jurnalistika.id – Menjelang hari natal dan tahun baru (Nataru), gejolak kenaikan harga pangan di pasar selalu menjadi persoalan.
Konsumsi rumah tangga yang tinggi dan ketersediaan pasokan bahan pangan yang rendah menjadi penyebabnya,
Terlebih saat masa pandemi seperti ini, penyebaran virus covid-19 yang masif. Menyebabkan terjadinya pembatasan mobilitas orang-orang untuk bepergian ke ruang publik.
Menyiasati hal tersebut, konsep urban farming atau usaha pertanian di perkotaan dengan memanfaatkan lahan-lahan terbuka yang ada di sekitar masyarakat menjadi solusi tepat.
Keterbatasan lahan bukanlah menjadi halangan untuk mengembangkan pertanian di perkotaan.
Tujuannya adalah untuk menjaga kualitas hidup masyarakatnya dengan ketersediaan bahan baku makanan yang sehat, seperti sayuran dan ikan.
Selain itu, karena banyaknya lahan kosong yang tak termanfaatkan di wilayah kota. konsep ini tidak hanya memenuhi unsur ketahanan pangan, tetapi juga pelestarian lingkungan.
Penerapan urban farming dapat dilakukan dengan menanam tanaman hortikultura seperti cabai, terong, bayam, dan sayuran lainnya menggunakan media polybag ataupun secara hidroponik.
Memberikan nilai ekonomi yang sangat bermanfaat bagi sektor rumah tangga.
Urban farming dengan mengkombinasikan beternak ikan dengan sayuran seperti membudidayakan ikan lele dengan sistem bioflok atau dengan menggunakan budi damber (budi daya ikan dalam ember) yaitu dalam satu ember ditanam benih kangkung yang cepat dipanen.
Hasil dari urban farming dapat menekan pengeluaran belanja rumah tangga di tengah ketidakpastian harga pangan terutama sayuran dan ikan, serta menjaga ketahanan pangan lingkungan.
Mentan: Ketahanan Pangan Pemantik Kebangkita Ekonomi
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengajak masyarakat Indonesia untuk membangun sektor pertanian Indonesia secara total.
Mentan menjelaskan, masyarakat dapat melakukan banyak cara untuk menghasilkan skala ekonomi yang jauh lebih besar.
Salah satunya dengan membuat konsep urban farming atau memanfaatkan lahan-lahan kosong dengan memanfaatkan sentuhan teknologi dan digitalisasi.
“Dan ini bukan hanya di Bogor saja, tapi juga dari Sabang sampai Merauke masih banyak tanah yang harus kita garap. Khusus di Pulau Jawa, saya berharap bisa lebih kuat dengan sistem intervensi dan teknologi agar produktivitasnya meningkat,” ujar Mentan saat memperingati hari tanah 2021 di halaman gedung Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBPSDLP) Cimanggu, Bogor, Jawa Barat, Kamis, (9/12/2021).
Dukungan pemerintah melalui Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) dengan meresmikan fasilitas pertanian presisi modern farming BBSDLP.
Fasilitas ini merupakan sistem pertanian modern yang hadir untuk memacu keinginan masyarakat agar mau bercocok tanam secara canggih.
Sebelumnya, Kementan memiliki memiliki program pengembangan Kampung Hortikultura. Program ini tidak hanya menyasar lahan hamparan yang sudah ada, tetapi juga petani dengan lahan sempit seperti di perkotaan.
Kini, pemerintah menyasar konsep urban farming sebagai program unggulan dengan menghadirkan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang sekarang berganti nama menjadi Pekarangan Pangan Lestari (P2L).
Baca Juga :