jurnalistika.id – Perkembangan teknologi informasi yang tidak dibarengi kemampuan kapasitas kognitif menciptakan blind zone atau wilayah gelap yang menimbulkan sejumlah masalah. Hal itu disampaikan Staf Ahli Menkominfo,Prof DR Widodo Muktiyo dalam seminar daring bertema “ Tantangan dan Peluang Transformasi Komunikasi di Era Digitalisasi 5.0” yang digelar Jurusan Ilmu Komunikasi, Fikom, Universitas Pamulang, pada Kamis (23/11/23)
Widodo mencontohkan, masyarakat sudah memiliki kemampuan digital atau digital skill dalam menggunakan teknologi, namun tidak dibarengi dengan etika digital. Ini terbukti dengan banyaknya masyarakat yang memanfaatkan teknologi untuk mengakses hal hal yang kurang tepat seperti perjudian, pornografi, dan lain-lain.
Bahkan banyak yang menggunakan platform digital terutama media sosial untuk menyebarkan berita bohong, berita palsu, ujaran kebencian dll. Kemampuan digital skill bukan hanya dimiliki oleh anak anak muda, namun juga orang tua dan ibu ibu rumah tangga.
“Jangan dikira ibu ibu itu tidak suka digital. Ibu ibu suka sekali digital untuk belanja online, namun tiba tiba terjerat hutang pinjol.” Tambah guru besar Ilmu Komunikasi UNS tersebut.
Masyarakat harus bisa menjawab tantangan tersebut menjadi sebuah wisdom atau kearifan. Berdasarkan sebuah penelitian, masyarakat Indonesia yang dikenal memiliki kearifan yang tinggi, saat memasuki era digital, etikanya diabaikan.
“ Ini oto kritik kita terhadap kondisi masyarakat, dari hasil penelitian bahwa kearifan dunia nyata di era digital ada pergeseran yang signifikan” tambahnya.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, praktisi dan konsultan Teknologi informasi dan komunikasi Ir. Amin A.T.M.Eng. IT menambahkan, proses digitalisasi di semua lini kehidupan dan industri akan semakin cepat dan membuat manusia akan semakin tergantung dengan kemudahan.
Di masa mendatang, kehidupan sehari hari akan didominasi oleh teknologi dan artificial intelligence ( AI), dimana seluruh pekerjaan manusia yang sifatnya repetitif, administratif, analisa data kompleks dll akan digantikan oleh teknologi digital atau robotik. Karena itu masyarakat harus belajar menerima dan beradaptasi dengan perubahan yang cepat.
Di sisi lain proses pengambilan keputusan masyarakat terhadap sesuatu hal, baik untuk masalah sosial kemasyarakatan, ekonomi dan bisnis sudah semakin cepat karena menggunaan informasi dan teknologi digital bukan lagi dari media tradisional.
Amin mengingatkan kepada masyarakat terutama para mahasiswa, jika ingin survive di era teknologi informasi dan komunikasi, maka harus mau beradaptasi dan menerima perubahan yang sangat cepat, memelihara daya kritis dan rasa ingin tahu serta tidak mudah percaya terhadap informasi yang kita terima, mau mempelajari teknologi dan AI yang relevan, serta mempelajari problem dan keperluan industri sedini mungkin.
Hal yang paling penting adalah masyarakat harus berhati hati dalam berperilaku menggunakan teknologi digital, karena semua perilaku digital sangat mudah terlacak dan sangat sulit dihapus.
“Jangan sampai perilaku berteknologi menjadi hambatana di masa depan” pungkasnya.
Penulis: Widayat S. Noeswa M.Si (Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang).
Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.