jurnalistika.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena alam La Nina akan melanda Indonesia mulai Juli 2024 nanti. Pasalnya, El Nino yang telah menghantam Indonesia sejak akhir tahun lalu akan segera menuju masa netral.
“El Nino diperkirakan akan segera menuju netral pada periode Mei, Juni, Juli, 2024,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers virtual.
Lantas Apa itu El Nina dan Efek Buruknya?
La Nina adalah fenomena alam yang terjadi ketika Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami penurunan di bawah suhu normalnya.
Efek pendinginan ini menciptakan kondisi yang menghambat pertumbuhan awan di wilayah tersebut. Sementara meningkatkan curah hujan di sekitar Indonesia secara umum.
Baca juga: Menaker Imbau Perusahaan Berikan THR Karyawan Lebih Awal dan Tidak Boleh Dicicil
Dalam bahasa Spanyol La Nina artinya Gadis Kecil, juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti El Viejo, anti-El Niño, atau hanya disebut sebagai ‘peristiwa dingin’.
Salah satu dampak buruk dari La Nina menurut perkiraan BMKG adalah potensi peningkatan curah hujan yang ekstrem di beberapa wilayah. Sehingga bisa menyebabkan banjir dan longsor.
Hal ini dapat mengakibatkan kerugian bagi lahan pertanian, infrastruktur, dan menyebabkan gangguan pada kehidupan sehari-hari masyarakat.
Selain itu, La Nina juga dapat mengganggu aktivitas pelayaran dan transportasi laut, karena perubahan pola angin dan gelombang laut yang tidak stabil.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menghimbau semua pihak agar mewaspadai peningkatan curah hujan. Seperti mengoptimalkan penyimpanan air pada akhir musim hujan.
“Pemerintah daerah dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan,” katanya.
Baca juga: Musim Banjir, BMKG Ingatkan Potensi Hujan Lebat Terjadi di Sejumlah Provinsi
Dwikorita juga menilai perlu adanya tindakan antisipasi pada wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau yang lebih basah dari biasanya.
“Terutama untuk tanaman pertanian atau hortikultura yang sensitif terhadap curah hujan tinggi,” pungkasnya.
Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.