jurnalistika.id – Perseteruan antara pendukung Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok dengan Anies Baswedan belum juga padam pasca Pilkada DKI Jakarta pada 2017 yang lalu.
Di media sosial Twitter bahkan tagar ‘Bapak Politik Identitas’ menjadi trending topik hari ini, Rabu (22/6/2022). Kedua kubu saling tuding siapa yang berhak menyandang gelar ‘Bapak Politik Identitas’, Ahok atau Anies?
Baik pendukung Ahok atau pun Anies sama-sama mengunggah berbagai meme dengan narasi yang menguatkan sematan gelar tersebut kepada kedua figur yang memainkan politik identitas saat Pemilu.
Lantas apa sih politik identitas itu?
Perbincangan politik identitas memang kerap kali terdengar nyaring, dan menghangat menjelang Pemilu 2024.
Melansir laman fisipol.uma, politik identitas sendiri merupakan kecenderungan kelompok yang menjadikan kesamaan latar belakang seperti ras, agama, etnis, sosial, atau budaya untuk membentuk aliansi politik.
Pada gilirannya, kelompok ini kemudian berusaha untuk melakukan promosi kepentingan khusus mereka sendiri.
Selain itu, dalam konteks yang lebih besar, politik identitas bertujuan untuk mengamankan kebebasan politik dari konstituen tertentu yang terpinggirkan.
Lalu apa konsekuensinya?
Konsekuensi logis dari politisasi identitas ialah berpotensi melahirkan konflik horizontal. Karena dapat menjadi akselerator bagi rontoknya konstruksi sosial.
Sebab itu, publik harus mewaspadai politik identitas terutama menjelang momentum politik, yakni Pilpres 2024. Sehingga tidak terperangkap dalam permainan semu (shadow game) yang menjajah cara berpikir.
Bukan tidak mungkin beberapa oknum memanfaatkan isu latar belakang SARA itu sebagai komoditas yang menjanjikan untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.
Masyarakat sendiri sebagai garda terdepan perlu membentengi diri dengan pemahaman mengenai politisasi identitas mau pun memperluas wawasan kebangsaan.
Baca berita jurnalistika.id lainnya di Google News, klik di sini.