Jurnalistika
Loading...

Mengenal Albert Camus: Filsuf Si Penggila Sepak Bola

  • Arief Rahman

    27 Jan 2023 | 09:57 WIB

    Bagikan:

image

Tokoh filsuf Albert Camus (Foto. Dok. Wikimedia Commons)

jurnalistika.id – Albert Camus mungkin lebih dikenal sebagai seorang filsuf atau sastrawan yang kental dengan teori absurditas-nya. Namun, siapa sangka kalau tokoh ini juga ternyata merupakan seorang penggila bola.

Albert Camus merupakan intelektual berpengaruh yang pernah mendapatkan penghargaan The Nobel Prize pada tahun 1957. Prestasi itu ia dapat karena sumbangsihnya dalam bidang literatur saat itu.

Sebab, tulisannya bukan hanya sekedar karya fiksi untuk bahan bacaan belaka. Tetapi di dalamnya juga tersimpan sebuah pemikiran dan pesan yang luar biasa. Buah tangganya juga yang membuatnya terkenal sebagai tokoh filsuf  absurditas.

Meskipun Albert Camus dikenal sebagai seorang filsuf, tetapi karyanya telah membuat dia menjadi seorang sastrawan hebat semasa hidupnya.

Beberapa karya Albert Camus paling terkenal adalah The Stranger (1942), The Plague (1947) dan The Fall (1948).

Mengenal Albert Camus

Albert Camus adalah seorang anak yang diidentifikasi sebagai Pied Noir. Istilah itu biasanya dipakai untuk menggambarkan orang-orang berkebangsaan Prancis yang tinggal di bekas protektorat Prancis di Afrika Utara.

Camus merupakan tokoh kelahiran 1913 di Aljazair Perancis, dari seorangnya ibu keturunan Spanyol, Catherine Helena Sintesa. Sedangkan ayahnya adalah seorang pekerja kelas bawah bernama Lucien.

Dia tidak ditemani ayahnya hingga dikenal seperti sekarang ini, karena lebih dulu tutup usia pada saat Perang Dunia I. Kehilangan sosok ayah membuat dia tumbuh dalam kondisi cukup buruk, dia dan keluarga tinggal di rumah dua kamar berlantai tanah.

Sementara itu, ibunya sering sakit meskipun masih terus berjuang untuk membesarkan anaknya. Kasih sayang itu kemungkinan yang akan membuat dia tumbuh menjadi pria yang punya pemikiran luar biasa.

Masa sekolah Albert Camus

Albert Camus menganggap bahwa sekolah dan pendidikan merupakan berkah yang tak ternilai. Dia dikenal sebagai anak yang antusias belajar, bahkan gurunya menyebut dia sebagai siswa dengan kemampuan khusus.

Bakatnya paling menonjol adalah di bidang menulis, hal itu diketahui oleh salah seorang guru yang mengenal latar belakang ekonominya yang tidak baik. Guru itu merasa kagum karena Camus begitu cemerlang tetapi sederhana.

Baca juga: Kisah Perang Badar yang Terjadi di Bulan Ramadhan

Berkat ketajaman berpikirnya, Albert Camus mendapat beasiswa kuliah di Universitas Aljir. Kesempatan ini kemudian dia gunakan untuk menyelesaikan gelar yang setara dengan master di bidang filsafat.

Filsuf si penggila bola

Ternyata selain memiliki kecerdasan otak, dan kemampuan dalam menulis sejumlah karya sastra hingga dikenal sebagai filsuf. Albert Camus rupanya juga seorang pria penggila sepak bola.

Pada suatu kesempatan,  Camus pernah ditanya oleh seorang temannya bernama Charles Poncey, tentang mana yang lebih digemari sepak bola atau teater. Dengan mengejutkan, dia menjawab “Sepak bola, tentunya”. 

Pada tahun 1959, kurang dari setahun sebelum dia menghembuskan nafas terakhir. Camus juga pernah mengatakan bahwa bersama dengan teater, lapangan sepak bola telah menjadi salah satu dari dua ‘universitasnya sebenarnya’.

Tidak hanya itu, sekolah juga menganggap Camus sebagai pemain pemain yang sangat baik sebagai seorang penjaga gawang. Tetapi sesekali dia juga bermain di depan.

Sering dihukum karena selalu main bola

Selain itu, kegemarannya terhadap sepak bola semakin diperkuat dengan cerita bahwa neneknya sering menghukumnya karena bermain sepak bola. Sebab, aktivitas itu berisiko merusak sepatu sekolahnya karena bisa menjadi pengeluaran yang besar bagi keluarga saat itu.

Sayangnya, mimpinya untuk menjadi pemain sepak bola profesional harus pupus karena ia tertular penyakit TB. Waktu itu,  tidak ada obat untuk kondisi tersebut sehingga dia memilih untuk tidak serius di olahraga tersebut. 

Sebelum menderita sakit, Albert Camus bermain menjadi penjaga gawang untuk tim junior Racing Universitaire Algerius (RUA). Dia sering dipuji karena bermain sangat berani dan penuh semangat.

Tutup usia

Albert Camus tutup usia pada, 4 Januari 1960 malam ketika berusia 46 tahun. Dia meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil, karena editornya Michell Gallimard kehilangan kendali yang membuat mereka menabrak pohon.

Dalam usia 46 tahun, dia telah melahirkan sejumlah karya yang sampai saat ini masih banyak dipelajari pegiat sastra. Novelnya The Stranger telah dijadikan sebagai platform untuk mengeksplorasi absurditas, sebuah konsep yang menjadi pusat tulisan-tulisannya dan inti dari pertanyaannya tentang makna hidup.

Baca berita lainnya di Google News, klik di sini.

(arn)

Albert Camus

biografi tokoh

Filsuf

tokoh


Populer

Benyamin-Pilar Sebut Teknologi dan Edukasi Solusi Tuntaskan Masalah Sampah di Tangsel
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami