Jurnalistika.id – Pasien berinisial Y yang berobat di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) diduga mendapatkan pelayanan tidak menyenangkan, karena pasien tidak mendapatkan tindakan dari rumah sakit hingga berujung penyakin yang dialami semakin parah.
Yeni selaku menantu dari pasien Y yang mengatarkan ke RSU Tangsel menceritakan kronologi saat dirinya berobat di RSU Tangsel. Ia mangantar pasien Y yang sedang sakit maag, karena pasien juga mengalami batuk ringan maka sebelum mengambil tindakan oleh pihak rumah sakit melakukan rontgen paru-paru pasien.
Saat hasil rontgen paru-paru keluar, terlihat kondisi paru-paru yang tidak baik, sebelumnya Yeni menceritakan kepada pihak rumah sakit bahwa mertuannya memang memiliki riwayat penyakit paru-paru, dan kerjaan mertuanya adalah perendam emas.
“Mamang mertua saya memiliki riwayat penyakit paru-paru, karena dulunya iya bekerja melebur emas dengan kandungan kimia yang terhirup hingga menyebabkan penyakit paru-paru yang dideritanya,” ungkap Yeni, Rabu (30/09/2020).
Setelah itu, pihak rumah sakit menyuruhnya untuk tes swab karena terlihat dari hasil rontgen paru-paru seperti pasien Covid-19, karena tes swab butuh waktu 1-2 minggu untuk mendapatkan hasilnya maka pasien harus menunggu di tenda sebab runag isolasi yang penuh. Pihak keluarga menolak karena takut yang tadinya tidak positif menjadi positif, akhirnya pihak keluarga meminta untuk cek di rumah sakit lainnya, dan diperbolehkan dengan berstatus pulang paksa.
“Mertua saya akhirnya melakukan tes swab di Rumah Sakit Premier Bintaro dengan wahtu 1 hari mendapatkan hasil, tapi sebelum hasilnya keluar, saya harus membawa mertua saya ke RSU Tangsel tanggal 25 September pukul 11 malam karena maagnya semakin parah,” kata Yeni.
Lanjutnya, ia mendapatkan hasil tes swab tanggal 26 pukul 8 pagi dan memberikan ke RSU Tangsel hingga pasien Y dapat di pindahkan dari semulannya di tenda ke ruangan UGD.
Setelah pasien Y dipindahkan, Yeni yang pulang kerumahnya diberitahu pada pukul 2 siang oleh adiknya bahwa pasien Y harus melakukan tes swab ulang, karena foto rontgen yang mirip dengan penderita Covid-19 dan kurang yakinnya dokter paru-paru berinisal F.
Pihak keluarga yang merasa kecewa harus melakukan tes swab ulang akhirnya membawa pasien Y pulang dan berobat di klinik 24 jam.
“Saya sudah mengikuti anjuran dari dokter umum yang sebelumnya, cuma saya minta jaminan saja jika mana memang saat mertua saya di tes swab ulang lagi dan hasinya negatif apakah dokter paru-paru berinisal F mau menggantinya, dan saat itu saya tidak mendapatkan jawaban hingga saya pulang saja,” tegas Yeni
“Saat mertua saya berobat di klinik 24 jam, doktor umum mengatakan mertua saya positif tipes karena maag yang mengakibatkan kerusakan organ hati. saya merasa kecewa dengan tindakan rumah sakit, jika menunggu yang hasil tes swab tanpa diobati besar kemungkinan orang tua saya akan meninggal,” ujar Yeni
Saat tim Jurnalistika.id mencari prosedur dan keterangan RSU Tangsel, dr. Lasdo selaku Koodinator Perawatan Pasien Khusus Covid-19 mengatakan, dasar untuk mendiagnosa tidak sekedar dari keluhan pasien, ada pemeriksaan fisik, contoh pemerikasaan dengan stetoskop, jika ada suara yang berbeda di paru, ada indikasi melakukan rontgen, ternyata dari rontgen ada hasil curiga ke arah Covid-19, maka akan dilakukan proses penanganan secara Covid-19.
“Melakukan prosedur, kita mengikuti pedoma, pada saat dipedoman Kemenkes itu diwajibkan kita melakukan screening untuk pasien-pasien yang bergejalan influenza, kita tau influenza penyakita yang sangat umum kan, dimasa pandemi ini harus kita curigain sebagai Covid. jadi untuk memastikannya rumah sakit meminta pasien melakukan tes swab,” kata Lasdo
“Selama kita bikin prosedur, swab negatif tidak positif tidak Covid, positif pasti Covid. Dalam praktek ada masalah keyakinan dokter, ada pertimbangan-pertimbagan tertentu yang mungkin waktu itu dokter merasa gejalan sudah khas sekali, dia lebih percaya swab dari sini (RSU Tangsel), ya mungkin itu bisa saja dokter memutuskan seperti itu, tapi untuk detail nya saya tidak bisa jawab, karena bukan saya pelakunya, tapi tujuannya untuk menyelamatkan pasien dan orang lain dan dalam rangka menjalankan karantina kesehatan untuk tidak membuat itu Covid merugikan orang lain,” imbuhnya
Sampai berita ini dinaikan, belum adanya klarifikasi dari pihak dokter yang penanganin Pasien Y. serta saat tim Jurnalistika minta keterangan ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Selatan terkait prosedur Covid-19 dalam rumah sakit, Deden Deni selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan diduga menghindar saat ditemui.