Jurnalistika
Loading...

Menilik Konsep Kurikulum Merdeka Belajar Gagasan Nadiem Makarim

  • Jurnalistika

    10 Des 2022 | 17:05 WIB

    Bagikan:

image

(foto: Mendikbud Ristek Nadiem Makarim/Ist)

jurnalistika.id – Konsep Merdeka Belajar ala Nadiem Makarim terdorong karena keinginannya menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa beban pencapaian skor atau nilai tertentu.

Beberapa orang mungkin akan sangat setuju dengan konsep Menteri pendidikan kita tersebut. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bakal ada pihak yang kontra terhadap konsep ini. 

Konsep ‘merdeka belajar’ ini memang belum terlaksana langsung di seluruh lembaga pendidikan yang ada di Indonesia secara merata.

Namun, dengan hadirnya wacana yang telah menyebar luas di masyarakat terkait konsep merdeka belajar ini melahirkan bentuk harapan bagi mereka yang merasakan bangku pendidikan di Indonesia.

Beberapa hal baru yang terwujud dalam kurikulum merdeka belajar yang mencuri perhatian, yakni tidak adanya ujian nasional yang diganti dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.

Lantas, apa konsep lain yang ditawarkan oleh konsep ala Nadiem Makarim ini? berikut ulasannya.

Metode Pembelajaran dalam Konsep Merdeka Belajar

konsep merdeka belajar agar siswa antusias ikuti pelajaran
(Foto: Istimewa)

Konsep-konsep baru lainnya yang ada dalam kurikulum merdeka belajar, di antaranya:

1. Adanya sekolah minat bakat menjadi seperti sekolah umum

Intensi merdeka di sini, siswa memiliki kebebasan dalam memilih untuk bersekolah di sekolah akademik atau di sekolah minat bakat tanpa ada beban yang membuatnya bingung karena perbedaan di satu sisi.

2. Sistem belajar yang lebih menyenangkan 

Sistem belajar yang menyenangkan itu, dimaknai seperti berbaur dengan alam dan lingkungan masyarakat yang biasa kita sebut outing class, mesti dilakukan setiap minggu sekali atau bisa juga setiap bulan sekali saja untuk menghemat waktu dan biaya.

Sebetulnya tidak perlu jauh-jauh cukup di sekitar lingkungan sekolah saja itu sudah membuat pengalaman siswa pun bertambah dengan berinteraksi kepada alam dan warga di lingkungan sekitar sekolah.

3. Guru menanamkan nilai moral, karakter dan motivasi belajar yang baik dan menarik kepada Siswa 

Sebelum memulai pelajaran guru perlu memberikan materi terkait moral dan motivasi belajar beberapa menit sebelum memulai materi pembelajaran.

Hal itu sangat perlu dilakukan oleh setiap guru mata pelajaran, disampaikan juga dengan bahasa yang menarik agar siswa tidak pernah merasa bosan selalu merasa ingin lagi dan lagi.

Dengan begitu siswa menjadi semangat untuk belajar serta aktif di kelas dengan karakter baik yang dicerminkan.

4. Sistem penilaian atau evaluasi diganti dengan sistem reward yang diberikan oleh guru

Siswa yang bisa menjawab pertanyaan dari guru atau berani tampil ke depan, maka guru akan memberikan semacam hadiah.

Meskipun hadiah yang sederhana, sebenarnya siswa juga sudah senang mendapatkannya. Kalau bisa hadiahnya yang bisa dimanfaatkan untuk belajar siswa misalnya alat tulis atau yang lainnya.

Selain itu, ujian-ujian kenaikan kelas atau semester juga diganti dengan praktik kegiatan-kegiatan yang menghibur namun mendidik.

Lagi-lagi harus sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki serta diinginkan siswa, agar secara terus-menerus siswa dapat mengasah bakatnya di satu bidang sehingga menjadi lebih mumpuni tidak hanya terfokus kepada materi pembelajaran saja.

5. Hukuman atau sanksi yang tegas namun tidak membebani siswa 

Hal tersebut tentu sangat diperlukan untuk diberikan kepada siswa yang membuat kekacauan agar mendisiplinkan karakter baik kepada siswa.

Jika selalu diterapkan dengan baik, pasti lama kelamaan siswa akan jera dan karakter siswa sebagai anak bangsa akan terbenahi hingga menjadi siswa yang beretika. Jadi bukan hanya siswa yang berilmu tapi juga berkarakter.

Jika semua bentuk konsep tersebut dapat diimplementasikan secara bijak dan menyeluruh demi kebaikan sistem pendidikan di Indonesia, intensi terkait sistem pendidikan di Indonesia pun dapat diwujudkan.

Salah satunya yaitu pendidikan Indonesia menjadi terbenahi dan menyesuaikan perkembangan zaman agar tidak tertinggal jauh dengan sistem pendidikan di luar negeri, misalnya di Jepang.

Untuk itu, tentunya perlu ada kerja sama yang baik antara pemerintah, guru, siswa, dan juga orang tua siswa agar semua dapat terlaksana dengan baik.

“indonesia telah melakukan pergantian kurikulum pembeljaran beberapa kali, artinya Indonesia juga memiliki pengalaman yang tidak sedikit dalam hal ini. Apapun bentuk kurikulumnya tugas utama seorang pelajar adalah belajar, pendidik adalah mendidik. Kesuksesan dari kurikulum itu sendiri pun sangat bergantung kepada pelajar dan pendidiknya.”

Baca berita lainnya di Google News, klik di Sini.

Penulis: Nurul Fauziyah

Kampus Merdeka

Konsep Merdeka Belajar

Nadiem makarim


Populer

5 Fakta Soal Insiden Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami