladaninya. Sebagai mana hadits yang menyatakan: تَخَلَّقُوا بِأَخْلاَقِ اللهِ
“Hendaklah kalian meneladani akhlak Allah.”
Karena semua yang diperintahkan Allah pasti berbuah kemaslahatan bagi umat manusia, maka hendaklah kita sebagai umat yang beriman untuk melaksanakan perintah tersebut dengan sepenuh hati. Keimanan tersebut harus dimulai dari diri pribadi, keluarga, dan lingkungan. Dengan demikian kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang shalih, keluarga yang shalih, dan lingkungan yang shalih, serta akan menjadi lingkungan yang mendapat ridha Allah SWT.
Hikmah kedua adalah menumbuhkan sifat kedermawanan, saling membantu (ta’awun), saling berkasih sayang (tarahum), dan terbinanya solidaritas sosial di kalangan umat Islam. Bahwa di balik disyari’atkannya qurban, terkandung semangat berbagi dan kepedulian terhadap sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan. Daging qurban, sebagaimana anjuran syariat, dibagikan kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan. Dengan demikian, perayaan Idul Adha menjadi momentum untuk berbagi kebahagiaan dan rezeki yang kita miliki dengan mereka yang kurang beruntung. Firman Allah Ta’ala: فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
“Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir” (QS. al-Hajj: 28)
Inilah salah satu hikmah penting yang harus kita tanamkan dalam diri kita, keluarga, dan masyarakat. Bahwa dengan berqurban, kita tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga mendekatkan diri kepada sesama, mempererat tali persaudaraan, dan membangun kepedulian sosial yang tinggi di tengah masyarakat.
Hikmah ketiga adalah menumbuhkan semangat berkorban di kalangan kaum muslimin. Bahwa qurban adalah simbol dari pengorbanan, dimana kita diajarkan untuk rela mengorbankan sesuatu yang kita cintai dan sayangi demi menjalankan perintah Allah. Pengorbanan ini bisa berupa harta, waktu, tenaga, dan sebagainya. Dengan demikian, semangat berqurban harus ditanamkan dalam setiap aspek kehidupan kita, bahwa dalam menjalani hidup ini, kita harus siap berkorban demi kepentingan yang lebih besar, demi kebaikan bersama, dan demi meraih ridha Allah SWT.
Kaum muslimin wal muslimat, ‘aidin wal ‘aidat rahimakumullah.Marilah kita jadikan momentum Idul Adha ini sebagai waktu yang tepat untuk introspeksi diri, memperbaiki hubungan kita dengan Allah, serta memperbaiki hubungan kita dengan sesama manusia. Marilah kita berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, keluarga yang lebih harmonis, dan masyarakat yang lebih solid dan peduli terhadap sesama.
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم، أقول قولي هذا وأستغفر الله العظيم لي ولكم فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
خطبة الثانيةالحمد لله حمدا كثيرا كما أمر، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد.
Kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah.
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan senantiasa menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Marilah kita jaga momentum hari raya ini dengan memperkuat semangat kebersamaan, kepedulian, dan pengorbanan kita. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah dan kekuatan kepada kita untuk terus istiqamah dalam ketaatan dan pengabdian kepada-Nya.
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات، الأحياء منهم والأموات، إنك سميع قريب مجيب الدعوات، يا قاضي الحاجات، ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.
عباد الله، إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي، يعظكم لعلكم تذكرون، فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون.
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
Tema Kedua
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah SWT…
Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang segala rahmat dan nikmat-Nya senantiasa dilimpahkan kepada kita. Kita diberi umur panjang sampai pada bulan terakhir tahun 1443 H ini. Sehingga pada pagi hari ini tanggal 10 Żulhijjah kita dapat merayakan Idul Adha dengan tenang dan khidmat dan melaksanakan shalat ’Id dengan khusu,’ semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT, amin.
Salah satu dari bulan-bulan yang dimuliakan Allah adalah bulan Żulhijjah yang berarti “bulan yang di dalamnya terdapat pelaksanaan ibadah Haji” atau dalam bahasa kita sering disebut dengan “bulan Besar” karena di dalam bulan ini terdapat peristiwa besar. Kebesaran peristiwa itu ditandai dengan berkumpulnya jutaan umat Islam dari seluruh penjuru dunia di padang Arafah untuk melakukan wukuf, sebagai bagian dari rangkaian ibadah Haji. Para hujjāj (orang yang berhaji) berkumpul dalam “Muktamar/Kongres Akbar” untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam menyempurnakan Rukun Islam.
Bagi kita yang tidak melaksanakan Haji disunahkan berpuasa. Karena puasa sunnah yang kita laksanakan itu dapat menghapus dosa-dosa kita satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. Tidak hanya ibadah puasa yang sangat dianjurkan, bahkan ibadah apapun sangat dianjurkan dilaksanakan pada 10 hari pertama di bulan Żulhijjah ini misalnya sedekah, shalat, dan lain-lain sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah, daripada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Zulhijjah.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, walaupun jihad di jalan Allah?” Sabda Rasulullah: “Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian kembali tanpa membawa apa-apa.” (HR Bukhari)
Kemudian pada tanggal 10 Żulhijjah, hari ini dan 3 hari berikutnya 11, 12 dan 13 Żulhijjah, yang dikenal dengan hari Tasyriq, kita merayakan dan berada dalam suasana ʻIdul Adha (عيد الاضحي) atau ʻIdul Qurban (عيد القربان) atau ʻIdun Nahr (عيد النحر ) yang ditandai dengan penyembelihan hewan qurban seperti sapi dan kambing. Gema takbir, tahlil, tahmid, dan taqdis membahana di jagad raya menyuarakan rasa syukur kita kepada Allah empat hari ke depan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah….
Telah banyak hikmah yang disampaikan oleh para khatib dan dai terkait dengan ʻidul adha ini, mulai dari tentang ibadah haji, ibadah kurban, kesabaran dan ketaatan seorang ayah dan anaknya, dan lain-lain. Pada kesempatan khutbah ini khatib akan menyampaikan tema khutbah ʻIdul Adha yaitu Qurban dan Perwujudan Kesalehan Sosial.
Pemahaman umum di masyarakat kita selama ini yang hanya mengaitkan ibadah kurban sebagai kesalehan ritual yang sifanya personal-transendental (Arab: hablum minallah) tentu tidak salah. Bagi kita umat Islam, berqurban dengan menyembelih hewan ternak merupakan salah satu bentuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah) disamping ibadah lainnya. Namun kalau hanya memahami Qurban sampai di dimensi ini maka pesan Islam sebagai agama yang peduli kepada sesama, sebagaimana disebutkan dalam Hadis Nabi “sebaik-baik kamu adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”- tidak akan terwujud.
Padahal sebenarnya ibadah qurban juga memiliki dimensi lain yaitu dimensi kesalehan sosial yang sifatnya komunal-konkret (Arab: hablum minannas). Pemaknaan akan dimensi sosial ini tergambar dari komponen pembagian daging hewan kurban kepada fakir miskin. Disini ditujukan untuk menimbulkan nuansa kepedulian kepada sesama. Sayangnya pesan kedua ini tidak banyak dipikirkan oleh kebanyakan kaum muslim. Barangkali, kebanyakan kaum muslim hanya terpaku pada pemberdayaan keimanan diri sendiri. Seolah-olah menjadi orang yang religius atau paling agamis, sudah dirasa cukup baginya. Namun sebagaimana Hadis di atas “bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang dapat bermanfaat bagi orang lain,” maka pemberdayaan masyarakat menjadi sebuah kata kunci disini.
Maka Idul Adha ini sejatinya tak hanya sekedar untuk menyembelih hewan qurban, namun ia juga merupakan momentum untuk memberi dan berbagi sebagai simbol ketaqwaan dan penerapan kesalehan sosial. Terlebih di masa pandemi yang belum betul-betul berakhir, ditambah keadaan perkenomian global yang tidak stabil sebagai dampak dari konflik di berbagai belahan dunia yang ikut berdampak terhadap perekonomian Indonesia yang mengakibatkan harga komoditas menjadi lebih mahal.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah….
Idul Adha (Hari Raya Qurban) sejatinya merupakan kesinambungan jalan kesalehan spiritual dan sosial dari Idul Fitri. Jika Idul Fitri merupakan manifestasi kemenangan atas nafsu yang kemudian dipungkasi dengan membayar zakat fitrah, maka Idul Adha merupakan manifestasi dari bukti cinta, patuh, takwa, ketulusan berkorban, dan kerendahan hati yang kemudian dipungkasi dengan menyembelih hewan qurban dan membagi-bagikannya kepada yang berhak menerimanya.
Dalam konteks yang lebih luas, kesalehan sosial menunjuk pada perilaku yang peduli kepada sesama. Sejatinya mereka yang saleh secara individual berarti beriman dan bertaqwa kepada Allah. Wujud dari keberimanan dan ketaqwaan kepada Allah otomatis akan merefleksikan kesalehan sosial, yaitu peduli kepada mereka yang miskin, bodoh dan terkebelakang. Wujud dari itu, maka mereka akan selalu berpikir, berikhtiar dan berjuang untuk mengubah nasib mereka yang belum beruntung dalam hidupnya.
Kesalehan sosial bisa diwujudkan dengan mengubah nasib orang-orang yang belum beruntung tadi dan dapat dikatakan belum menikmati kemerdekaan. Menurut hemat kami, yang paling penting dan utama ialah dalam bidang pendidikan dengan menghimpun dana untuk menyediakan beasiswa yang cukup kepada anak-anak miskin untuk melanjutkan pendidikan di dalam dan luar negeri.
Selain itu, memberi skill (keahlian) kepada para pemuda yang karena satu dan lain hal tidak bisa melanjutkan pendidikan. Maka walaupun mereka tidak memiliki pendidikan yang tinggi, tetapi untuk survive dalam hidup, mereka mesti diberi keahlian kerja dan bisnis.
Wujud lain dari kesalehan sosial, bisa dilakukan oleh mereka yang memegang kedudukan di pemerintahan dan parlemen, untuk terus berpikir dan membuat kebijakan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian, iman dan taqwa kepada Allah melahirkan kesalehan individual dalam bentuk ibadah haji, shalat Idul Adha dan penyembelihan qurban. Itu belum cukup, harus ditindaklanjuti dengan mewujudkan kesalehan sosial dalam bentuk berpikir, berjuang dan bekerja keras untuk menciptakan kehidupan dan masa depan yang lebih baik bagi orang banyak. Dengan demikian maka Islam Rahmatan lil ’alamin akan benar-benar menjadi rahmat bagi alam semesta.
Materi Khutbah Ketiga
وَبَرَكَاتُهُ
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ. الْحَمْدُ ِللهِ الْقَائِلِ فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ (وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ)أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Jamaah Sholat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah SWT,Marilah bersama-sama kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan kali ini, khatib mengingatkan kepada seluruh hadirin dan khusus kepada diri sendiri untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sebab, hanya dengan bertakwa kepada Allah SWT, maka jalan menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat akan diperoleh oleh kita.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Dalam bulan Dzulhijjah, umat Islam di seluruh penjuru dunia dianjurkan untuk menjalankan dua amalan ibadah, disamping ibadah wajib yang dilakukan setiap harinya, yakni Ibadah Haji dan Ibadah Kurban.
Pertama, ibadah haji. Pagi ini, umat Islam yang istitha’ah (mampu) sedang berduyun-duyun dari Muzdalifah menuju Mina untuk melempar jumrah aqobah dan tahallul awal, setelah mulai kemarin siang tanggal 9 Dzulhijjah melaksanakan ibadah wukuf di Arafah. Kalimat talbiyah, labbaika allahumma labbaik, labaika…. berkumandang hampir di seluruh kawasan mas’aril haram, kawasan yang membentang dari Arafah sampai Masjidil Haram.
Secara hukum, ibadah haji merupakan hal yang wajib bagi yang mampu sesuai. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 97:
وَلِلّٰـهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللّٰـهَ غَنِىٌّ عَنِ الْعٰلَمِينَ
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahilhamdu
Jamaah Sholat Id Rahimakumullah,Anjuran ibadah yang kedua yakni ibadah kurban. Ibadah ini berhukum sunnah ‘ain bagi individu dan sunnah kifayah bagi anggota keluarga. Hal ini memiliki kaitan dengan ibadah haji yang bersumber dari ajaran Nabi Ibrahim AS.
Pada hari ini, lebih dari 3000 tahun yang lalu, Nabi Ibrahim Kholilullah menjalankan praktek keagamaan yang penuh dengan nilai-nilai ke-ilahi-an, ketauhidan, kesabaran, dan pengorbanan manusia kepada Tuhannya. Pada saat itu, Nabi Ibrahim AS diuji oleh Allah SWT dengan ujian yang sangat luar biasa. Nabi Ibrahim AS melalui mimpinya diperintah Allah SWT untuk menyembelih putra tercintanya, Ismail AS. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam al-Quran surat As-Shafaat ayat 100-111:
رَبِّ هَبْ لِى مِنَ الصّٰلِحِينَ ۚ فَبَشَّرْنٰهُ بِغُلٰمٍ حَلِيمٍ ۚ فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْىَ قَالَ يٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى الْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَانظُر مَاذَا تَرَىٰ ۖ قَالَ يٰٓأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَر ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ اللّٰـه مِنَ الصّٰبِرِينَ ۖ فَلَمَّآ أَسْلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلْجَبِينِ ۚ وَنٰدَيْنٰهُ أَن يٰٓإِبْرٰهِيم ۚ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا (الاية…..)
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’ Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik,’.”
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Selain itu, yang lebih penting adalah bagaimana memetik pelajaran dari perintah Allah tersebut dalam kehidupan saat ini. Ibadah haji merupakan ibadah mahdlah dan bersifat fisik. Pelajaran yang bisa diambil dari ibadah ini adalah bahwa saat kita berkumpul dengan jutaan orang di tanah yang luas, kita merasa kecil. Dalam kondisi seperti itu, tidak pantas bagi kita untuk sombong. Kita membutuhkan orang lain agar bisa membantu kita, dan agar orang lain tidak menyakiti kita.
Tolong-menolong dan saling pengertian dibutuhkan dalam upaya kita beribadah kepada Allah. Karena kita tidak bisa beribadah dengan baik tanpa ada sikap tolong-menolong.
Secara spiritual, apa yang bisa kita rasakan, alami, dan refleksikan di tanah suci, saat kita betul-betul merasa dekat kepada Allah, semestinya bisa berpengaruh kepada sikap dan perilaku kita terutama dalam kehidupan bermasyarakat saat kita kembali lagi ke tanah air. Dengan begitu, ibadah haji yang kita jalankan akan memompa kita untuk lebih giat lagi dalam berjuang demi tegaknya kesejahteraan dan keadilan di tengah-tengah masyarakat dan bangsa, termasuk.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Allahu Akbar wa LillahiIlhamdu
Adapun pelajaran yang bisa kita ambil dari ibadah kurban adalah: dalam kehidupan ini tidak semata-mata materi, tetapi ada yang lebih dari itu, yaitu spiritual. Dalam kitab-kitab Fiqih disebutkan bahwa daging hewan kurban harus disedekahkan dan tidak boleh dijual belikan. Karena itu, dalam berkurban kita diajari bahwa, dalam hidup ini semuanya tidak bisa sekedar materi, tetapi yang harus kita utamakan adalah ridha Allah, keikhlasan, dan pengorbanan. Ini adalah dasar dari semua amalan ibadah yang kita lakukan.
Akhirnya, marilah kita bersama-sama memohon kepada Allah agar menjadikan kita orang-orang yang ikhlas, sabar, dan siap berkorban demi tegaknya nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan di muka bumi ini.
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
خُطْبَةِ الْثَّانِيَةِ
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
Hadirin Rahimakumullah,Marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya taqwa. Mengisi kehidupan ini dengan amal ibadah dan amal soleh.
Pada kesempatan ini, saya mengingatkan kepada kita semua tentang pentingnya menjaga hubungan silaturahmi diantara kita, baik dengan saudara, tetangga, maupun dengan semua orang. Pada hari Idul Adha ini marilah kita jadikan momentum untuk meningkatkan kepedulian kita kepada sesama, saling membantu, dan saling berbagi.
Sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, bahwa seorang Muslim harus peduli kepada tetangganya. Hal ini sesuai dengan sabda beliau dalam sebuah hadits:
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ
“Tidaklah seorang mukmin yang kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya.”
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Khatib juga mengajak kepada kita semua untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan diantara kita. Jangan sampai kita tercerai berai karena perbedaan yang ada. Sebab, kekuatan umat Islam terletak pada persatuan dan kebersamaan.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اَللهُمَّ اَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. اَللهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ.
اَللهُمَّ ارْزُقْنَا الْعِلْمَ النَّافِعَ وَالْعَمَلَ الصَّالِحَ وَالْرِّزْقَ الْوَاسِعَ وَالشِّفَاءَ مِنْ كُلِّ دَاءٍ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.
Ikuti dan baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.