Jurnalistika
Loading...

Mengenal Bubur Memek, Kuliner Lezat Khas Pulau Simeulue Aceh

  • Jurnalistika

    23 Agt 2023 | 15:35 WIB

    Bagikan:

image

Kuliner lezat khas Pulau Simeulue, bernama memek. (Dok. kebudayaan.kemdikbud.go.id)

jurnalistika.id – Daerah Kabupaten Pulau Simeulue, Aceh, memiliki kuliner khas yang unik bernama memek. Mungkin bagi sebagian orang mendengar nama tersebut akan berpikir hal aneh, tetapi itulah nama makanan berbentuk bubur ini.

Bubur memek umumnya terbuat dari pisang yang ditumbuk kasar, kemudian dicampur dan dimasak dengan beras yang sudah disangrai. Untuk menambah kenikmatan, kedua bahan itu akan dicampur dengan santan dan gula.

Agar bisa mendapatkan rasa yang enak dan tekstur yang pas, proses masak biasanya bakal memakan waktu sekitar satu jam. Setelah matang, memek akan berbentuk seperti bubur, tetapi rasanya tentu berbeda dengan bubur pada umumnya.

Mengutip dari situs Kemendikbud, kuliner khas Pulau Simeulue ini sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Tepatnya dalam sidang yang digelar di Hotel Millenium Jakarta, pada 13-16 Agustus 2019 lalu.

Asal Muasal Bubur Memek Pulau Simeulue

Secara bahasa, bagi masyarakat Simeulue sebenarnya memek memiliki arti mengunyah atau menggigit. Hal ini lantaran zaman dulu, nenek moyang Simeulue sering mengunyah beras ketan yang dicampur pisang, sehingga muncullah istilah mamemek.

Baca juga: 6 Daerah di Indonesia Pemilik Makanan Khas yang Jarang Diketahui

Dikutip dari Kemendikbud, mengenai kemunculan makanan ini masyarakat Simeulue tidak mengetahuinya. Namun sudah menjadi turun temurun dari orang tua sebelumnya, bahkan hingga saat ini sudah banyak digunakan di acara tertentu.

Sementara menurut sumber lain, bubur memek sudah ada pada masa pendudukan Jepang. Ketika itu warga berupaya menyembunyikan beras mereka agar tidak disita pasukan Jepang.

Masyarakat setempat pun memutuskan untuk tidak memasaknya karena asap hasil pembakaran bisa terlihat oleh tentara Jepang. Beras tersebut dikunyah mentah-mentah dengan buah pisang, dan kunyahannya tersebut menghasilkan suara gemeretak yang disebut mamemek.

Setelah pasukan Jepang pergi dari Simeulue, nama mamemek pun menjadi lebih singkat yaitu memek. Karena cara pengolahannya juga sudah diganti seperti yang dikenal sekarang ini.

Jadi Hidangan di Acara Tertentu

Masih dari Kemendikbud, saat ini bubur memek sudah biasa ditemukan dalam acara-acara tertentu. Misalnya ketika menyambut tamu daerah, acara kenduri dan juga saat bulan Ramadhan yang dijadikan sebagai menu berbuka puasa.

Selain itu, memek juga menjadi makanan yang cukup praktis untuk dibawa bepergian antar pulau. Jadi banyak masyarakat Simeulue membawanya sebagai bekal karena mudah memasaknya.

Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di Sini

bubur memek

memek

Pulau Simeulue


Populer

Potret Lautan Massa Aksi Penuhi Jalanan Depan Gedung Parlemen
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami