Mengenal Luis Antonio Tagle, Kandidat Pengganti Paus Fransiskus dari Asia

  • Jurnalistika

    22 Apr 2025 | 09:55 WIB

    Bagikan:

image

Kardinal Luis Antonio Tagle. (Dok. vaticannews.va)

jurnalistika.id – Kepergian Paus Fransiskus telah membuka babak baru dalam sejarah Gereja Katolik. Setelah lebih dari satu dekade dipimpin oleh seorang Paus dari Argentina yang dikenal progresif dan merakyat, kini umat Katolik menanti sosok penerus yang dapat melanjutkan semangat reformasi dan keberpihakan pada kaum tertindas.

Dalam bursa nama-nama kardinal yang beredar, satu nama yang semakin mencuat adalah Luis Antonio Tagle, kardinal asal Filipina yang disebut-sebut sebagai “Fransiskus dari Asia.”

Mengenal Luis Antonio Tagle

Luis Antonio Gokim Tagle, atau akrab disapa Kardinal Chito, lahir di Manila pada 21 Juni 1957. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana yang menjunjung tinggi pendidikan dan nilai-nilai moral.

Ayahnya berdarah Tionghoa-Filipina, sementara ibunya adalah keturunan asli Filipina. Dalam banyak wawancara, Tagle tak pernah lupa menekankan pentingnya warisan nilai-nilai keluarga itu dalam membentuk jati dirinya sebagai pelayan Gereja.

Baca juga: Mengenang Paus Fransiskus: 7 Gebrakan Paling Berdampak Semasa Memimpin

Kesederhanaan bukan sekadar citra bagi Kardinal Tagle. Selama lebih dari dua dekade, ia tinggal di seminari dengan kamar sederhana tanpa televisi dan pendingin ruangan.

Bahkan setelah menjadi uskup, ia tetap memilih naik bus umum dan jeepney, menolak menggunakan kendaraan dinas.

Karakter seperti inilah yang membuatnya digemari, khususnya oleh umat Katolik di negara-negara berkembang yang mendambakan pemimpin rohani yang dekat dengan realitas hidup mereka.

Jejak Akademik dan Teolog Reformis

Setelah menyelesaikan pendidikan filsafat di Seminari St. Joseph, Tagle melanjutkan studi doktoral teologi di Catholic University of America di Washington D.C.

Pada jenjang pendidikan ini, ia mendalami konsep episkopal kolegialitas dan pengaruh Paus Paulus VI terhadap struktur kepemimpinan kolektif dalam Gereja. Topik yang mencerminkan pemikirannya tentang Gereja yang lebih inklusif dan partisipatif.

Baca juga: Mengenal Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik Dunia

Tagle adalah sosok teolog yang aktif. Ia pernah menjadi bagian dari International Theological Commission, dan turut menyumbang dalam proyek besar sejarah Konsili Vatikan II bersama Giuseppe Alberigo.

Kiprah akademiknya memperlihatkan orientasi progresif yang sejalan dengan arah perubahan Gereja pasca-Fransiskus.

Karier Gerejawi yang Mengglobal

Kiprah Tagle sebagai pelayan umat dimulai dari akar rumput. Ia bekerja di paroki-paroki, menjadi dosen teologi, hingga akhirnya diangkat menjadi Uskup Imus pada 2001 oleh Paus Yohanes Paulus II.

Sepuluh tahun kemudian, ia dipercaya menjadi Uskup Agung Manila, keuskupan paling penting di Filipina.

Karier globalnya kian menguat saat Paus Fransiskus mengangkatnya sebagai Kardinal pada 2012. Lalu pada 2019, ia ditunjuk menjadi Prefek Dicastery for Evangelization, sebuah jabatan kunci dalam misi pewartaan Gereja ke seluruh dunia.

Penunjukan ini dianggap sebagai sinyal kuat bahwa Paus Fransiskus mempersiapkan Tagle untuk peran yang lebih besar di masa depan.

Populer di Kalangan Progresif

Kardinal Tagle kerap dianggap sebagai wajah masa depan Gereja Katolik yang lebih terbuka dan dialogis. Dalam berbagai sinode, ia secara konsisten menyuarakan pentingnya mendengar suara kaum miskin, perempuan, migran, dan kaum terpinggirkan.

Ucapannya dalam sinode 2008 menjadi kutipan ikonik: “Gereja yang tidak mendengar orang miskin, tak layak merayakan Sabda Tuhan.”

Sebagai Presiden Caritas Internationalis dan Federasi Kitab Suci Katolik Dunia, Tagle memimpin inisiatif-inisiatif kemanusiaan dan literasi Alkitab di berbagai benua.

Ia juga dikenal melalui program televisi mingguan The Word Exposed yang menafsirkan bacaan Injil secara relevan dan menyentuh.

Peluang dan Tantangan Menuju Tahta Suci

Sebagai kandidat paus dari Asia, Tagle membawa semangat Gereja yang kontekstual dan responsif terhadap tantangan dunia modern, termasuk krisis iklim, ketimpangan sosial, dan migrasi global.

Banyak yang melihatnya sebagai sosok ideal untuk melanjutkan semangat reformasi yang dirintis oleh Paus Fransiskus.

Namun, ada pula keraguan. Usianya yang masih 67 tahun dinilai relatif muda dalam konteks pemilihan paus. Sejumlah kardinal disebut lebih condong memilih kandidat berusia lebih tua untuk masa jabatan yang lebih terbatas, demi memberi kesempatan lebih banyak pada kandidat lain dalam konklaf-konklaf mendatang.

Kendati demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa popularitas Tagle yang melampaui batas negara menjadikannya simbol harapan akan Gereja yang lebih inklusif dan merakyat.

Bila akhirnya terpilih, ia bukan hanya akan menjadi paus Asia pertama, tetapi juga simbol nyata dari Gereja yang benar-benar global.

Bagi umat Katolik di Asia dan duni, figur seperti Luis Antonio Tagle bukan sekadar tokoh religius. Ia adalah harapan, bahwa Gereja tidak berjalan mundur, tapi maju dengan wajah baru yang penuh belas kasih, keadilan, dan keterbukaan.

Ikuti dan baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini

Sumber: ppoomm.va

kandidat pengganti paus fransiskus

Luis Antonio Tagle

profil luis antonio tagle