jurnalistika.id- Saat bulan Ramadhan, kita akan banyak menjumpai berbagai aneka makanan dan minuman serta buah-buahan untuk takjil berbuka puasa. Salah satunya buah timun suri yang merupakan buah khas bulan Ramadhan.
Timun Suri biasa dijual atau dijumpai di pasar-pasar tradisional. Buah bertekstur lembut ini biasanya dijadikan toping pada minuman dingin untuk menghilangkan dahaga setelah seharian penuh berpuasa.
Buah yang satu ini diketahui masih ada famili dengan buah labu kuning atau dikenal juga dengan nama latin cucurbitaceae. Biasanya timun suri dihargai sekitar Rp 7.000 hingga Rp 10.000, tergantung ukuran dan kualitas buahnya.
Alasan timun suri selalu ada saat bulan puasa saja
Buah ini identik dengan warna kuning dan hampir menyerupai timun, namun dari segi bentuk agak sedikit lebih besar dibandingkan timun. Sebenarnya buah ini bukanlah buah langka yang hanya tumbuh saat bulan Ramdhan saja.
Timun suri bisa tumbuh dan berbuah hampir sepanjang tahun. Jadi tidak perlu menunggu musim tertentu untuk menanam buah ini .
Namun hal unik yang menjadi kebiasaan masyarakat di Indonesia adalah menanam atau menjual buah timun suri ketika bulan puasa saja. Masyarakat juga cenderung suka mengonsumsi timun suri hanya ketika dibulan ini.
Hal tersebut semata-mata karena permintaan pasar, yang mana ketika para pedagang menjual timun suri saat di bulan Ramadhan, otomatis omset keuntungan menjadi naik.
Di samping itu buah ini mudah diolah menjadi berbagai kudapan segar untuk berbuka puasa. Umumnya orang-orang akan membuat es timun suri dengan variasi menarik lainnya.
Jadi sudah jelas ya, timun suri tidak hanya muncul saat bulan Ramadhan saja. Kita pun bisa menanam buah ini dibulan apa saja asalkan menanam dengan baik dan benar agar buah ini cepat tumbuh serta berbuah.
Baca berita dan ikuti jurnalistika di Google News, klik di Sini.
Fareza (internship)
