jurnalistika.id โ Bulan rajab mengingatkan kita pada peristiwa besar dalam sejarah Islam yakni peristiwa Israโ dan Miโraj Nabi Muhammad SAW. Dalam rangkaian acara perayaannya salah satunya dengan membaca shalawat kepada Nabi. Salah satu shalawat yang sering dilantunkan oleh umat Islam ialah โYa Rabbi bil Musthafaโ.
Dalam melantunkan shalawat tersebut, ada yang membaca di luar kelaziman yang sering kita dengar. Yakni dibaca โyaa rabbaโ dengan memfathah huruf โbaโ dalam kata โrabbโ. Jadi, dibaca โyaa rabba bil musthofaโ, bukan โYa Rabbi bil Musthafaโ.
Hal ini tentu saja memantik polemik. Bagi mereka yang membaca โya rabi bil mustofaโ, cenderung menyalahkan mereka yang membaca โya rabba bil musthofaโ dan begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan hal tersebut maka pertanyaannya adalah dibaca ya Rabbi bil Musthafa atau yaa rabba bil musthofa, mana yang benar?
Baca juga: 5 Hal Ini Penting Dilakukan Untuk Persiapan Bulan Suci Ramadhan
Status Kata โRabbiโ
Sebelum menentukan harakat akhir dari kata tersebut, apakah fathah ataupun kasrah, terlebih dahulu dijelaskan status kata โrabbiโ. Selain itu, dijelaskan pula hal-hal yang melekat atau berkaitan dengan kata tersebut.
Hal ini penting terlebih dahulu diketahui sebab status kata dalam kalimat sangat berpengaruh terhadap bentuk harakatnya.
Dalam lafal tersebut terdapat salah satu huruf nidaโ (seruan atau panggilan) yakni ููุง (yaa) yang artinya Wahai.
Sebelum dimasuki huruf nidaโ yaa, maka lafal qasidah burdah tersebut asalnya ุฑูุจููููู ุจูุงููู ูุตูุทูููู ุจููููุบู ู ูููุงุตูุฏูููุง yang artinya: Tuhanku, dengan (kedudukan) al Musthafa (Nabi Muhammad SAW) sampaikanlah maksud-maksudku.
Lafal โrabbiiโ dalam kalimat tersebut merupakan jumlah idhafah. Kata rabbi merupakan โmudhafโ sementara huruf โya mutakallimโ merupakan โmudhaf ilaihโ. Jadi, ketika dimasuki huruf nida yaa maka kata rabbii merupakan munada mudhof pada ya mutakallim.
Selain itu, kata โrabbโ merupakan isim shahih akhir, sebab akhir huruf kata tersebut tidak berupa huruf illat (alif, wawu dan ya). Dengan demikian maka kata โya rabbiโ dalam lafal tersebut merupakan โmunada mudhaf pada ya mutakallimโ.
Kaidah Nahwiyyah tentang Munada Mudhaf pada Ya Mutakallim
Dalam Kitab Alfiyyah Ibnu Malik dijelaskan secara khusus pada bab tersendiri yakni pada bab โal-Munada al-Mudhaf ila yaโ al Mutakallimโ sebagai berikut:
ููุงุฌููุนูููู ู ูููุงุฏูู ุตููุญูู ุงููู ููุถููู ููููุง # ูููุนููุจููุฏูุนููุจููุฏููู ุนููุจููุฏู ุนูููุจููุฏูุง ุนูููุจูููุฏูููููุง
โJadikanlah munadha yang berupa isim shahih akhir yang dimudhafkan pada ya mutakallim # seperti contoh lafal: โabdi, โabdii, abda, โabdaa, dan abdiya.โ
Berdasarkan dalil di atas, maka munadha yang berupa isim shahih akhir yang dimudhafkan pada yaโ mutakallim dapat dibaca dengan lima cara, yaitu: pertama, membuang ya mutakallim dan mencukupkan kasrah sebagai pengganti ya yang dibuang.
Cara ini paling banyak dilakukan. Contohnya ููุง ุนูุจูุงุฏู ููุงุชูููููููู, โWahai hamba-hambaku, maka bertakwalah kepada-Kuโ (Q.S. az-Zumar [39]: 16).
Kedua, menetapkan yaโ mutakallim dengan harakat sukun. Cara ini juga banyak digunakan akan tetapi tidak sebanyak dengan yang pertama. Contohnya
ููุง ุนูุจูุงุฏููู ููุง ุฎููููู ุนูููููููู
ู ุงููููููู
ู ููููุง ุฃููุชูู
ู ุชูุญูุฒูููููู โWahai hamba-hambaku tiada kekhawatiran atas kamu dan tidak pula bersedih (Q.S. az Zukruf [43] : 68).
Ketiga, mengganti yaโ mutakallim dengan alif lalu membuangnya dan dicukupkan fathahnya huruf akhir. Contohnya ููุง ุนูุจูุฏู . wajah ini diperbolehkan oleh Imam Ahfasy dan Al Farisy, meskipun dengan mengumpulkan membuang โiwad (pengganti) dan muโawwad (yang diganti).
Keempat, mengganti yaโ mutakallim dengan alif dan diharakati fathah pada huruf akhirnya. Contohnya ููุง ุนูุจูุฏูุง
Kelima, menetapkan yaโ mutakallim dan dibaca fathah. contohnyaูููู ููุง ุนูุจูุงุฏููู ุงูููุฐููููู ุฃูุณูุฑููููุง , โHai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri (Q.S. az Zumar [43] :53).
Baca juga: Ciri-Ciri Datangnya Lailatul Qadar. Malam Turunnya Al-quran
Apakah Boleh Membaca Ya Rabbi bil Musthafa dengan 5 Wajah?
Sebagaimana diketahui bahwa kata โrabbiโ merupakan isim shahih akhir karena huruf akhirnya bukan berupa huruf โillat (ุง ู ู). Maka, kata โrabbiiโ setelah dimasuki huruf nida โyaaโ, berdasarkan kaidah di atas boleh dibaca dengan 5 (lima) cara, yakni: โya rabbi, ya rabbii, ya rabba, ya rabbaa, dan ya rabbiyaaโ.
Dengan demikan, dapat disimpulkan bahwa membaca ya rabbi bil musthafa dengan mengkasrah huruf akhir pada kata โrabbโ berdasarkan kaidah di atas adalah benar.
Sementara yang membaca โya rabba bil musthafaโ dengan memfathah huruf akhir pada kata rabb juga benar. Bahkan bisa juga dibaca di luar dari dua hal tersebut. Yakni ya rabbii, ya rabbaa, dan ya rabbiya, dengan syarat tidak โmerusakโ bahar (irama/lagu) dari qasidah burdah tersebut.
Meskipun demikian, agar tidak melahirkan polemik dan kegaduhan yang dapat memicu kesalahfahaman dan hal-hal lain yang negatif.
Sebaiknya tetap dibaca sesuai kaidah tata bahasa arab dan juga mempertimbangkan aspek kelaziman yang sudah berlaku di tengah-tengah masyarakat.
Wallahu Aโlam.