jurnalistika.id – Israel dan Hamas akan gencatan senjata selama empat hari mulai Jumat pagi waktu setempat. Namun, Kamis malam Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza masih diserang oleh tentara zionis.
Dilansir dari Reuters, Gencatan senjata akan dimulai pada Jumat pukul 7 pagi waktu setempat meliputi wilayah Gaza Utara dan Selatan. Diikuti oleh pembebasan lebih dari 200 sandera Hamas selama pertempuran.
Seperti poin kesepakatan gencatan senjata sebelumnya, selama jeda pertempuran bantuan kemanusiaan akan mengalir ke Gaza. Sementara sandera Israel akan dibebaskan jam 4 sore waktu setempat.
“Warga Palestina juga akan dibebaskan dari penjara-penjara Israel sebagai bagian dari kesepakatan tersebut,” kata Al-Ansari kepada wartawan di Doha, dilaporkan Alarabiya, Kamis (23/11/2023).
Baca juga: Israel Sepakat Gencatan Senjata dengan Hamas, Ini Poin Kesepakatannya
Namun, menjelang gencatan senjata ini pertempuran masih terus berlanjut pada Kamis malam. Juru Bicara Kementerian Ashraf al-Qudra dalam pernyataan singkatnya mengatakan pasukan Israel menyasar generator listrik RS Indonesia di Gaza.
“Rumah sakit tersebut menjadi sasaran penembakan hebat yang menargetkan generator listrik dan sebagian besar bangunan,” kata pihak kementerian dikutip dari Andalou.
Akibat serangan ini, nyawa 200 pasien dan staf medis di RS Indonesia menjadi terancam. Belum ada laporan terkait tindakan ini dari pihak tentara Israel.
Makan Belasan Ribu Korban Jiwa Selama Pertempuran
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas hanya berlangsung selama empat hari, dan bisa bertambah satu hari setiap Hamas melepaskan 10 sandera. Menurut perhitungan Israel, pejuang Palestina itu memiliki sandera sekitar 240 orang warganya.
Dalam pernyataan pemerintah Israel saat menyetujui gencatan senjata dengan Hamas, perang akan terus berlanjut setelah jeda selesai. Di sisi lain korban jiwa terus berjatuhan sejak pertempuran ini dimulai pada 7 Oktober lalu.
Setidaknya sudah ada sekitar 14.000 warga Gaza kehilangan nyawa. Dari jumlah tersebut sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak, sebagaimana dilaporkan otoritas kesehatan Palestina.
Sementara Komisaris Jenderal Badan Pengungsi Palestina PBB, UNRWA, Philippe Lazzarini mengungkapkan orang-orang sudah kelelahan dan kehilangan harapan terhadap kemanusiaan. Banyak orang menderita tak tertahankan.
“Mereka butuh istirahat, mereka layak tidur tanpa khawatir apakah mereka bisa melewati malam itu. Ini adalah hak dasar yang dapat dimiliki oleh siapapun,” kata Lazzarini.
Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.