jurnalistika.id – Persoalan kenaikan harga beras yang terjadi akhir-akhir ini menjadi isu yang cukup mengkhawatirkan. Betapa tidak, beras merupakan bahan pokok yang sangat dibutuhkan semua warga, terlebih kalangan bawah.
Bank Indonesia (BI) bahkan mewaspadai kenaikan harga beras berdampak pada tingkat inflasi dan penurunan daya beli.
Meski sampai saat ini inflasi inti masih aman di bawah 3 persen, BI menilai dari sisi pangan sedikit mengkhawatirkan akibat kenaikan harga beras dan bahan pokok lainnya.
“Inflasi core (inti) kami sudah nyaman tapi volatile food kita harus waspadai bersama terutama beras,” jelasnya dalam acara CNBC Economic Outlook 2024, Kamis (29/2).
Baca juga: Waspada! BMKG Prediksi Hujan Lebat Masih Terjadi di DKI Sekitarnya pada Maret 2024
Nilai harga beras setelah naik di berbagai daerah pun berbeda-beda. Misalnya, di daerah Madura tepatnya Kabupaten Pamekasan, harga beras premium dipatok Rp14.500 hingga Rp15.000 per kilogram. Sementara, beras kualitas medium kisaran Rp12.000 hingga Rp14.000 per kilogram.
Bahkan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, dilaporkan harga beras sudah mencapai Rp21.000 per kilogram. Jika membeli karungan dengan berat 50 kg, diperkirakan harganya mencapai Rp1 juta.
Ragam Pendapat Soal Kenaikan Beras
Berbagai pendapat soal kenaikan harga beras ini pun muncul dari berbagai pihak. Pernyataan itu muncul dari pemerintah hingga anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Seperti Anggota Komisi DPR VI Herman Khaeron, ia menduga kenaikan harga beras ini terjadi disebabkan caleg memborong untuk kebutuhan jelang Pemilu dan Pilkada 2024.
Akibatnya ada kenaikan permintaan menghadapi Pemilu. Apalagi kondisi tersebut juga bersamaan dengan momentum menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.
“Kemarin kan ada momentum pemilu. Pemilu kan mungkin para caleg beli beras juga untuk bagi-bagi dan lain sebagainya,” kata Herman di Kompleks Parlemen, Kamis (29/2) dikutip dari CNN Indonesia.
Baca juga: Mengenal Pangkat Jenderal Kehormatan yang Diberikan Jokowi kepada Prabowo
Pihak lain, Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat berpandangan harga beras naik karena kebijakan penggunaan cadangan beras pemerintah (CBP) untuk bansos menjelang Pemilu 2024.
Namun, pernyataan ini kemudian dibantah oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo. Justru menurut Arief, penyebab kenaikan beras adalah berkurangnya jumlah produksi dalam negeri.
“Karena dari panen lokal kemarin angkanya di bawah 1 juta ton. Kebutuhan sebulan 2,5 juta – 2,6 juta ton. Jadi ini mesti clear,” ucapnya.
Selain itu, dalam kesempatan lain Arief jua mengatakan ada tiga faktor kenaikan harga beras. Di antaranya kenaikan harga gabah kering, kenaikan sewa lahan, dan kenaikan harga pupuk.
El Nino Jadi Penyebab Harga Beras Naik
Sementara pendapat soal kenaikan harga beras juga datang dari pihak Istana. Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin menilai bahwa kenaikan harga beras karena fenomena alam el nino. Sama halnya yang terjadi di seluruh dunia.
“Kalau harga beras naik itu memang gejala kenaikan harga pangan di seluruh dunia. Itu gejala global akibat el nino, sudah diketahui,” kata Ma’ruf dalam keterangan pers di Auckland,Selandia Baru, Jumat (1/3/2024).
Lebih lanjut, Ma’ruf menerangkan harga beras naik disebabkan oleh panen yang terlambat. Hal ini berdampak pada defisit pasokan di pasar.
Baca juga: Kenaikan Harga Beras di Tangsel, Ini Keterangan Dinas Ketahanan Pangan
Oleh karena itu, pemerintah kini tengah berupaya mengimpor beras dari negara lain demi memastikan pasokan di beras. Walaupun menurut Ma’ruf langkah ini bukan perkara mudah karena banyak negara mengalami kesulitan serupa.
“Ketersediaan beras itu cukup impor ini. Karena impor juga tidak mudah kan, negara-negara lain juga mengalami hal yang sama,” tuturnya.
Permasalahan yang menyangkut kepentingan semua warga negara ini perlu untuk segera diatasi. Sebab, jika terus berlarut, kepanikan mungkin bisa terjadi di tengah masyarakat.
Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.