jurnalistika.id – Burhanuddin Mohammad Diah atau lebih dikenal sebagai B.M. Diah adalah seorang tokoh penting dalam sejarah pers dan pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Ia tidak hanya dikenal sebagai seorang jurnalis, tetapi juga sebagai pejuang kemerdekaan yang berani. Kiprahnya di dunia jurnalistik dan diplomasi menjadikan namanya abadi sebagai pahlawan nasional yang berjasa besar bagi Indonesia, terutama dalam menyelamatkan naskah asli Proklamasi Kemerdekaan.
Berikut adalah ulasan lengkap mengenai perjalanan hidup, perjuangan, dan kontribusi besar B.M. Diah.
Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Melanaie dari esi.kemdikbud.go.id, B.M. Diah lahir di Kotaraja, yang kini dikenal sebagai Banda Aceh, pada tanggal 7 April 1917. Di usia mudanya, Diah telah menunjukkan kecintaannya pada dunia jurnalistik.
Tak lama ia pun segera terlibat dalam berbagai media yang berpengaruh pada zamannya. Karier jurnalistiknya dimulai saat ia menjadi Wakil Pemimpin Redaksi di surat kabar Medan Sinar Deli pada tahun 1937-1938, dilanjutkan sebagai Wakil Pemimpin Redaksi Warta Harian Jakarta pada tahun 1938-1939.
Baca juga: Daftar 19 Pahlawan Indonesia Zaman Perjuangan Kemerdekaan
Perjalanan Diah di dunia pers semakin meluas ketika ia dipercaya memimpin bagian pers Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta pada tahun 1939-1942.
Kemampuannya mengelola media dan mempengaruhi opini publik menjadikan B.M. Diah sebagai salah satu figur penting dalam penyebaran informasi dan semangat kemerdekaan.
Peran Diah di Masa Pendudukan Jepang
Ketika Jepang menduduki Indonesia, Diah tetap aktif di dunia jurnalistik. Ia diangkat menjadi Wakil Pemimpin Redaksi surat kabar Asia Raya, salah satu surat kabar yang terbit di Jakarta.
Selama periode pendudukan ini, Diah dicurigai oleh otoritas Jepang sebagai seorang mata-mata, karena aktivitas bawah tanahnya yang berhubungan dengan pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Kecurigaan ini membuatnya ditahan oleh militer Jepang pada Januari 1943. Ia bahkan dijatuhi vonis mati. Namun, vonis ini tidak dilaksanakan berkat intervensi Soekarno, yang melihat potensi besar Diah dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Kiprah Sebagai Jurnalis dan Pendiri Surat Kabar Merdeka
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, B.M. Diah memainkan peran penting dalam penyebaran berita kemerdekaan kepada masyarakat luas. Ia dipercaya oleh Mohammad Hatta untuk menyebarkan berita proklamasi ke seluruh pelosok Nusantara.
Melalui surat kabar Merdeka yang didirikannya pada 1 Oktober 1945, Diah menyebarkan berita-berita penting tentang kemerdekaan dan perjuangan mempertahankan kedaulatan negara.
Baca juga: Link Download Logo, Template Desain, dan Pedoman Hari Pahlawan 2024
Sebagai pemimpin redaksi, Diah menjadikan Merdeka sebagai suara rakyat Indonesia yang penuh semangat patriotisme. Surat kabar ini menjadi salah satu media yang mengobarkan semangat perjuangan rakyat dalam menghadapi kolonial Belanda yang berupaya kembali menguasai Indonesia.
B.M. Diah dan Penyimpanan Naskah Asli Proklamasi
Salah satu kontribusi besar B.M. Diah yang tak terlupakan adalah perannya dalam menyelamatkan naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Teks Proklamasi, yang sebelumnya ditulis tangan oleh Soekarno dan kemudian diketik oleh Sayuti Melik, hampir hilang dalam sejarah karena situasi kacau saat itu.
Namun, Diah dengan inisiatif pribadinya menyimpan naskah asli tersebut, yang akhirnya menjadi bukti autentik dari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Keberanian dan ketekunan Diah dalam menyimpan naskah ini memberikan jasa besar bagi bangsa, karena naskah tersebut tetap terlindungi hingga kini.
Pandangan Politik dan Hubungan dengan Belanda
B.M. Diah dikenal sebagai sosok yang berpikiran maju dan memiliki pandangan politik yang luas. Dalam sebuah artikel berjudul “Het Vrije Volk” (Rakyat yang Merdeka), Diah menuliskan gagasannya tentang pentingnya persatuan antara Timur dan Barat serta upaya diplomasi untuk memperkuat hubungan dengan Belanda.
Menurutnya, perlawanan Indonesia terhadap Belanda bukanlah bentuk kebencian, melainkan tuntutan perbaikan sistem supremasi yang diterapkan oleh kolonial.
Baca juga: Lengkap! Susunan Upacara Bendera Hari Pahlawan 2024 Sesuai Aturan Kemsos
Ia juga melihat bahwa diplomasi dengan negara-negara Barat penting bagi perkembangan dan stabilitas politik Indonesia di kancah dunia.
Selain sebagai jurnalis, B.M. Diah juga terlibat dalam pemerintahan Republik Indonesia. Ia menjabat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada periode 1945-1950, serta menjadi anggota Parlemen RI pada tahun 1953-1955.
Keaktifannya di dunia politik menjadikannya salah satu figur penting dalam proses pembentukan dan penguatan pemerintahan Indonesia yang baru merdeka.
Pada tahun 1959-1960, B.M. Diah diangkat sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Cekoslowakia dan Hungaria. Selain itu, ia juga pernah menjadi Duta Besar RI di Inggris dan Thailand. Di kancah internasional, ia memperjuangkan kepentingan Indonesia serta berupaya membangun hubungan yang baik dengan negara-negara asing.
Menjadi Menteri Penerangan dalam Kabinet Ampera
Kiprah B.M. Diah dalam pemerintahan semakin besar ketika ia diangkat sebagai Menteri Penerangan dalam Kabinet Ampera.
Sebagai Menteri Penerangan, ia memanfaatkan posisinya untuk memperbaiki sistem komunikasi dan penyebaran informasi di Indonesia, yang masih terbatas saat itu.
Diah berperan dalam memperkuat sektor media di Indonesia, sehingga pers nasional mampu berfungsi sebagai jembatan informasi yang lebih baik antara pemerintah dan masyarakat.
Akhir Hayat dan Warisan yang Ditinggalkan
B.M. Diah wafat pada 10 Juni 1996 di Jakarta setelah mengalami komplikasi penyakit stroke dan gagal liver. Jasa-jasanya dalam dunia jurnalistik, pergerakan kemerdekaan, dan pemerintahan membuatnya dikenang sebagai seorang pahlawan nasional yang tak terlupakan.
Diah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan upacara militer yang menghormati pengabdiannya bagi bangsa dan negara.
Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini