Jurnalistika
Loading...

Sejarah dan Makna Hari Raya Idul Fitri, Umat Islam Harus Tahu!

  • Khazim Mahrur

    21 Apr 2023 | 23:45 WIB

    Bagikan:

image

Ilustrasi Tata cara dan Niat shalat Idul Fitri (Pexels/Musa Zanoun)

jurnalistika.id – Tahun 2023 ini umat Islam di Indonesia merayakan Hari Raya Idul Fitri secara berbeda dalam segi waktu. Ada yang merayakan hari kemenangan ini pada hari Jum’at (21/04/2023) ada pula yang merayakannya pada hari Sabtu (22/04/2023).

Terlepas dari itu semua, umat Islam di dunia sepakat bahwa hari raya Idul Fitri ini merupakan hari kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya menjalankan ibadah puasa.

Dalam momentum kemenangan ini umat Islam sedunia merayakannya dengan penuh suka cita. Selain itu, dalam perayaan hari raya ini, setelah shalat ‘id, umat Islam, khususnya di Indonesia menjadikan momen ini untuk saling bermaaf-maafan.

Meskipun dalam merayakan Idul Fitri dengan perasaan suka cita, namun tidak banyak yang tahu perihal sejarah dan maknanya. Lantas bagaimana sejarah dan makna hari raya Idul Fitri? Tulisan ini akan menjawabnya.

Sejarah Hari Raya Idul Fitri

Ternyata, sejarah perayaan Idul fitri ini tidak dapat dilepaskan dari peristiwa perang Badar yang dimenangkan oleh umat Islam dan hari raya masyarakat jahiliyah waktu itu. Melansir laman NU awalnya pelaksanaan perayaan hari raya Idul Fitri ini disyariatkan pada tahun pertama hijriyah, namun realisasinya baru dilaksanakan pada tahun kedua hijriyah.

“Saat itu bertepatan dengan kemenangan kaum Muslimin dalam perang Badar. Kemenangan itu menjadi sejarah bahwa di balik perayaan Idul Fitri ada histeria dan perjuangan para sahabat untuk meraih kemenangan dan menjayakan Islam. Oleh karenanya, setelah kemenangan diraih umat Islam, secara tidak langsung mereka merayakan dua kemenangan, yaitu kemenangan atas dirinya yang telah berhasil berpuasa selama satu bulan, dan kemenangan dalam perang badar,” tulis laman NU.

“Selain itu, sebelum Islam datang, kaum Arab jahiliyah mempunyai dua hari raya yang dirayakan dengan sangat meriah. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa asal-usul disyariatkannya hari raya ini tidak lepas dari tradisi orang jahiliyah yang mempunyai kebiasaan khusus untuk bermain dalam dua hari, yang kemudian dua hari itu oleh Rasulullah diganti menjadi hari yang lebih baik, dan perayaan yang lebih baik pula, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.” imbuhnya.

Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda: Kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain. Ketika Nabi Muhammad datang ke Madinah, Rasulullah bersabda: Kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. (HR Abu Dawud dan An-Nasa’i).

Pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama, Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Risalah fil Aqaid menjelaskan bahwa dua hari yang setiap tahunnya digunakan untuk pesta pora oleh kaum jahiliyah itu disebut dengan hari Nairuz dan Marjaan. Dalam setiap tahunnya, dua hari ini digunakan untuk pesta pora, dan di isi dengan mabuk-mabukan dan menari.

Dikatakan, bahwa Nairuz dan Marjaan merupakan hari raya orang Persia kuno. Setelah turunnya kewajiban puasa Ramadhan, Rasulullah mengganti Nairuz dan Marjaan dengan hari Idul Fitri dan Idul Adha. Tujuannya, agar umat Islam mempunyai tradisi yang lebih baik dan sejalan dengan apa yang disyariatkan oleh Allah Subhanahu Wa Taala. (Lihat, Risalah fil Aqaid, juz 3, halaman: 68).

Begitu pun Imam al-Baihaqi dalam kitabnya, As-Sunanul Kubra menampilkan bunyi haditsnya secara jelas. Rasulullah bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ : مَنْ بَنَى فِى بِلاَدِ الأَعَاجِمِ فَصَنَعَ نَوْرُوزَهُمْ وَمِهْرَجَانَهُمْ وَتَشَبَّهَ بِهِمْ حَتَّى يَمُوتَ وَهُوَ كَذَلِكَ حُشِرَ مَعَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: “Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah bersabda: Barang siapa membangun negeri kaum ajam (selain Arab), kemudian meramaikan hari-hari Nairuz dan Mihrajan mereka, serta meniru mereka hingga ia mati dalam keadaan seperti itu, maka ia akan dibangkitkan bersama mereka pada hari kiamat.” (Imam al-Baihaqi, As-Sunanul Kubra, juz 9, halaman: 234).

Arti Idul Fitri dan Lebaran

Secara bahasa kata idul fitri berasal dari kata ‘Id yang berasal dari kata ‘aada, ya’uudu yang berarti kembali. Sedangkan fitri artinya suci atau berbuka. Jadi, jika digabungkan menjadi satu yaitu idul fitri berarti kembali suci. Kembali suci dapat juga dimaknai sebagai dimpuninya dosa-dosanya selama bulan ramadan sehingga layak mendapatkan predikat manusia yang bertakwa.

Sedangkan arti lebaran berdasarkan KBBI artibta hari raya para umat Islam pada tanggal 1 Syawal setelah ibadah puasa selesai dijalankan selama bulan Ramadhan.Terkait asal usul istilah lebaran ini ternyata ada berbagai versi yang sudah ada sejak zaman dahulu.

M.A. Salamun, seorang sastrawan di era 1960-an menganggap istilah lebaran berasal dari tradisi Hindu, yang artinya selesai, usai, atau habis. Dalam hal ini menandakan bahwa habisnya masa berpuasa di bulan Ramadan.

Ada pula anggapan lebaran yang berasal dari kata ‘lebar’, yang artinya luas atau lapang. Istilah ini merupakan metafora bagi umat muslim untuk saling berlapang dada dan ikhlas sehingga dianjurkan untuk saling memaafkan terhadap sesama.

Baca dan Ikuti Jurnalistika di Google News klik di Sini.

Kontributor: Khazim

Idul Fitri

lebaran 2023


Populer

Petaka Tahun Baru: Satu Keluarga Tewas, hingga Mobil Masuk Jurang
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami