jurnalistika.id – Fenomena hujan es terjadi di Kota Depok, Minggu (9/10/2022). Hujan mengguyur kota tersebut sekitar Pukul 16.10 WIB, menumpahkan butiran es sebesar biji kelereng.
Peristiwa serupa memang kerap terjadi di Indonesia. Selain Depok, wilayah lain seperti Tangerang Selatan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta juga pernah terjadi hujan es.
Lantas apa penyebab fenomena hujan es itu terjadi di Indonesia?
Melansir laman resmi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), dalam istilah meteorologi, hujan es sering disebut ‘hail’, merupakan hujan yang terdiri atas bola-bola es.
Fenomena ini dapat terjadi lantaran awan Cumulonimbus tumbuh vertikal melebihi titik beku air dengan suhu di bawah 0 derajat Celcius atau di ketinggian sekira 16.000 kaki.
Dari proses tersebut, hujan es bisa muncul dengan dua cara.
Pertama, saat kumpulan es yang besar di atmosfer turun ke area lebih rendah dan hangat, maka terjadi hujan. Hanya saja, kadang tidak semua es akan mencair sempurna dan menjadikannya hujan es.
Kedua, proses lain munculnya hujan es melalui kejadian riming. Ini adalah keadaan saat uap air yang dingin tertarik ke permukaan benih-benih es.
Proses mengembun yang mendadak ini memicu terbentuknya es dengan ukuran yang besar dan jatuh ke bumi sebagai hujan es.
Tanda-tanda fenomena hujan es akan terjadi
Melansir, BMKG, berikut ini beberapa indikasi akan terjadinya hujan es.
- Satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.
- Udara terasa panas dan gerah karena radiasi matahari yang cukup kuat.
- Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan cumulus. Di antara awan tersebut, ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepi sangat jelas berwarna abu-abu.
- Tahap berikutnya, awan tersebut akan berubah warna dengan cepat menjadi abu-abu atau hitam atau awan cumulonimbus.
- Terasa ada sentuhan udara dingin.
- Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba.
- Jika 1-3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim pancaroba atau penghujan, ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang, baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.
Baca berita jurnalistika.id lainnya di Google News, klik di sini.