Jurnalistika.id– Ekonom Senior Universitas Indonesia Faisal Basri mengkritik pemerintah atas carut marutnya penanganan Virus COVID-19. Terutama, kata dia, karena adanya keterlibatan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
“Penanganan pandeminya enggak jelas, siapa yang jadi komandan? Luhut Panjaitan atau Ketua Satgas atau siapa? setiap orang bicara,” kata Faisal dalam diskusi online, Jumat (24/4/2020).

Hal itu setidaknya tercermin dari maju-mundurnya kebijakan larangan mudik yang dinilai terlambat diambil pemerintah. Belum lagi adanya ketidakkompakkan antara pemerintah pusat dan daerah soal larangan ojek online angkut penumpang saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Bahkan, dari pengamatannya seolah pemerintah tak serius dalam menegakkan aturan PSBB karena masih banyak orang keluar rumah. “Sebetulnya kita amat sulit memprediksi Indonesia karena penanganan COVID-19-nya enggak karu karuan. Kita tidak pernah tahu, serba tanggung. Mudik, sudah jutaan keluar, baru dilarang. PSBB di Jakarta kita lihat, kemarin saya kebetulan wajib ke rumah orang tua, macet di Pancoran seperti tidak ada apa-apa,” ujarnya.
Perpindahan manusia yang sekaligus memperbesar risiko penularan baru Virus Covid-19 masih terjadi. Kondisi ini, kata Faisal, bisa bikin pemerintah kesulitan dalam menghitung kebutuhan ongkos penanggulangan Virus Covid-19 yang tepat. “Jadi kita tidak pernah tahu sampai puncaknya itu kapan. Dan ongkosnya semakin besar. Dan kita tidak punya kemampuan untuk mem-backup ekonomi kita supaya tidak turun terlalu tajam,” tandasnya.