Jurnalistika
Loading...

Sejarah Kesultanan Banten Ubah Jalan Perdagangan Nusantara

  • Dea Sunara

    22 Jul 2024 | 18:55 WIB

    Bagikan:

image

Sebuah masjid di Banten tempo doeloe. (Dok. Wiki Commons)

jurnalistika.id – Banten merupakan provinsi di Indonesia yang terletak di bagian paling barat Pulau Jawa. Sejarah berdirinya Banten sebagai entitas yang signifikan dalam sejarah Indonesia sangat menarik dan penuh dengan dinamika politik serta budaya.

Berbicara Banten maka tak lepas dari sejarah Kesultanan Banten. Lantas bagaimana perjalanannya?

Awal Mula Berdirinya Kesultanan Banten

Wilayah Banten pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Sunda. Pada abad ke-16, wilayah ini menjadi salah satu pelabuhan penting di pantai utara Jawa.

Kerajaan Sunda memiliki pusat pemerintahan di Pakuan Pajajaran (sekarang Kota Bogor) dan Banten kala itu adalah salah satu pelabuhan utama, bersama dengan Sunda Kelapa (Jakarta) dan Cirebon.

Baca juga: 6 Paslon Jagoan PKS di Pilkada Banten 2024, dari Gubernur hingga Bupati

Pada tahun 1527, pelabuhan Sunda Kelapa direbut oleh pasukan Kesultanan Demak yang dipimpin oleh Fatahillah. Penaklukan ini dilakukan sebagai upaya untuk mengusir Portugis yang mulai berdagang dan membangun benteng di Sunda Kelapa.

Setelah penaklukan tersebut, Sunda Kelapa diubah namanya menjadi Jayakarta, yang kemudian menjadi cikal bakal Kota Jakarta.

Pembentukan Kesultanan Banten

Sekitar tahun 1526, Kesultanan Banten didirikan oleh Maulana Hasanuddin, putra dari Sunan Gunung Jati, salah satu dari Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.

Maulana Hasanuddin memimpin Banten dari sebuah pelabuhan kecil menjadi pusat perdagangan yang penting di Selat Sunda. Kesultanan Banten dikenal dengan kekuatan maritimnya dan menjadi pusat perdagangan lada dan rempah-rempah lainnya.

Kesultanan Banten mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa (1651–1682). Pada masa pemerintahannya, Banten berhasil menguasai sebagian besar wilayah barat Pulau Jawa dan memiliki hubungan dagang dengan negara-negara Asia lainnya serta Eropa.

Sultan Ageng juga melakukan perlawanan terhadap dominasi VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) Belanda di wilayah tersebut.

Penurunan dan Akhir Kesultanan Banten

Kejayaan Kesultanan Banten mulai meredup setelah adanya konflik internal di dalam kerajaan dan intervensi VOC. Sultan Haji, melemahkan pengaruh Portugis di wilayah tersebut, yang sebelumnya telah membangun benteng di Sunda Kelapa. Setelah penaklukan ini, Sunda Kelapa kemudian berganti nama menjadi Jayakarta.

Pembentukan Kesultanan Banten

Seiring dengan penaklukan Sunda Kelapa, wilayah Banten juga mulai memisahkan diri dari pengaruh Kerajaan Sunda dan menjadi bagian dari Kesultanan Demak. Setelah Demak runtuh, pengaruh Islam semakin kuat di wilayah Banten, dan pada tahun 1552, Maulana Hasanuddin, putra dari Sunan Gunung Jati (pendiri Kesultanan Cirebon), mendirikan Kesultanan Banten. Maulana Hasanuddin kemudian diangkat sebagai Sultan Banten pertama.

Masa Kejayaan Kesultanan Banten

Di bawah pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin dan penerusnya, Kesultanan Banten mengalami masa kejayaan. Banten menjadi pusat perdagangan penting di kawasan Selat Sunda.

Komoditas utama yang diperdagangkan meliputi lada, rempah-rempah, dan berbagai hasil bumi lainnya. Banyak pedagang dari berbagai belahan dunia, termasuk Eropa, Arab, China, dan India, datang ke Banten untuk berdagang.

Kesultanan Banten juga dikenal dengan kekuatan militernya dan mampu mempertahankan wilayahnya dari berbagai serangan, termasuk serangan dari kolonial Belanda.

Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682), Kesultanan Banten mencapai puncak kejayaannya. Sultan Ageng Tirtayasa berusaha memperkuat pertahanan dan memperluas wilayah kekuasaan Banten.

Kolonialisme dan Penurunan Kesultanan Banten

Namun, pada akhir abad ke-17, pengaruh kolonial Belanda mulai semakin kuat di wilayah Nusantara. Belanda, melalui VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), berupaya menguasai perdagangan dan wilayah strategis di Nusantara, termasuk Banten. Persaingan internal di antara para penerus Sultan Banten juga melemahkan kekuatan kesultanan.

Pada tahun 1682, terjadi perpecahan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan putranya, Sultan Haji, yang memilih bersekutu dengan VOC. Konflik ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk memperkuat posisinya di Banten.

Akhirnya, pada tahun 1813, Kesultanan Banten resmi dihapuskan oleh pemerintah kolonial Belanda, dan wilayah Banten dijadikan bagian dari pemerintahan Hindia Belanda.

Banten di Era Modern

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, wilayah Banten menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat. Namun, seiring dengan perkembangan administrasi dan aspirasi masyarakat setempat, pada tahun 2000, Banten resmi menjadi provinsi tersendiri, terpisah dari Jawa Barat.

Provinsi Banten kini terdiri dari beberapa kabupaten dan kota, termasuk Kota Serang sebagai ibu kotanya. Provinsi Banten diresmikan pada tanggal 4 Oktober 2000, berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000.

Sebelumnya, Banten merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Ibu kota Provinsi Banten adalah Kota Serang.

Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini

Banten

Banten history

Kesultanan Banten

Provinsi banten

sejarah banten

trending


Populer

Potret Lautan Massa Aksi Penuhi Jalanan Depan Gedung Parlemen
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami