jurnalistika.id – Pada era 90-an, terdapat sejumlah seniman slow rock Indonesia yang mungkin tidak seterkenal penyanyi-penyai lain yang sering nampang di TV. Bahkan, kemungkinan nama mereka sering luput saat membicarakan sejarah musik Indonesia.
Padahal, karya-karya para seniman slow rock Indonesia ini sangat populer di masanya, bahkan sempat merajai radio-radio. Musik yang kental akan nuansa Melayu menjadi salah satu ciri khas dari lagu-lagu mereka.
Tak hanya itu, suara para seniman ini pun terkenal dengan cengkok melayunya. Menjadi keunikan tersendiri yang mungkin di era sekarang jarang terdengar. Lantas siapa saja mereka?
Para Seniman Slow Rock Era 90-an
Berikut telah dirangkum tujuh di antara para seniman slow rock era 90-an yang karyanya mungkin sering diputar, namun tak sedikit yang tidak mengetahui penyanyinya.
1. Sultan: Sang Raja Pop Melayu yang Mendunia
Afrizani Sultan Tanjung, yang lebih dikenal sebagai Sultan, adalah salah satu nama besar dalam kancah slow rock Indonesia. Lahir di Sumatera Utara, Sultan mencuri perhatian melalui album perdananya Terpaksa Aku Lakukan (1998), yang sukses besar di Indonesia, Malaysia, Singapura, hingga Brunei Darussalam.
Karya-karyanya seperti Cinta Dimana Kini dan Mengapa Hatimu Berduri menggambarkan kepekaan emosi yang mendalam, menjadikannya ikon musik melayu.
Baca juga: 5 Pelajaran Hidup yang Didapat dari Film Bila Esok Ibu Tiada
Namun, keunikan Sultan tak hanya berhenti pada karier solo. Ia juga mendirikan band Sultan N’ Band pada 2011. Di sini ia memadukan sentuhan rock dengan nuansa melayu klasik.
Sayangnya, meski populer di negara tetangga, kontribusi Sultan kerap dianggap sebelah mata di tanah airnya sendiri.
2. Thomas Arya: Si Pengembara Nada Melankolis
Thomas Arya, penyanyi berdarah Minangkabau, adalah maestro lain yang berkontribusi besar pada genre slow rock. Lagu-lagunya seperti Bunga (2004) dan Syahara (2005) sering disangka berasal dari Malaysia karena cengkok melayunya yang khas. Padahal, Thomas adalah putra asli Indonesia.
Dengan kemampuan vokal unik dan gaya bermusik yang lembut, Thomas tak hanya memproduksi lagu-lagu berbahasa Indonesia tetapi juga album berbahasa Minang.
Salah satu karyanya yang paling dikenang adalah Mahligai Cinto, yang memperlihatkan kecintaan Thomas pada budaya asalnya.
3. Rhiena: Melodi dari Sumatera Barat
Rhiena, penyanyi asal Sumatera Barat, juga menjadi salah satu nama yang kerap terlupakan. Melalui lagu Terbuai Mimpi, ia menciptakan gelombang popularitas di era 90-an.
Namun, seperti Thomas Arya, namanya sering diasosiasikan dengan penyanyi dari Malaysia. Memiliki suara lembut yang khas, Rhiena berhasil merebut hati pecinta slow rock di Nusantara.
Baca juga: The Tielman Brothers: Band Rock N Roll Indonesia Pertama yang Mendunia
Meskipun kariernya tidak secerah nama-nama besar lainnya, Rhiena tetap menjadi salah satu sosok yang patut dikenang dalam sejarah musik slow rock Indonesia.
4. Asahan: Band Lokal dengan Nuansa Internasional
Banyak yang mengenal lagu Cinta Tasikmalaya tanpa tahu bahwa band Asahan yang membawakan lagu tersebut berasal dari Sumatera Utara, bukan Malaysia.
Grup ini memadukan musikalitas tinggi dengan sentuhan melayu klasik, menciptakan aransemen yang kaya dan berkarakter. Keberhasilan album perdana mereka, Cinta Tasikmalaya (2000), disusul dengan album Sanggup Ku Pertahankan (2001).
Sayangnya, jeda waktu panjang antar album membuat popularitas mereka meredup. Meski begitu, kontribusi Asahan dalam memperkenalkan warna baru pada slow rock Indonesia tetap layak diapresiasi.
5. Sonia: Kilau Bintang dari Tasikmalaya
Sonia Sopianti, penyanyi asal Tasikmalaya, memulai kariernya dengan album Miliki Aku (1998) yang langsung mendapat sambutan hangat di Indonesia dan Malaysia. Dengan lagu-lagu andalan seperti Luruh Cintaku dan Kau Sebut Namaku, Sonia berhasil mengukir nama di belantika musik Nusantara.
Namun, setelah masa kejayaannya yang berlangsung hingga 2002, nama Sonia mulai meredup. Padahal, ia adalah salah satu penyanyi Indonesia yang berhasil menembus pasar internasional dengan genre slow rock melayu.
6. Yelse: Diva Slow Rock dengan Nada Tinggi
Tanah Minang memang tidak pernah kehabisan penyanyi berkualitas. Yelse berasal dari Pasaman, Sumatera Barat, dikenal karena kemampuan vokalnya yang luar biasa, mampu mencapai nada Bb5 dengan stabil.
Lagu-lagunya seperti Setia Menanti dan Bayangan Cinta menunjukkan bahwa ia adalah salah satu penyanyi slow rock terbaik Indonesia.
Baca juga: Mengenal Ali Radio, Supergroup yang Mendadak Viral di Media Sosial
Selain karier solonya yang gemilang, Yelse juga kerap berkolaborasi dengan musisi lain seperti Thomas Arya dan Anton, memperkaya genre slow rock melayu dengan warna yang unik.
Mengapa Mereka Luput dari Sejarah?
Nama-nama ini kerap diabaikan dalam sejarah musik Indonesia karena berbagai alasan. Salah satunya adalah dominasi genre pop dan dangdut yang lebih populer di media arus utama.
Selain itu, gaya bermusik mereka yang sering disalahartikan sebagai “Malaysia-sentris” membuat mereka kurang diakui sebagai seniman asli Indonesia.
Namun, karya-karya mereka tetap hidup, terutama di kalangan penggemar setia yang mengapresiasi keindahan melodi dan lirik mereka.
Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini