Jurnalistika
Loading...

Mengenal Dua Sosok Kameramen yang Abadikan Detik-detik Proklamasi Indonesia

  • Arief Rahman

    08 Agt 2023 | 12:15 WIB

    Bagikan:

image

Frans Mendur dan Alex Mendur di rumah Soekarno di Pegangsaan Timur 56, tahun 1946. (Dok IPPHOS/Indonesian Press Photo Service via Indonesia.go.id)

jurnalistika.id – Potret detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 mungkin tidak akan pernah dilihat generasi sekarang jika peristiwa penting itu tidak diabadikan dua sosok kameramen, Mendur bersaudara. Mereka adalah Alex Mendur dan Frans Mendur.

Dengan dibacanya naskah Proklamasi Kemerdekaan, Indonesia telah diakui sebagai negara yang merdeka dari penjajah. Berkat momen ini juga Indonesia sebentar lagi akan memperingati hari kelahirannya atau HUT RI ke-78 pada 17 Agustus 2023 mendatang.

Namun, sebelum merayakan hari spesial tersebut ada baiknya mengenal kameramen yang memotret detik-detik proklamasi. Selain mengenang kembali sejarah perjuangan Bumi Pertiwi dari kemerdekaan, penting juga sebagai penambah wawasan baru.

Mengenal Mendur Bersaudara, Dua Sosok Kameramen Saat Proklamasi

Mengutip dari Indonesia.go.id, Mendur bersaudara yakni Alex dan Frans adalah anak dari pasangan August Mendur dan Ariance Monomimbar. Mereka berdua lahir di kaki Gunung Soputan daerah Minahasa, tepatnya di Kecamatan Kawangkoan.

Alex Mendur memiliki nama lengkap Alexius Impurung Mendur, dia merupakan anak pertama dari 11 bersaudara, lahir pada 7 November 1907.

Sementara, Frans nama lengkapnya Soemarto Mendur lahir di Kawangkoan, Sulawesi Utara, 16 April 1913. Frans merupakan adik dari Alex Mendur dan anak keempat dari 11 bersaudara.

Saat muda, Alex merupakan siswa dari Volkschool Gouvernement atau Sekolah Dasar pada saat ini. Namun, setelah menyelesaikan sekolah dasar, Alex tidak melanjutkan pendidikannya lantaran memiliki keterbatasan ekonomi. Karenanya, sebagai anak sulung dia pun harus membantu orang tua berdagang, bertani dan berladang.

Saat menginjak usia dewasa, Alex melihat kesempatan untuk merubah peruntungan tepat ketika saudaranya bernama Anton Nayoan datang dari jawa ke Kawangkoan. Anton yang saat itu merupakan karyawan di perusahaan Belanda yang menjual alat-alat keperluan fotografi pun tak keberatan untuk menemani Alex ke Batavia.

Baca juga: Soekarno Jatuh Sakit Jelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Begini Kisahnya

Pada 1922 atau ketika usia 15 tahun, Alex lalu memilih merantau karena sudah mendapat restu dari orang tua. Sesampai di Batavia Alex tinggal bersama Anton, sekaligus menjadi orang yang mengajarkannya keahlian fotografi.

Kebetulan saat itu, keahlian fotografi cukup sulit karena seorang fotografer harus bisa mencuci, mengafdruk, dan mencetak. Setelah Alex belajar cukup lama dengan Anton, mereka berdua pun akhirnya melamar sebagai wartawan foto majalah De Java Bode, tepat pada 1932.

Alex Jemput Adiknya Frans

Setelah menjadi wartawan di De Java Bode, Alex mempunyai kesempatan untuk menjemput sang adik yang ternyata sudah merantau juga. Tetapi berada di kota yang cukup jauh dari tempatnya berada, yakni di Kota Surabaya.

Frans Mendur juga diketahui sudah merantau di usia lebih muda dari kakaknya, yaitu pada umur 14 tahun. Waktu itu tahun 1928, dia mengikuti kapal KPM jurusan Bitung-Surabaya, oleh sebab itu dia sampai di Surabaya seperti tanpa tujuan.

Setelah dijemput oleh sang kakak, Frans juga belajar fotografi dan menjadi wartawan Java Bode. Keduanya sempat berpindah tempat kerja hingga jelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Mengabadikan Detik-detik Proklamasi

Pada tahun 1945, Frans Mendur bekerja untuk Djawa Shimbun Sha dan surat kabar Asia Raya. Proses pengambilan foto detik-detik proklamasi bermula ketika Elex mendapat kabar mengenai upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dari Kantor Berita Domei.

Alex dan Frans kemudian menuju kediaman Soekarno untuk mengabadikan momen tersebut. Singkat cerita, mereka berdua pun memotret momen bersejarah itu dengan kamera Leica.

Setelah selesai, Alex bergegas ke Domei, dia dengan cepat-cepat memproses filmnya, mencuci, dan mengeringkan film. Namun, nasib sial menimpa, setelah menunggu dan kembali ke tempat pengeringan ternyata film sudah lenyap. Dibawa intel Jepang yang sudah menguntit sejak semula.

Beruntung Frans ternyata masih memiliki jepretan, dengan cerdiknya dia menyembunyikan di halaman belakang Koran Asia Raya. Setelah keadaan aman dan Jepang menyerah pada sekutu, foto proklamasi jepretan Frans pun dicetak dan menjadi satu-satunya yang terbit.

Setelah proklamasi Alex dan Frans mendirikan Indonesia Press Photo Service (IPPHOS) pada 2 Oktober 1946. Tujuannya untuk menyediakan foto-foto kepada kantor berita lokal dan asing mengenai keadaan saat perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Alex Mendur meninggal pada 30 Desember 1984 pada usia 77 tahun. Sedangkan Frans Mendur tutup usia pada 24 April 1971, bertepatan saat usianya menginjak 58 tahun.

Keduanya menerima Bintang Jasa Utama pada 9 November 2009 untuk peran jurnalistik foto pada awal republik. Tahun berikutnya, mereka menerima Bintang Mahaputra Nararya pada 12 November 2010. Monumen juga di bangun di kampung halaman Mendur bersaudara pada 11 Februari 2013 saat kepemimpinan Presiden Susilo bambang Yudhoyono sebagai penghormatan.

Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di Sini.

kameramen proklamasi

Mendur bersaudara

proklamasi

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Populer

Potret Lautan Massa Aksi Penuhi Jalanan Depan Gedung Parlemen
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami