jurnalistika.id – Serikat Demokrasi Indonesia (SDI) menyoroti sejumlah isu di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Isu yang dibahas dalam satu forum diskusi yang digelar di Kampung Konservasi Rimbun, Ciater itu menyoroti peran anak muda, demokrasi, dan gerakan anti korupsi.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP SDI, Salsabila Syaira mengatakan, anak muda Tangsel seperti terancam frustasi dengan identitas sosialnya. Tangsel, secara geografis memang strategis sebagai wilayah penyangga Ibu Kota. Namun di sisi lain, realitasnya, Tangsel adalah bagian dari Provinsi Banten.
Menurut perempuan yang beken disapa Salsa ini, Kota Tangsel, seperti wilayah di Banten lainnya, masih kentara dengan ketimpangan sosial. Posisi strategis itu menurut dia yang bikin anak-anak muda di kota ini memiliki cita-cita hidup ideal seperti di Ibu kota. Tetapi dalam realitasnya, mereka hidup dengan standar di Provinsi Banten.
“Bisa dibilang, cita-cita Ibukota, tapi realitasnya Banten,” kata Salsa usai menjadi pembicara pada diskusi publik yang digagas SDI Tangsel di Serpong, Jumat (27/1).
Sebelumnya, diskusi publik bertema ‘Pemuda, Demokrasi, dan Gerakan Anti Korupsi di Tangerang Selatan’ digelar di Kampung Konservasi Rimbun, Ciater, Jumat (27/1/2023). Pantauan di lokasi, diskusi tersebut berlangsung riuh dengan pembahasan sesuai tema.
Tak hanya anak muda yang tampak mengikuti forum tersebut. Terlihat juga ibu-ibu mengikuti diskusi yang diisi oleh pembicara Sekjen DPP SDI, Salsabila, Sekjen GPK Riyan Hidayat, dan Aktivis Perempuan, Tika Dian Pangastuti itu.
Salsa menerangkan, kegiatan tersebut menjadi upaya pihaknya untuk menghidupkan ruang-ruang diskusi anak muda. Menurut dia, hari ini terkesan seperti ada pihak yang membatasi anak muda untuk mendiskusikan soal-soal kekuasaan.
“Buktinya apa? Banyaknya pemantauan dan juga pengkondisian diskusi yang dianggap mengancam eksistensi rezim atau kepempimpinan,” ujarnya.
Padahal menurutnya, anak muda merupakan bagian penting sebelum kekuasaan memutuskan kebijakan. Anak muda, kata dia, bisa memberikan masukan-masukan konstruktif akan soal-soal pembangunan.
“Karena (masukan yang disampaikan -Red) anak muda itu berangkat dari kajian. Jadi masukan-masukan itu akan menjadi dasar penting kebijakan. Karena public policy itu harus berangkat dari social policy,” bebernya.
Sekjen GPK Soroti Isu Korupsi di Tangsel
Sementara itu, Sekretaris Jenderal DPP Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK), Riyan Hidayat menyoroti gerakan isu korupsi di Tangerang Selatan. Menurut Riyan, isu korupsi di Tangsel patut disorot lantaran adanya sejumlah proyek pembangunan yang mangkrak.
Bahkan, kata dia, tidak hanya pembangunan fisik saja yang mangkrak. Lebih dari itu, juga proses penegakan hukum dan pemberantasan korupsi di Tangsel yang mangkrak.
“Ini yang kita sayangkan bersama, Tangsel tidak hanya mangkrak pada sektor pembangunan tetapi juga penegakan hukum dan pemberantasan korupsi,” kata mantan Presma UIN Jakarta dalam pemaparan materinya.
Ketua SDI Tangsel, Andi Maulana menyatakan, pihaknya sendiri akan berfokus pada isu demokrasi di Tangerang Selatan. Hari ini, menurut dia, ada fenomena menurunnya tingkat keterlibatan anak muda dalam isu-isu publik.
Andi tak ingin menduga, jika fenomena itu lantaran saat ini, organisasi kepemudaan atau mahasiswa di Tangsel sudah menjadi mitra kekuasaan. Namun, ia meyakinkan jika hadirnya SDI di Tangsel ini akan kembali menghidupkan ruang-ruang kritis anak-anak muda.
“Adanya SDI ini, paling nggak ke depan kita bikin semangat lagi lah, kawan-kawan semua untuk mengupayakan aspirasi atau jadi agent control kekuasaan yang ideal,” kata Andi.
Baca berita lainnya di Google News, klik di sini.
(fsy/red)