Jurnalistika
Loading...

Sejarah Kelam dan Cerita Pahit di Balik Hari Buruh 1 Mei

  • Firman Sy

    01 Mei 2023 | 17:55 WIB

    Bagikan:

image

Foto: Serikat buruh turun ke jalan memperingati Hari Buruh Internasional 1 Mei 2023. (Dok: Instagram/walhi.nasional)

Jurnalistika.id – Hari Buruh Internasional atau May Day diperingati setiap 1 Mei, hari ini. Peringatan Hari Buruh juga diperingati sebagai hari libur nasional.

Hari Buruh diperingati di seluruh dunia untuk mengenang perjuangan pekerja dalam mendapatkan hak yang adil dan sistem kerja yang layak.

Kesuksesan aksi buruh di Kanada pada 1872, peristiwa Haymarket 1886 di Chicago, Amerika Serikat, serta rangkaian kejadian lainnya adalah inspirasi di balik 1 Mei menjadi tanggal untuk memperingati Hari Buruh Internasional.

Sejarah Hari Buruh

Perkembangan kapitalisme industri di abad ke-19 dirasakan tidak adil oleh Buruh, seperti pengetatan disiplin jam kerja, dan minimnya upah. Hal itu menyebabkan aksi pemogokan kerja semakin sering terjadi.

Kongres Internasional pertama pada September 1866 di Kota Jenewa, Swiss, membahas tuntutan mengurangi jam kerja menjadi 8 jam sehari yang dihadiri oleh berbagai elemen pekerja di seluruh dunia.

Batasan-batasan ini mewakili tuntutan umum kelas pekerja Amerika Serikat, maka kongres mengubah tuntutan ini menjadi landasan umum kelas pekerja seluruh dunia.

Hari buruh ditetapkan pada 1 Mei oleh organisasi The Second International Comunist and Socialist melalui Kongres Sosialis Dunia pada tahun 1889 sebagai bentuk penghormatan kepada para pekerja yang meninggal dalam tragedi Hay Market Square di Chichago yang berlangsung selama 4 hari, sejak tanggal 1 Mei 1866.

Tragedi Kelam Haymarket

Pada 1 Mei 1886 sekitar 400.000 buruh melakukan demonstrasi untuk menuntut pengurangan jam kerja yang semula 19-20 jam menjadi 8 jam sehari. Aksi mogok kerja itu diorganisir oleh Federasi Buruh Amerika.

Dua hari berdemo, pada tanggal 3 Mei, pemerintah mengutus aparat kepolisian untuk meredam aksi di pabrik McCormick. Polisi dengan membabi-buta menembaki demonstran yang berhamburan.

Akibat peristiwa itu, empat orang tewas dan jauh lebih banyak lagi yang luka-luka. Ini menimbulkan amarah di kalangan kaum buruh, sebagian menganjurkan supaya mereka membalas dengan mengangkat senjata.

Sejumlah kaum anarkis yang dipimpin Albert Parsons dan August Spies, juga merupakan anggota aktif Knights of Labour, menyerukan kepada kelas pekerja agar mempersenjatai diri dan berpartisipasi di dalam demonstrasi keesokan harinya.

Pertemuan pada hari berikut, 4 Mei 1886, berlokasi di lapangan Haymarket, para buruh kembali menggelar aksi mogoknya dengan skala yang lebih besar. Aksi ini juga ditujukan sebagai bentuk protes tindakan represif polisi terhadap buruh.

Semula aksi ini berjalan dengan damai. Tetapi, karena cuaca buruk, banyak partisipan aksi membubarkan diri dan kerumunan tersisa sekitar ratusan orang. Pada saat itulah, 180 polisi datang dan memaksa pertemuan dibubarkan.

Ketika pembicara terakhir hendak turun mimbar dan menuruti peringatan polisi tersebut, sebuah bom meledak di barisan polisi. Satu orang terbunuh dan melukai 70 orang di antaranya.

Polisi menyikapi ledakan bom tersebut dengan menembaki kerumunan pekerja yang berkumpul, sehingga 200 orang terluka, dan banyak yang tewas. Tercatat 38 warga sipil dan 7 petugas polisi gugur dalam aksi tersebut.

Baca berita dan informasi menarik lainnya di Google News

Buruh

Hari Buruh Internasional

hay market

Mayday


Populer

Potret Lautan Massa Aksi Penuhi Jalanan Depan Gedung Parlemen
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami