Jurnalistika
Loading...

5 Tokoh Asing yang Ikut Membela Kemerdekaan Indonesia

  • Arief Rahman

    16 Agt 2023 | 17:25 WIB

    Bagikan:

image

Ichiki Tatsuo (kiri), Tadashi Maeda (tengah), Yan Chil-seong (kanan). (Dok. Wikimedia)

jurnalistika.id – Sejarah mencatatat selama perjuangan kemerdekaan Indonesia, ada beberapa tokoh asing yang ikut membela Tanah Air untuk terbebas dari penjajahan. Bahkan di antaranya ada yang dari negara yang kala itu menjajah Bumi Pertiwi.

Para tokoh tersebut bergabung bersama rakyat Indonesia merebut kebebasan. Tidak hanya menjadi bagian dari pertempuran di medan perang, tetapi juga menyalurkan semangat kemerdekaan lewat media dan sebagainya

5 Tokoh Asing yang Ikut Membela Kemerdekaan Indonesia

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut tujuh tokoh asing yang ikut membela kemerdekaan Indonesia.

1. Laksamana Muda Tadashi Maeda

Tadashi Maeda merupakan perwira tinggi Angkatan Laut Jepang, negara yang saat itu menjajah Indonesia setelah Belanda. Meski begitu, Maeda adalah salah satu sosok yang berjasa saat Indonesia berjuang merebut kemerdekaannya.

Simpatinya tumbuh terhadap gerakan kemerdekaan Indonesia ketika menjadi atase di Den Haag dan Berlin. Dia juga sempat bertemu dengan pelajar Tanah Air seperti Achmad Soebardjo, Hatta, dan Nazir.

Setelah Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak akibat bom atom, kekalahan Jepang pun mulai tercium. Maeda menjadi orang yang membenarkan berita tersebut dan meyakinkan pejuang Indonesia untuk rapat pada 16 Agustus 1946 atau yang dikenal sebagai Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Baca juga: 8 Tokoh yang Terlibat Saat Peristiwa Proklamasi Indonesia dan Peran Pentingnya

Tidak sampai situ, Maeda juga mengizinkan rumahnya dijadikan tempat penyusunan naskah proklamasi. Karena dukungannya itu, Tadashi Maeda menerima Bintang Jasa Nararya tepat pada hari proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

2. Ichiki Tatsuo

Berasal dari negara yang sama dengan Tadashi Maeda, Ichiko Tatsuo juga membela kemerdekaan Indonesia. Bahkan dia diberi nama Indonesia oleh Agus Salim ketika menjadi penasihat Divisi Pendidikan Pembela Tanah Air (PETA), yakni Abdul Rachman.

Tatsuo juga menjadi Wakil Komando Pasukan Gerilya Istimewa di Semeru, Jawa Timur. Setelah dua tahun Indonesia memproklamirkan diri sebagai negara merdeka, dia gugur di Desa Dampit, Malang, tepatnya pada 9 Januari 1949.Untuk mengenang jasanya, Soekarno memberi sebuah teks yang disimpan di biara Buddha Shei Shoji di Mintoku, Tokyo.

3. Tomegoro Yoshizumi

Masih tokoh dari negara yang sama, Tomegoro Yoshizumi adalah perwira intel Jepang. Soekarno menaruh hormat kepada sosok ini karena berperan besar ketika Jepang mengirimkan tentara untuk menduduki Indonesia.

Saat itu, Yoshizumi dengan berani mencuri barang-barang di gudang Markas Besar Kaigun Bukanfu. Kemudian dia menjual di pasar gelap, dan hasilnya diserahkan kepada Tan Malaka sebagai dana Perang Gerilya. Dia juga memiliki nama Indonesia yang biasa dipanggil Arif.

Yoshizumi gugur di Blitar pada 10 Agustus 1948. Makamnya bisa ditemui di Taman Makam Pahlawan, Blitar, Jawa Timur.

4. Yan Chil-seong

Orang asing dari negara Asia lain yakni Korea Selatan bernama Yang Chil-seong juga turut mendukung kemerdekaan Indonesia. Chil-seong merupakan tentara yang dikirim ke Indonesia saat Jepang menjajah Korea sebagai ilbon gunnin (tentara reguler) dalam Perang Asia Timur Raya.

Namun, sesampai di Indonesia dia memilih bergabung dengan gerakan pembebasan Tanah Air. Dia pun berganti nama menjadi Komaruddin setelah masuk Islam, kontribusinya sangat besar dalam operasi penghancuran jembatan Cimanuk untuk menggagalkan Belanda menguasai wilayah Wanaraja.

Kematian Chil-seong terbilang tragis karena ditembak mati oleh pasukan Buru Sergap Belanda pada 9 Agustus 1948. Sebelum dieksekusi, dia sempat berteriak “Merdeka”. Jenazahnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, Garut, Jawa Barat.

5. Muriel Stuart Walker

Muriel Stuart Walker merupakan tokoh asing perempuan kelahiran Glasgow, Skotlandia. Dia datang ke Indonesia pada tahun 1932 dan tinggal di Bali. Selama perang kemerdekaan, sekitar 1945 sampai 1949, Muriel direkrut Bung Tomo gabung dengan pasukan Gerilyanya.

Muriel juga menjadi saksi Pertempuran Surabaya, lalu menjadi penyiar radio Voice of Free Indonesia yang kini berubah menjadi Voice of Indonesia. Selain itu, dia juga pernah menjadi penulis pidato bahasa Inggris pertama Bung Karno.

Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di Sini.

Indonesia

Kemerdekaan

tokoh kemerdekaan


Populer

Potret Lautan Massa Aksi Penuhi Jalanan Depan Gedung Parlemen
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami