Jurnalistika.id – Belum reda dari persoalan invasi virus corona, warganet dihebohkan oleh sebuah video viral perempuan lansia etnis Tionghoa yang diduga menjadi korban rasisme di Amerika Serikat.
Kilat, tagar #StopAsianHate trending di twitter, Covid-19 yang berawal kasusnya di Cina, disebut sebagai pemicunya.
Seperti pada awalnya, kasus pertama virus corona terjadi di Kota Wuhan, Tiongkok. Tiongkok sendiri menjadi negara dengan kasus Covid-19 tertinggi di dunia, sebelum akhirnya menyebar dengan wujud pandemi global.
Hingga saat ini, kiranya sudah terkumpul 137 juta kasus Covid-19 di dunia (Wikipedia, 2021).
Baca juga: WHO Ingatkan Pandemi Covid-19 Tak Akan Hilang dengan Vaksin
Melansir BBC News, bahwa Kejahatan rasial yang terjadi sering dikaitkan dengan retorika yang menyalahkan orang Asia atas penyebaran Covid-19.
Sementara, Mantan presiden Amerika Serikat, Donald Trump, bahkan ikut-ikutan menambah keruh fenomena ini dengan menyebut virus corona sebagai ‘virus Cina’ atau ‘kung flu.’
Hal ini tentunya menuai banyak aksi, serta-merta menguatkan alibi para Anti-Asia untuk melakukan aksi-aksi kejahatan rasial.
Tepat sejak viralnya kasus rasisme nenek Xiao Zhen Xie yang terjadi di pusat kota San Francisco, Amerika Serikat.
Boyband K-pop BTS menyuarakan opini dan pengalaman tidak mengenakan mereka terhadap kaum Anti-Asia. Mereka mengakui pernah mengalami tindakan diskriminasi rasial, seperti umpatan dan ejekan tanpa alasan alih-alih bertampang Asia.
Tidak hanya BTS, selebriti sekelas Rihanna pun mengikuti kampanye penolakan rasisme tersebut dengan berpartisipasi dalam aksi ‘Anti-Asian Hate.’
Dengan trending-nya tagar #StopAsianHate, tentunya semua berharap jika fenomena rasisme tidak lagi memarak. Bukankah semua tidak ada yang benar-benar serupa?
Baca juga: Cek dan Download Jadwal Puasa Ramadhan 2021 di Indonesia, NU dan Muhammadiyah