Jurnalistika
Loading...

Denny Januar Ali Luncurkan Buku Pertama di Indonesia yang Gabungkan Puisi dan Musik AI

  • Jurnalistika

    27 Jul 2024 | 19:15 WIB

    Bagikan:

image

Konsultan Politik dan penulis Denny Januar Ali (kiri) meluncurkan buku inovatif di Jakarta pada Jumat, 26 Juli 2024. (Denny JA)

jurnalistika.id – Konsultan politik dan penulis, Denny Januar Ali, meluncurkan buku inovatif berjudul “Ketika Kata dan Nada Berjumpa” di Jakarta pada Jumat (26/7/2024).

Inovasi diterapkan dalam buku ini dengan menggabungkan puisi dengan musik yang diciptakan oleh kecerdasan buatan (AI). Sehingga membuat buku karya Denny itu menjadi pertama di Indonesia, dan mungkin di dunia.

“Buku ini adalah yang pertama dari jenisnya di Indonesia dan mungkin juga di dunia,” kata Denny saat peluncuran.

Buku ini diterbitkan oleh Satupena Jakarta di bawah pimpinan Nia Samsihono dan memuat puisi-puisi dari para penyair Satupena Jakarta. Musik yang mengiringi puisi-puisi tersebut diaransemen menggunakan teknologi AI oleh Akmal Nasery Basral.

Baca juga: PPATK Ungkap Transaksi Rp127 M, Dicurigai Terkait Prostitusi Online Anak

Pada bulan April, lebih dari 200 artis, termasuk Jon Bon Jovi, Billie Eilish, dan Peter Frampton, menandatangani surat terbuka yang menyampaikan kekhawatiran tentang potensi risiko yang ditimbulkan kecerdasan buatan terhadap artis.

Surat tersebut, dirilis oleh Artist Rights Alliance, mengutuk “penggunaan AI yang eksploitatif untuk merampas suara dan rupa artis profesional, melanggar hak pencipta, dan merugikan industri musik.”

Penandatangan terkemuka surat tersebut termasuk Elvis Costello, ahli waris Bob Marley, Stevie Wonder, Smokey Robinson, Sheryl Crow, FINNEAS, Pearl Jam, Robert Smith dari The Cure, Mumford & Sons, dan banyak lagi. Mereka menyatakan kekhawatiran tentang dampak negatif AI terhadap hak cipta dan keberlanjutan karier musisi.

Baca juga: Studi BRIN Ungkap 13,9 Persen Remaja Gunakan Aplikasi Kencan untuk Cari Pasangan Seksual

Denny menjelaskan bahwa protes tersebut berfokus pada beberapa isu utama. Para musisi telah menyuarakan kekhawatiran tentang devaluasi musik, di mana AI menciptakan karya yang sangat mirip dengan lagu yang sudah ada tanpa izin atau kompensasi yang adil kepada pencipta aslinya.

Mereka juga menekankan perlunya melindungi hak cipta dan memberikan kompensasi yang adil kepada musisi yang karyanya digunakan sebagai materi pelatihan untuk AI.

“Tuntutan untuk menghormati hak cipta tentu harus diakui dan dihormati. Namun, kenyataannya adalah bahwa penggunaan AI dalam karya kreatif kini tidak dapat dihindari,” kata Denny.

Ia menunjukkan bahwa teknologi ini telah menjadi bagian integral dari berbagai bidang kreatif, termasuk menulis, komposisi musik, dan seni visual.

Baca juga: Gibran Sebut Pemerintah Terima Masukan Semua Pihak Demi Sukseskan Program Makan Siang Gratis

Ke depannya, Denny mengantisipasi kesenjangan yang makin besar antara dua kelompok kreator: mereka yang menggunakan AI dalam karya mereka dan mereka yang tidak.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di industri musik, tetapi juga di kalangan penulis, pelukis, dan seniman lainnya,” pungkasnya.

Sumber

Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini

buku puisi ai

buku puisi musik

literatur


Populer

Kronologi Pilkada Berdarah di Sampang: Beda Pilihan Nyawa Melayang
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami