jurnalistika.id – Banyak orang tua kesulitan mengatasi anak yang tidak mau makan. Di usia pertumbuhannya yang membutuhkan banyak nutrisi, berbagai cara dilakukan orang tua untuk menjaga mood anak. Menghidangkan makanan kesukaannya menjadi salah satu cara agar si kecil tetap mau makan.
Anak masih belum mengerti porsi makan, dan orang tua yang mengatur porsinya. Tapi, seringkali orang tua tidak melihat kebutuhan anak dan tetap memaksa apa yang menurut mereka baik. Padahal anak punya kemampuan untuk tahu kapan mereka lapar dan kenyang.
Hal tersebut menciptakan hubungan yang tidak sehat antara anak dengan makanan, sehingga memunculkan rasa trauma yang berujung pada gangguan perilaku makan.
Seorang spesialis anak dari RS Graha Juanda, dr. Ajeng Indriastari menjelaskan, orang tua harus memahami konsep feeding rules (jadwal makan, lingkungan, dan prosedur makan anak) untuk membentuk bonding yang baik antara anak dan orang tua.
Trauma makan bisa juga disebabkan karena cara pemberian makan pada anak. Biasanya orang tua tidak cukup sabar dalam memberikan makan. Akibatnya, anak sering dipaksa membuka mulut dan menyuapi dalam keadaan anak tidak ingin makan.
Banyak orang tua yang ingin asupan gizi si kecil terpenuhi, dengan memberikan berbagai macam makanan yang dicampur, karena diyakini menjadi makanan paling sehat buat anak. Tapi, kebanyakan orang tua lupa mencicipi rasanya, ketika tidak enak bisa menjadi trauma makan untuk anak.
Selain menyajikan makanan yang kreatif, rasa yang enak juga perlu untuk meningkatkan nafsu makan anak. Untuk mendukung terpenuhinya gizi dan nutrisi anak, Madu Gizidat bisa menjadi solusi tambahan yang dilengkapi dengan manfaat lain, seperti membantu ketahanan tubuh si kecil.
Kebaikan dan manfaat dari madu hutan alami yang dicampur ekstrak temulawak dan ekstrak ikan sidat mendorong daya nafsu makan anak dan menjadi nutrisi pelengkap yang tepat untuk membantu proses kembang anak.
dr. Ajeng Indriastari menambahkan, jika orang tua terlambat mengatasi trauma makan anak, khawatir terjadi weight plotter dan bisa terjadi gangguan pertumbuhan dan berbicara. Dalam jangka panjang bisa mengakibatkan stunting, mengganggu kualitas hidup anak, dan mempengaruhi kecerdasan otak anak.
“Setiap anak itu unik, sehingga pendekatan makan perlu disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi psikis anak masing-masing. jangan pernah memaksa dan memarahi anak yang tidak mau makan,” tutupnya.
Baca berita jurnalistika.id lainnya di Google News, klik di sini.
)*penulis: Arum Pusporini