Jurnalistika
Loading...

Kenapa Orang Suka Pamer Kemewahan? Ini Kata Psikolog

  • Arief Rahman

    09 Mar 2023 | 17:15 WIB

    Bagikan:

image

Ilustrasi pamer kemewahan (Pixabay/StockSnap)

jurnalistika.id – Belakangan ini perilaku pamer kemewahan tengah menjadi topik hangat di tengah publik. Ditambah adanya kasus keluarga pejabat negara yang saat ini menjadi sorotan karena dinilai suka pamer kekayaan di media sosial.

Psikolog dan Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra menjelaskan, kebiasaan seseorang pamer kemewahan cenderung memiliki perasaan jiwa yang sedang tidak baik dalam kesehariannya. Menurutnya, perilaku itu muncul karena pelaku ingin mengurangi rasa sakit.

“Orang yang senang hidup bermewah-mewahan menganut hedonism yaitu hidup mengejar pleasure atau kesenangan. Hedonism ini muncul biasanya ingin mengurangi rasa sakit (pain) dalam jiwanya,” kata Novi, Kamis, (9/3/2023), dikutip Antara.

Baca juga: 5 Tips Kuliah Sambil Kerja Bagi Mahasiswa Kelas Karyawan agar Konsisten

Novi membeberkan contoh rasa sakit tersebut adalah rasa kelelahan. Bisa juga karena merasa kehilangan makna hidup, hingga rasa bersalah lainya yang muncul.

Lingkungan Jadi Pengaruh Suka Pamer Kemewahan

Lebih lanjut, Novi menerangkan selain gaya hidup, lingkungan juga berpengaruh terhadap perilaku seseorang yang suka memamerkan kehidupan mewah. Begitupun dengan mereka yang suka mempertontonkannya melalui jejaring media sosial pribadi.

Menurut dia, ketika orang seperti itu menemukan lingkungan yang sesuai, maka perilaku hedonism akan semakin memperkuat. Hal itu karena adanya penguatan positif.

“Jadi selain gaya hidup karena cara berpikir, maka lingkungan dia yang ‘sama’ membuat perilaku hedonism ini semakin menguat. Dalam teori behavioristik, adanya reinforcement (penguatan) positif dari lingkungan akan memperkuat sebuah perilaku,” tuturnya.

Ada 4 Hormon untuk Membenahi

Novi menerangkan terdapat empat hormon yang harus dihidupkan agar bisa membenahi hal tersebut. Sekaligus juga untuk mendapatkan jiwa yang bahagia dalam kehidupan sehari-hari.

Mulai dari dopamine yang bertujuan meneruskan langkah positif untuk meraih pencapaian yang diimpikan dalam kehidupan. Lalu ada oksitosin, hormon ini berguna untuk menghadirkan rasa cinta, kasih sayang, empatik, dan juga rasa penerimaan yang tulus.

Setelah itu, terdapat hormon yang disebut serotonin yang menghidupkan rasa bermakna dan bermanfaat bagi orang lain. Misalnya, kegiatan sosial, menjadi relawan dan lain sebagainya.

Hormon terakhir disebut endorphin atau sebuah kegembiraan yang lepas. Novi mengatakan keempatnya harus saling melengkapi.

“Nah, jika ada yang kurang dari yang di atas, maka tidak tercipta kebahagian. Maka ia akan sakit jiwanya dan mereka harus mengejar kesenangan dengan hedonism, yang sering orang awam sebut kebahagiaan semu,” ungkap Novi.

Dia menambahkan, keempat hormon itu tidak hanya berlaku bagi masyarakat biasa. Tetapi juga perlu dihidupkan bagi seorang pejabat yang kini sedang menjadi sorotan dengan berbagai kehidupan mewahnya. Apalagi tindakan tersebut sering ditampilkan melalui media sosial.

Novi menyayangkan ketika ada pejabat yang dengan sengaja menampilkan kehidupan mewah. Karena menurut dia, pelayan publik justru harus mencerminkan kondisi masyarakat yang saat ini sedang berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang layak.

“Saya kira pejabat harus jadi pemimpin. Pemimpin berarti hidup dengan gagasannya dan tindakannya yang menginspirasi. Otomatis value hidupnya ini, maka mereka akan tidak bersandar pada kehidupan materialistis,” katanya.

Baca berita lainnya di Google News, klik di Sini.

(arn/red)

pamer kemewahan

Pejabat


Konten Sponsor

Populer

3 Hakim MK Dissenting Opinion untuk Putusan Sengketa Pilpres 2024, Apa Itu?
Tentang Kami
Karir
Kebijakan Privasi
Pedoman Media Siber
Kontak Kami