Jurnalistika.id – Seorang ibu berinisial WPS (38) asal Desa Selomarto, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, tewas gantung diri diduga akibat frustasi terlilit utang dari aplikasi pinjaman online (pinjol).
Polres Wonogiri melaporkan W tewas di kediamannya pada Sabtu, 02 Oktober 2021, pertama kali ditemukan oleh mertuanya pukul 04.00 pagi.
Di lokasi kejadian, polisi menemukan secarik kertas berisi pesan dari WPS. Surat yang ditujukan kepada suaminya berisi pesan agar merawat kedua anaknya dan melunasi utang-utangnya ke sejumlah pihak, salah satunya kepada perusahaan pinjol.
Baca Juga: IM57 Institute, Wadah Baru 57 Eks Pegawai KPK
Polisi yang melakukan olah tempat kejadian perkara juga mengamankan alat bukti buku catatan milik korban yang berisi panduan meminjam uang di perusahaan Pinjol.
Mengutip catatan di buku milik korban, dari utang sebesar itu baru Rp 8,6 juta yang bisa dilunasi ke 5 pinjol. dengan nilai total Rp 51,3 juta ke 25 pinjol.
Polisi telah memeriksa sejumlah saksi terkait dengan kejadian itu. Tim medis kepolisian juga sudah menyimpulkan bahwa WPS tewas bunuh diri dengan cara gantung diri.
BacaJuga: Benyamin Davnie Buka Workshop Online Pensi
Melensir Kumparan, Paur Humas Polres Wonogiri Aipda Iwan Sumarsono mengatakan, korban mengalami teror lewat pesan singkat dan juga panggilan telepon setiap hari.
“Korban setiap hari dapat ancaman (dari pinjol). Dimaki-maki kata-kata kotor, binatang keluar semua,” ujar Iwan, Senin (4/10).
Tak hanya dimaki, ibu dua anak itu juga diancam akan dipenjarakan oleh debt collector yang menagih utang itu.
“Mau dipenjarakan, dan ancaman lain-lainnya itu. Karena awam hukum ya sudah kejadian (bunuh diri) itu,” kata Iwan.
Berdasarkan pengakuan dari suami WPS, ibu dua anak ini frustrasi lantaran kerap diteror oleh pihak pinjol.
Bahkan sang suami merasa sebelum nekat mengakhiri hidupnya, korban juga bersikap aneh belakangan ini.
“Korban sempat bercerita mempunyai banyak utang di beberapa pinjaman online dan koperasi simpan pinjam (bank plecit), dan akhir-akhir ini sering mendapat teror dari bank online, sehingga membuat korban frustrasi,” kata Iwan.