jurnalistika.id – Korea Selatan (Korsel) segera mengerahkan sistem senjata laser untuk menghadang drone Korea Utara (Korut).
Badan Administrasi Program Akuisisi Pertahanan akan menerapkan setidaknya satu sistem senjata laser anti-udara Block-I pada akhir tahun ini, dengan lebih banyak lagi yang akan menyusul.
Sistem Block-I yang dikembangkan oleh Hanwha Aerospace ini mampu meluncurkan serangan presisi terhadap drone kecil dan multi-kopter dengan biaya 2.000 won (sekitar Rp23.000) per tembakan.
Seorang pejabat agensi yang tidak ingin disebutkan namanya menyebut ancaman dari drone Korea Utara sebagai alasan percepatan penerapan senjata laser ini.
Baca juga: Fatwa MUI: Muslim Wajib Dukung Palestina, Haram Pro Israel
“Kita berhadapan langsung dengan Korea Utara dan pesawat nirawaknya merupakan ancaman nyata bagi kita. Oleh karena itu kita bermaksud untuk segera membangun dan menyebarkan senjata laser untuk menghadapi mereka,” kata seorang pejabat lembaga tersebut.
Ia mengatakan bahwa negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Israel lebih maju dari Korea Selatan dalam teknologi senjata laser. Tetapi fokus utama mereka adalah pada senjata laser berdaya tinggi yang dapat menembak jatuh rudal balistik yang datang.
Korea Selatan juga berharap untuk mengembangkan senjata laser antirudal tersebut. Oleh badan pengadaan pertahanannya ini disebut sebagai “pengubah permainan” dalam lingkungan pertempuran masa depan.
Korut telah secara berkala menerbangkan drone melintasi perbatasan dengan Korea Selatan selama bertahun-tahun.
Pada Desember 2022, Korsel menuduh Korut mengirim drone untuk pertama kalinya dalam lima tahun. Tetapi gagal menembak jatuh drone tersebut meski telah melepaskan tembakan peringatan dan mengerahkan jet tempur serta helikopter.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, pada Desember 2023 berjanji untuk memperkenalkan berbagai jenis peralatan tempur tak berawak. Termasuk drone serang, untuk tahun 2024.
Para ahli asing percaya Kim melihat drone sebagai cara yang hemat biaya untuk menimbulkan kekhawatiran keamanan dan perpecahan internal di Korea Selatan.
Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini
