Jurnalistika.id – Badai Corona belum reda, Petani Aren Dusun Gunung Gadung, Desa Giriwangi, Tasikmalaya masih bertahan dengan rutinitasnya. Walaupun saat ini pendapatan per hari menurun lantaran daya beli konsumen tak stabil.
Petani di Dusun Gunung Gadung menjadikan gula kawung sebagai komoditas utama dan siap bersaing dalam selera dan rasa gula aren.
“Tahun kedua pandemi covid-19 banyak bandar bandar gula tidak serutin tahun sebelum era corona, bahkan terpaksa dibawa sendiri ke bandar (pembeli atau agen-red) biar ada pemasukan per hari,” jelas Anwar, Rabu (26/5/2021).
Petani aren asal dusun Gunung Gadung Desa Giriwangi Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, memiliki potensi nira yang lebih baik dibandingkan hasil nira dari dusun yang lain.
Gula Kawung dari Nira Menghasilkan Aroma Khas
Menurut Anwar, Pengolahan nira hingga menjadi gula kawung tanpa campuran sari kelapa atau pun air kelapa menjadikan aren sangat menjadi sumber gula terbaik.
Tanaman aren, seperti halnya tanaman kelapa, seluruh bagian tanamannya bisa bermanfaat, baik sebagai bahan pangan maupun non pangan.
“Kami masih menjual hitungan per bungkus hanya Rp.20.000 kepada bandar, produk gula kawung lebih ringan bobotnya,” jelas Anwar.
Menurutnya pembelinya lebih dominan dari Banten, Sukabumi dan Bandung. ” Ya paling sering datang membeli sebelum masa corona berasal dari Serang Banten ” jelasnya.
Sementara, Edi salah satu warga Ciputat mengatakan, gula kawung racikan petani aren dari Dusun Gunung Gadung memiliki ciri khas tersendiri.
“Rasa gulanya mantap pas untuk diseduh dengan jahe merah apalagi campuran bahan baku kecap,” ucapnya.
Ia berharap pemerintah Jawa Barat dapat mengobservasi potensi sumber gula Dusun Gunung Gadung Desa Giriwangi.
“Kualitas gula kawung sangat berbeda dan lebih harum wanginya” tandas Edi.
Baca juga: Kondisi-pandemi-covid-19-proyek-infrastruktur-2021-di-tangsel-habiskan-ratusan-miliar
