Jurnalistika
Loading...

Upaya Sekolah Alam Prasasti Bekasi Membumikan Ide Ki Hajar Dewantara

  • Ratu Masrana

    06 Mar 2022 | 18:08 WIB

    Bagikan:

image

Siswa-siwa di Sekolah Alam Prasasti

jurnalistika.id – Memuliakan dan membahagiakan. Inilah tujuan pendidikan dari sekolah alam Prasasti Bekasi. Sekolah tanpa seragam ini terletak di Jalan Piket Indah, Sukatenang, Sukawangi, Kabupaten Bekasi.

Komarudin Ibnu Mikam, Dewan Pembina Sekolah Alam Prasasti mengatakan, lembaga pendidikan berbasis alam ini telah berdiri sejak tahun 2013.

Menurutnya, sekolah alam adalah sekolah yang paling sesuai dengan karakteristik Indonesia. Ini sejalan dengan ide Ki Hajar Dewantara yang menggagas Taman Siswa.

Simpelnya, Taman Siswa itu belajar di taman, di alam terbuka. Menguras ilmu dari alam, menari bersama lingkungan, belajar empati dari sekitar dan yang paling penting adalah learn from Maestro.

Baca juga: Mampukah Sistem Pendidikan Alternatif Menjawab Persoalan?

Indonesia adalah sebuah surga yang jatuh dari langit. Iklimnya keren dan cuacanya yang bersahabat menyebabkan pembelajaran bisa dilakukan di luar bukan di gedung atau di bangku sekolah.

“Konsep belajar di gedung atau di bangku sekolah adalah konsep Belanda. Cuaca di Eropa tidak bersahabat seperti di kita. Disana jika dingin ya dingin sekali begitupula jika panas,” jelasnya.

Mimpi Tentang Perubahan

pembinan sekolah alam bekasi
Komarudin Ibnu Mikam, Dewan Pembina Sekolah Alam Prasasti (Dok : Narasumber)

Sekolah alam Prasasti lahir dari kegelisahan dan mimpi-mimpi Abah Komar, begitu pria kelahiran Bekasi 7 Desember 1971 ini biasa disapa, mengenai perubahan. Latar belakangnya sebagai penggiat di LSM, politisi, dan kebudayaan semakin memantapkan keinginannya untuk mengembalikan identitas jati diri Bekasi ke arah yang lebih baik.

Ketika berada di sebuah persimpangan hidup, Abah Komar bertemu dengan sekolah alam Jingga di tahun 2013. Perjalanannya yang kerap mengalami kebuntuan-kebuntuan menemui jodohnya.

Kemudian, perenungannya yang panjang bertaut pada sebuah kesimpulan bahwa pendidikan adalah cara yang paling efektif membangun masa depan bangsa.

“Setelah saya pelajari secara detail, sekolah alam besutan almarhum Bang Wendo ini merupakan konsep yang sangat cocok,” imbuhnya.

4 Landasan Pokok Sekolah Alam Prasasti

Sekolah Alam Prasasti  Bekasi
Sekolah Alam Prasasti
  • Modal Setempat

Berbasis kapasitas lokal. Lingkungan setempat bukan dalam konteks kurikulum, bukan pula dalam konteks pencitraan. Tidak mengikuti mindset orang tua.

Sejujurnya, siswa merupakan warga setempat juga dari luar yang memiliki taraf ekonomi midle – low. Akibatnya, pendidikan di sekolah ini tak berbayar alias gratis.

  • Tempat Fleksibel

Kegiatan belajar menggunakan saung-saung yang terdapat di beberapa titik kawasan belajar. Demikian pula dengan kebutuhan aula untuk solat juga menjadi sarana yang melengkapi kegiatan belajar.

  • Learn from Maestro

Maestro adalah ahli yang tidak melihat standar modern belajar. Para siswa di Prasasti belajar memacul langsung pada ahlinya – para warga sekitar yang berprofesi sebagai petani. Demikian juga belajar memancing pada penduduk yang berprofesi sebagai nelayan.

Sayangnya, pengetahuan ini bahkan tidak diakui sebagai pengetahuan dalam dunia modern.

Lebih lanjut, guru-guru Prasati bukan melulu mereka yang S1, S2 dll seperti kualifikasi guru sekolah pada umumnya.

“Siapapun yang punya satu ayat disini bisa mengajar,” ungkap pria yang juga menjabat sebagai Ketua II dewan da’wah Kab Bekasi ini.

Namun, kebanyakan guru adalah fresh graduate, yang belum punya tanggungan.

Selain itu, jarak tempuh 2,5 kilo meter dari jalan utama ke sekolah dengan kondisi jalan yang tidak mulus juga merupakan uji nyali tersendiri buat para pendidik yang ingin berjuang disini.

  • Menggunakan Alam Sebagai Pembelajaran

Di Prasasti, belajar tidak mesti melalui buku. Alam sekitar menjadi silabus yang sangat luas. Pohon, daun, kali, sawah, rerumputan, biawak bisa jadi objek belajar yang menarik dan nyata.

“Media belajarnya ngga abis. Aktifitas belajar sangat terbuka dan berkah teknologi bisa menjadi ruang diskusi yang mengasikkan.”

4 alasan inilah yang membuat Prasasti menjadi sekolah seperti sekarang ini.

“Tahun 2016 akte yayasan berdiri, tahun 2017 TPQ mulai juga SD, SMP dan SMA,” kata Abah.

“Tahun 2018 kita buka Pesantren Lumbung Tahfiz. Alhamdulillah, dari yang awalnya hanya 2000 meter persegi kini berkembang menjadi 5000 meter persegi terdiri dari 4000 meter persegi pengairan dan 1000 meter persegi hak milik.” urainya.

Sementara itu, untuk bajet operasional Prasasti konsisten membangun gerakan bersama filantropi untuk menopang biaya sehari-hari.

Baca juga: Ustad Adnan Matien, Keluar Kerja Demi Bangun Pesantren AZA

Hingga kini, total siswa ada 97 orang. 21 orang tinggal dan sisanya pulang pergi. Mereka berasal dari kampung sekitar Prasasti seperti Cibitung, Rorotan, Serang, Garut, Tambun, Kebalen dll.

Dalam keadaan seperti itu, proses pendidikan membutuhkan 31 orang pendidik termasuk tim yang membersamai Prasasti.

Selanjutnya, untuk mendapatkan ijazah formal mereka menginduk ke sekolah negeri. Dalam perjalanannya, Prasasti telah meluluskan 2 angkat dari SMP dan SMA.

Arti Nama Prasasti

kegiatan siswa di Sekolah Alam Prasasti
Bermain dan belajar dengan alam

Awalnya namanya Prasasti Tarumanegara.

Prasasti itu kumpulan ilmu pengetahuan masa lalu yang tersimpan di media alam, bisa berupa batu atau benda lainnya yang menjadi jembatan dengan masa kini.

Bagaimanapun juga, Prasasti berisi kebijakan masa lalu yang bisa kita aplikasikan hari ini dalam rangka menjadi gerbong khalifatul fil ardhi – manusia seutuhnya.

“Bagaimana membangun Indonesia yang ramah lingkungan dengan tetap mengedepankan akhlak, logika science, leadership, wirausaha mandiri, dengan tidak merusak alam.”

Sejujurnya, Abah Komar berharap Prasasti bisa menjadi contoh bagi institusi pendidikan lain karena cocok dengan kultur masyarakat nusantara.

Kemudian, Prasasti mengapresiasi setiap anak adalah istimewa. Mereka unik dan punya kelebihan masing-masing.

“Guru itu mengajar bukan sesuai kurikulum tapi sesuai kapasitas anak. Di sini, ada anak kelas 6 belum bisa baca, tidak mendapat bully, tapi ia mahir sekali memperbaiki sepeda.”

Akhirnya, dengan ini, Sekolah Alam Prasasti memuliakan dan membahagiakan siswa. Apabila siswa bisa mulia dan bahagia, maka ia bisa memuliakan dan membahagiakan orang lain.

pendidikan

Sekolah Alam

sekolah alam bekasi

sekolah alam prasasti


Populer

Kronologi Pilkada Berdarah di Sampang: Beda Pilihan Nyawa Melayang
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami