Jurnalistika.id- Calon Wakil Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) nomor urut 1, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, menyatakan sejak awal sudah dapat menduga akan mendapatkan berbagai serangan politik untuk menjatuhkannya.
“Sejak hasil survei oleh Indikator keluar, di mana Muhamad-Saraswati unggul, saya tahu ada kemungkinan besar kami akan dilanda dengan segala upaya untuk menurunkan kredibilitas dan elektabilitas kami,” ujar Rahayu melalui media sosial Facebook, dikutip Minggu (29/11/2020).
Baca juga: Pemerintah Kawal Kesiapan Sarana Vaksin Covid-19, Kini Capai 97 Perse
Pernyataan dari keponakan Prabowo Subianto itu diduga untuk merespons nama dan perusahaannya yang dikait-kaitkan dengan kasus suap izin ekspor benih lobster yang menjerat Edhy Prabowo, yang merupakan wakil ketua umum Partai Gerindra.
Bagi Saras, menjatuhkan lawan politik menjelang kontestasi politik merupakan lagu lama. Sejak Edhy Prabowo ditangkap KPK, Saras sudah menduga akan diseret-seret.
“Tak lama kemudian berita soal menteri KKP keluar. Saya tahu bahwa kemungkinan besar hal itu akan dipermainkan untuk menyerang saya dalam kontestasi politik. Strategi seperti ini bukanlah hal baru. Dan sayangnya, dugaan saya benar,” ucap Saras.
Baca juga: #FrayForSigi Trending, warganet: Radikalisme dan Terorisme Harus Ditumpas Dari NKRI
Saras mengatakan, pada tanggal 13 dan 17 Juli 2020 sudah memberikan penjelasan mengenai ekspor benih lobster dan perusahaannya.
“Yang kedua kalinya (tanggal 17) merupakan pernyataan dan penjelasan langsung dari Bapak Hashim Djojohadikusumo. Ya, ayah mana yang sangat menyayangi anaknya yang ketika anaknya difitnah tidak merasa marah? Dan ya, ini episode lama, karena ini lagu lama yang diulang seperti kaset rusak. Namun, tetap saja penggorengan terjadi,” kata Saras.
Saras menegaskan, sejak maju ke pilkada Tangsel dirinya sudah tidak aktif di perusahaan keluarganya yaitu PT. Bima Sakti Mutiara, yang memperoleh izin budi daya lobster.
Tak hanya itu, Saras juga menyatakan dia dan perusahaannya tidak ada sangkut pautnya dengan kasus yang menjerat Edhy Prabowo.
“Kasusnya menteri KKP hanya berhubungan dengan gratifikasi yang dilakukan satu PT, tapi ini politik. Nama saya dikait-kaitkan. Tidak peduli caranya, walau hanya penggiringan opini berdasarkan asumsi tanpa bukti, yang penting pokoknya bagaimana supaya menjatuhkan nama baik dari seorang Rahayu Saraswati Djojohadikusumo,” pungkas Saras.