jurnalistika.id – Google Doodle hari ini, Sabtu (5/11/2022) menampilkan foto sastrawan Raja Ali Ahmad. Selain sastrawan, ia juga dikenal sebagai ulama besar dari tanah Melayu.
“Doodle hari ini merayakan kehidupan dan warisan Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad. Dia adalah seorang sejarawan, cendekiawan, dan penulis terkenal yang memimpin kebangkitan sastra dan budaya Melayu pada abad ke-19. Raja Ali secara anumerta dihormati sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada hari ini pada tahun 2004,” tulis Google Doodle.
Sosok yang mendapat gelar pahlawan tepatnya pada 10 November 2004 ini juga terkenal sebagai pencatat pertama dasar-dasar tata bahasa Melayu lewat buku Pedoman Bahasa. Buku tersebut menjadi standar bahasa Melayu.
Raja Ali Ahmad lahir pada tahun 1808 di Lingga, Pulau Penyengat, Riau. Dia adalah putra dari Raja Ahmad, dan cucu dari Raja Ali Haji Fisabilillah (Yang Dipertuan Muda IV dari Kesultanan Lingga-Riau dan juga merupakan bangsawan Bugis, saudara Raja Lumu).
Sementara Ibundanya, Encik Hamidah binti Malik adalah saudara sepupu dari ayahnya dan juga dari keturunan suku Bugis.
Ayahnya menjadi orang pertama yang mengajari pendidikan dasar. Ia juga mendapatkan pendidikan dari lingkungan istana Kesultanan Riau-Lingga di Pulau Penyengat.
RAH termasuk orang pertama yang dapat bersentuhan dengan pendidikan bidang agama, bahasa, dan sastra. Pendidikan tersebut ia dapatkan dari luar lingkungan kesultanan.
Pada tahun 1822 beserta rombongan ayahnya ia sudah menyentuh tanah Betawi. Kemudian, pada tahun 1828 bersama ayahnya, ia pergi ke Mekkah untuk Berhaji sekaligus untuk belajar bahasa Arab dan ilmu agama.
Saat usia muda, yakni pada usianya yang ke 20, Raja Ali Ahmad sudah mendapat tugas penting kesultanan. Selama 12 tahun atau hingga usianya 32, ia memerintah di daerah Lingga. Kepemimpinanya itu ia lakukan bersama sepupunya, Raja Ali bin Raja Ja’far untuk mewakili Sultan Mahmud Muzaffar Syah.
Maha Karya Raja Ali Ahmad
Dalam bidang kesusastraan, Raja Ali tampak tidak pernah meninggalkan ciri khasnya, yakni mengakar pada tradisi kesusastraan Islam serta Melayu.
Karyanya yang paling terkenal adalah Gurindam Dua Belas pada tahun 1847. Karya ini menjadi karya tak ternilai bahkan paling menonjol di antara karya yang lain.
Karya sastra Gurindam Dua Belas diabadikan di sepanjang dinding bangunan makamnya. Sehingga, setiap pengunjung yang datang dapat membaca serta mencatat karya maha agung tersebut.
RAH meninggal pada tahun 1873 di Pulau Penyengat, Riau. Makam RAH berada di komplek pemakaman Engku Putri Raja Hamidah. Persisnya, terletak di luar bangunan utama Makam Engku Putri.
Selain Gurindam Dua Belas, buku karya RAH berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa telah ditetapkan dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 sebagai bahasa nasional Indonesia.
Atas dasar kontribusi yang sangat penting inilah, Raja Ali Haji. memang layak mendapatkan penghargaan tersebut.
Baca berita jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.