jurnalistika.id – Paus Fransiskus datang ke Indonesia untuk melakukan berbagai kegiatan. Pemimpin gereja Katolik dunia ini telah tiba di Tanah Air pada Selasa (3/9/2024), mendarat di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten
Fransiskus (lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio pada 17 Desember 1936, di Buenos Aires, Argentina) adalah pemimpin Gereja Katolik Roma yang ke-266. Saat ini ia menjabat sebagai Paus.
Ia mencatat sejarah sebagai paus pertama yang berasal dari Amerika Selatan, Belahan Bumi Barat, serta ordo Jesuit. Terpilih pada tahun 2013, kepemimpinannya menandai era baru bagi gereja dengan berbagai reformasi yang mencerminkan nilai-nilai kerendahan hati dan perhatian terhadap lingkungan serta kaum miskin.
Latar Belakang dan Perjalanan Menuju Kepausan
Fransiskus lahir di tengah keluarga imigran Italia di Argentina. Sejak muda, ia menunjukkan minat pada teologi dan pelayanan sosial.
Pada tahun 1958, Bergoglio bergabung dengan ordo Jesuit dan ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1969. Dalam perjalanan kariernya di gereja, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang sederhana, berdedikasi, dan memiliki pandangan progresif.
Pada bulan Februari 2013, Paus Benediktus XVI secara mengejutkan mengumumkan pengunduran dirinya. Hal ini menjadikannya paus pertama yang mundur dalam lebih dari 600 tahun.
Baca juga: Simak Daftar Rekayasa Lalu Lintas Selama Kunjungan Paus Fransiskus di Jakarta
Pengunduran diri ini membuka jalan bagi konklaf yang kemudian memilih Bergoglio sebagai paus pada 13 Maret 2013. Ia memilih nama Fransiskus untuk menghormati Santo Fransiskus dari Assisi, yang dikenal karena dedikasinya kepada kaum miskin dan upaya perdamaian.
Pilihan nama ini juga mencerminkan keinginannya untuk membawa gereja kembali ke akar kerendahan hati dan pelayanan.
Reformasi dan Prestasi Paus Fransiskus
Sejak awal masa kepausannya, Paus Fransiskus telah memperkenalkan berbagai reformasi signifikan di Gereja Katolik. Salah satu prestasi utamanya adalah penerbitan ensiklik Laudato si’ pada tahun 2015.
Dalam ensiklik ini, ia mengangkat isu krisis iklim dan pentingnya tanggung jawab manusia dalam menjaga lingkungan. Laudato si’ menjadi seruan global bagi perlindungan planet bumi, yang tidak hanya ditujukan kepada umat Katolik, tetapi kepada seluruh umat manusia.
Selain itu, Paus Fransiskus juga dikenal karena upayanya dalam mempromosikan persatuan antarumat beragama. Ia sering mengajak umat non-Katolik dan bahkan non-Kristen untuk berdialog dan bekerja sama demi kebaikan bersama.
Salah satu momen bersejarah adalah pertemuannya dengan Imam Besar Al-Azhar, Ahmed el-Tayeb, pada tahun 2019 di Abu Dhabi. Pertemuan ini menghasilkan Deklarasi Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama.
Paus Fransiskus juga mengambil langkah-langkah penting dalam menanggapi krisis pelecehan seksual di dalam gereja. Pada tahun 2019, ia mengadakan pertemuan puncak global di Vatikan yang membahas perlindungan anak-anak di gereja.
Dalam berbagai kesempatan, ia telah menyampaikan permintaan maaf kepada para penyintas pelecehan dan menegaskan komitmen gereja untuk mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan.
Tantangan serta Kritik
Meskipun banyak yang memuji langkah-langkah Paus Fransiskus, ia juga menghadapi kritik, terutama dari kalangan tradisionalis. Mereka menganggap bahwa beberapa reformasi yang dilakukan terlalu liberal dan bertentangan dengan ajaran gereja yang konservatif.
Salah satu contohnya adalah ketika ia menyatakan bahwa Kristus telah “menebus kita semua,” bahkan mereka yang non-Katolik, yang kemudian memicu kontroversi di kalangan tradisionalis.
Namun demikian, Paus Fransiskus tetap teguh pada prinsipnya untuk menjadikan gereja lebih inklusif dan lebih peduli pada isu-isu sosial. Ia percaya bahwa gereja harus menjadi tempat perlindungan bagi semua orang, terutama mereka yang terpinggirkan.
Paus Fransiskus adalah sosok pemimpin yang membawa angin perubahan di Gereja Katolik Roma. Dengan pendekatannya yang rendah hati dan inklusif, ia telah memperkenalkan berbagai reformasi yang relevan dengan tantangan zaman modern.
Meski di tengah berbagai kritik dan tantangan, Paus Fransiskus terus berupaya menjadikan gereja sebagai kekuatan positif bagi perdamaian, keadilan, dan perlindungan lingkungan di dunia.
Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini