Jurnalistika
Loading...

Ketahui Sejarah Ketupat, Simbol dan Makanan Khas Lebaran di Indonesia

  • Khazim Mahrur

    22 Apr 2023 | 10:45 WIB

    Bagikan:

image

Foto proses pembuatan ketupat yang menjadi hidangan khas Lebaran. (Dok: Jurnalistika)

jurnalistika.id – Hari raya Idul Fitri atau kerap disebut lebaran ini, khususnya di Indonesia disimbolkan dengan gambar ketupat. Hal ini terlihat dari ucapan-ucapan selamat, bingkisan atau hal lainnya yang berkaitan dengan hari raya Idul Fitri ini tak lepas dari gambar makanan ini.

Selain menjadi simbol khas lebaran, ternyata ketupat juga menjadi makanan khas lebaran. Biasanya, ketupat ini disandingkan dengan makanan lainnya seperti opor ayam, daging atau yang lainnya.

Dalam momen hari bahagia ini, menyantap daging ayam atau lainnya memang terasa sangat nikmat. Terlebih jika disantap bersama dengan anggota keluarga dan saudara.

Namun, di balik itu semua, ketupat yang menjadi simbol dan makanan khas lebaran memiliki sejarah yang jarang kita ketahui. Lalu bagaimana sejarah ketupat sehingga menjadi simbol dan makanan khas lebaran? Tulisan ini akan membahasnya.

Sejarah Ketupat, Simbol dan Makanan Khas Lebaran

Sejarahwan Agus Sunyoto sebagaimana dikutip dari laman NU, menerangkan lebaran yang identik dengan ketupat. Menurutnya, ketupat ini merupakan tradisi khas Indonesia.

“Menurut Sejarawan Agus Sunyoto (2016), lebaran ketupat tradisi asli Indonesia. Itu sebetulnya diambil dari satu hadits, “man shoma ramadhana tsumma atba‘ahu syi’ta minsyawwalin fakaana shama kasiyaamidahron” (Barang siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka seperti telah berpuasa selama setahun penuh),” terang Agus.

“Orang yang berpuasa seperti itu disebut kaffah atau kafatan, artinya sempurna. Orang Indonesia menyebutnya kupat (ketupat) atau kupatan. Itu sebabnya orang Indonesia setelah berpuasa Syawal, ada hari raya ketupat, artinya hari raya sempurna.” imbuhnya.

Berdasarkan sumber yang lain, ketupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan Kerajaan Demak yang dipimpin Raden Patah pada abad ke-15. Bungkus ketupat yang terbuat dari janur untuk menunjukkan identitas masyarakat pesisir yang banyak ditumbuhi pohon kelapa atau nyiur.

Sunan Kaliljaga Menjadikan Ketupat Sebagai Simbol Lebaran

Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai media dakwah Islam sekaligus dalam perayaan lebaran, makanan ini menjadi simbol yang lazim dan berlaku di tengah-tengah masyarakat hingga kini.

Di Indonesia, kita mengenal adanya lebaran ketupat, yakni perayaan lebaran yang dilakukan seminggu setelah Idul Fitri. Dalam Perspektif sejarah masyarakat Nusantara khususnya bagi masyarakat pesisir dan agraris, ketupat dijadikan makanan khas ketika para petani melakukan tradisi selametan yang ditujukan pada “Dewi Kemakmuran” bernama Dewi Sri.

Biasanya tradisi tersebut dilakukan pasca-panen. Dewi Sri merupakan Dewi tertinggi dan terpenting bagi masyarakat agraris.

Ia dimuliakan sejak masa kerajaan kuno seperti Majapahit dan Padjajaran.

Selain itu, melihat kuliner khas di beberapa daerah ketupat hadir sebagai pelengkap hidangan seperti kupat tahu (Sunda), kupat glabet (Tegal), Coto Makassar, ketupat sayur (Padang), Sate Padang, Laksa (Cibinong), doclang (Cirebon), gado-gado, sate ayam, dan kadang disajikan dengan bakso.

Ketupat yang dalam bahasa Jawa disebut ‘kupat’ ini merupakan akronim dari “ngaku lepat”, yakni “mengakui kesalahan”. Dengan ketupat ini manusia tidak menganggap dirinya selalu benar, akan tetapi sebagai manusia yang tempatnya salah dan lupa menjadikan dirinya memiliki karakter mudah mengakui kesalahan, jika nyata-nyata memang dia yang bersalah.

Bukan sebaliknya, menutupi segala kesalahannya dengan membuat dalil atau argument sebagai pembenar.

Sedangkan bungkus ketupat menggunakan janur kuning melambangkan tolak bala. Bentuk segi empat menunjukkan prinsip “kiblat papat lima pancer” yang bermakna bahwa ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah SWT.

Rumitnya anyaman bungkus ketupat mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia. Sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah mohon ampun dari kesalahan.

Beras sebagai isi ketupat diharapkan menjadi lambang kemakmuran setelah hari raya.

Ikuti jurnalistika di Google News, klik di Sini.

Kontributor: Khazim

ketupat

lebaran 2023


Populer

Kronologi Pilkada Berdarah di Sampang: Beda Pilihan Nyawa Melayang
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami