jurnalistika.id – Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti, menyatakan bahwa larangan penjualan iPhone 16 di Indonesia dapat menjadi pendorong bagi Apple untuk membuka pabrik manufaktur di tanah air.
Menurutnya, kebijakan ini berpotensi membawa dampak positif jangka panjang bagi industri dalam negeri.
Esther menjelaskan dengan kekuatan demografi yang besar dan potensi pasar yang menjanjikan, Indonesia menjadi lokasi strategis bagi perusahaan besar seperti Apple untuk berinvestasi.
Baca juga: Belum Penuhi Syarat TKDN Jadi Alasan Apple Belum Bisa Jual iPhone 16 di Indonesia
Namun, ia menekankan agar pemerintah bersikap konsisten dalam melaksanakan kebijakan tersebut.
“Asal pemerintah konsisten, kalau sudah melarang jangan nanti lewat jalur belakang,” ujar Esther saat dihubungi di Jakarta, Selasa (5/10/2024) dikutip dari Antara.
Jika Apple memutuskan untuk membangun pabrik di Indonesia, Esther yakin hal ini akan membuka jalan bagi investor lain. Khususnya di sektor elektronik.
Hal itu mampu menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
“Jadi kalau Apple itu bisa investasi di Indonesia, saya rasa industri pendukungnya juga akan ikut,” tambahnya.
iPhone 16 Dilarang Dijual di Indonesia
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) saat ini berencana menonaktifkan nomor International Mobile Equipment Identity (IMEI) pada iPhone 16 yang dijual di pasar domestik, karena Apple belum memenuhi komitmen investasi terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), yang menjadi syarat berjualan di Indonesia.
Sebelumnya, Apple telah berkomitmen untuk berinvestasi melalui pembangunan Apple Academy di Indonesia dengan nilai sekitar Rp1,71 triliun.
Baca juga: Apple Resmi Rilis iPhone 16, Cek Kecanggihan Baru hingga Harganya!
Namun, hingga kini Apple baru merealisasikan investasi sebesar Rp1,48 triliun, menyisakan kekurangan Rp240 miliar yang belum terpenuhi.
Saat ini, iPhone 16 hanya diperbolehkan masuk untuk penggunaan pribadi para penumpang yang membawanya dari luar negeri.
Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini.