jurnalistika.id – Pada masa Nabi Muhammad SAW, umat Islam mengalami berbagai peristiwa penting, termasuk sejumlah perang besar yang terjadi dalam upaya Rasulullah mempertahankan dan menyebarkan ajaran Islam.
Setiap peperangan memiliki latar belakang, strategi, dan hasil yang berbeda. Namun semua memberikan pelajaran berharga bagi perkembangan Islam.
7 Perang Terbesar Islam Zaman Rasulullah
Berikut ini tujuh perang besar yang terjadi pada masa Rasulullah, lengkap dengan waktu dan konteks masing-masing.
1. Perang Badar (624 M)
Perang Badar adalah perang pertama dan salah satu yang paling menentukan dalam sejarah Islam. Setelah hijrah ke Madinah pada 622 M, Rasulullah dan pengikutnya masih diintai oleh ancaman dari kaum Quraisy di Mekkah.
Ketegangan ini akhirnya memuncak menjadi Perang Badar pada tahun 624 M. Umat Islam, yang memiliki jumlah pasukan lebih sedikit dibandingkan Quraisy, memanfaatkan lokasi di dekat sumber air Badar untuk menaklukkan pasukan lawan.
Baca juga: Sejarah Perang Uhud: Kekalahan Umat Islam dari Kaum Quraisy
Perang ini dimenangkan oleh kaum Muslimin, dan berdasarkan beberapa riwayat, Allah SWT mengirimkan bantuan malaikat untuk memperkuat pasukan Muslim dalam peperangan ini.
2. Perang Uhud (625 M)
Setelah kemenangan di Perang Badar, selanjutnya umat Islam menghadapi Perang Uhud, yang terjadi pada 625 M. Perang ini menandai pentingnya disiplin dan kepatuhan terhadap perintah pemimpin.
Rasulullah mengerahkan 700 pasukan Muslim menghadapi 3.000 pasukan Quraisy di Gunung Uhud. Di awal pertempuran, pasukan Muslim menunjukkan kekuatan yang besar.
Namun, mereka mengalami kekalahan karena sebagian pasukan pemanah meninggalkan posisinya untuk mengumpulkan harta rampasan, meskipun Rasulullah sudah memperingatkan mereka.
Perang ini memberikan pelajaran tentang pentingnya patuh pada perintah dalam menghadapi musuh.
3. Fathu Makkah (630 M)
Fathu Makkah atau Pembebasan Mekkah terjadi pada bulan Ramadan tahun ke-8 Hijriyah (630 M). Peristiwa ini terjadi setelah kaum Quraisy melanggar perjanjian Hudaibiyah dengan menyerang Bani Khuza’ah, sekutu kaum Muslim.
Nabi Muhammad memimpin 10.000 pasukan menuju Mekkah untuk menaklukkannya tanpa pertumpahan darah yang berarti. Pembebasan ini menjadi simbol kemenangan besar bagi umat Islam, di mana Rasulullah memaafkan musuh-musuhnya dan memberi mereka kesempatan untuk bertobat dan masuk Islam.
4. Perang Hunain (630 M)
Perang Hunain terjadi tak lama setelah Fathu Makkah. Pemimpin suku Hawazin dan Tsaqif tidak senang melihat kemenangan umat Islam, dan mereka bersatu melawan kaum Muslim.
Dalam perang ini, kaum Muslim menghadapi tantangan berat, dan beberapa dari mereka terpecah karena rasa takut dan keraguan.
Baca juga: Benarkah Ada Arwah Orang Meninggal Gentayangan? Ini Penjelasan Ulama dan Dalilnya
Namun, Rasulullah mampu mempersatukan kembali pasukannya, dan mereka akhirnya menang. Perang ini mengajarkan pentingnya persatuan dan keteguhan dalam menghadapi musuh yang kuat.
5. Perang Thaif (630 M)
Perang Thaif adalah lanjutan dari Perang Hunain dan terjadi setelah kemenangan Muslim di Mekkah. Setelah kaum Muslim memukul mundur suku Hawazin dan Tsaqif di Hunain, mereka mengejar musuh yang bersembunyi di benteng Thaif.
Rasulullah memimpin pengepungan dan menginstruksikan pembakaran beberapa pohon yang dijadikan benteng oleh musuh.
Pasukan Muslim akhirnya berhasil mengalahkan musuh, meski menghadapi perlawanan yang cukup sengit.
6. Perang Khandaq (627 M)
Adapun perang Khandaq, atau Perang Parit, terjadi di Madinah pada 627 M. Perang ini dipicu oleh konspirasi kaum Yahudi Bani Nadir yang meminta suku-suku besar di Jazirah Arab untuk menyerang kaum Muslim.
Untuk mempertahankan Madinah, Rasulullah menerapkan strategi membangun parit di sekitar kota, sebuah taktik yang belum pernah diterapkan di Jazirah Arab sebelumnya.
Strategi ini berhasil menghentikan serangan pasukan gabungan yang jauh lebih besar, dan umat Islam meraih kemenangan tanpa pertempuran langsung.
7. Perang Mu’tah (629 M)
Selanjutnya, perang Mu’tah terjadi pada 629 M di wilayah Syam dan merupakan pertempuran melawan pasukan Kekaisaran Bizantium, Romawi Timur.
Perang ini dimulai setelah seorang utusan Muslim dibunuh di wilayah Syam oleh penguasa setempat. Rasulullah mengirimkan pasukan sekitar 3.000 orang untuk menghadapi pasukan Bizantium yang jauh lebih besar.
Baca juga: Ketahui 8 Etika Pergaulan dalam Islam untuk Menjalin Hubungan Harmonis
Meskipun kalah jumlah, pasukan Muslim yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah berhasil menunjukkan keberanian yang luar biasa dan mampu memukul mundur Bizantium.
Meski ketiga pemimpin ini syahid, perang ini menambah semangat kaum Muslim untuk menyebarkan Islam ke wilayah yang lebih luas.
Perang-perang di masa Rasulullah adalah bukti ketangguhan dan kecerdasan strategi umat Muslim dalam menghadapi situasi sulit. Setiap peristiwa memberi pelajaran penting dalam mengatur strategi, menjunjung tinggi persatuan, dan tetap memegang teguh prinsip Islam di tengah tekanan.
Islam memprioritaskan perdamaian, namun perlawanan diperlukan ketika umat terancam.
Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.