jurnalistika.id – CEO Meta, Mark Zuckerberg, memprediksi pada tahun 2030, dominasi smartphone akan memudar dan digantikan oleh perangkat lain seperti kacamata pintar (smartglasses).
Ia menyebutkan, ke depan perangkat ini akan mampu menggantikan banyak fungsi yang saat ini dilakukan oleh smartphone. Sehingga dapat menjadikannya teknologi yang lebih praktis dan serbaguna.
Sementara itu, pemilik media sosial X (dulunya Twitter) Elon Musk, sekaligus pengusaha teknologi terkemuka dan pendiri Neuralink, punya pandangan yang lebih revolusioner.
Baca juga: Spotify Kini Ada di Instagram, Pengguna Bisa Tambah Lagu ke Pustaka Sekali Ketuk
Menurutnya, smartphone akan digantikan oleh chip otak yang memungkinkan manusia terhubung dengan perangkat digital tanpa perlu menggunakan perangkat fisik.
Teknologi ini sudah mulai diuji pada pasien lumpuh, yang bisa mengendalikan perangkat hanya dengan pikiran mereka.
Sejumlah Negara Terapkan Pembatasan Ponsel
Ungakapan dari kedua pengusaha teknologi itu sejalan dengan adanya pembatasan smartphone di beberapa negara. Misalnya, pemerintah Inggris saat ini sedang mempertimbangkan langkah besar untuk membatasi penggunaan smartphone di kalangan anak muda.
Rancangan Undang-Undang (RUU) terkait pembatasan ini telah diajukan oleh Partai Buruh pada 16 Oktober 2024. Lalu dijadwalkan akan dibahas lebih lanjut pada 7 Maret 2025.
Meski demikian, rincian terkait aturan ini masih belum sepenuhnya diungkap ke publik.
Salah satu poin utama yang telah muncul dari RUU ini adalah pembatasan penggunaan smartphone di lingkungan sekolah, serta peningkatan batas usia yang mengatur kapan anak-anak dapat memberikan izin penggunaan data mereka oleh platform media sosial.
Baca juga: YouTube Uji Coba Paket Premium Lite di Tiga Negara, Termasuk Australia
Josh MacAllister, seorang anggota parlemen yang turut mengajukan RUU tersebut, mengungkapkan bahwa aturan ini diharapkan bisa melindungi anak-anak dari efek negatif yang ditimbulkan oleh fitur adiktif di media sosial.
Tak hanya itu, Departemen Pendidikan Inggris juga sebelumnya telah mengeluarkan panduan bagi sekolah. Di dalamnya terdapat perintah menerapkan kebijakan larangan ponsel selama jam sekolah, termasuk saat jam istirahat dan makan siang.
Namun, meskipun sudah ada kebijakan, laporan dari think-tank Policy Exchange menunjukkan bahwa hanya 11 persen sekolah menengah di Inggris yang benar-benar melarang siswa membawa ponsel ke sekolah atau menguncinya selama pelajaran berlangsung.
Pro dan Kontra Larangan HP
Sejumlah pihak menyambut baik wacana pelarangan ini. Terutama kelompok-kelompok yang peduli terhadap kesehatan mental anak muda.
Organisasi seperti Smartphone Free Childhood mendorong orang tua untuk menunda pemberian ponsel kepada anak-anak mereka hingga usia 13 tahun ke atas. Mereka yakin langkah ini dapat membantu mencegah dampak negatif dari penggunaan teknologi pada usia dini.
Namun, tak sedikit juga para ahli yang skeptis terhadap kebijakan ini. Profesor Sonia Livingstone dari London School of Economics menyatakan hingga kini masih minim bukti konkret mengenai dampak positif dari larangan penggunaan ponsel di sekolah.
Menurutnya, meskipun ponsel dianggap sebagai penyebab masalah seperti bullying, ada banyak faktor lain yang mempengaruhi. Termasuk kurangnya dukungan layanan kesehatan mental dan kondisi kerja guru yang sering diabaikan.
Walaupun prediksi tentang berakhirnya era smartphone terus bermunculan, realitasnya perangkat ini masih menjadi bagian penting dari kehidupan modern.
Sebelumnya, banyak yang memprediksi bahwa jam tangan pintar (smartwatch) akan menggantikan smartphone. Namun hingga saat ini, smartwatch hanya berfungsi sebagai pelengkap, bukan pengganti utama.
Apakah hal yang sama akan terjadi pada kacamata pintar atau chip otak, masih harus kita lihat di masa depan.
Pembatasan penggunaan smartphone di kalangan anak muda mungkin dapat memberi dampak positif. Tetapi masih diperlukan kajian lebih dalam terkait efektivitas kebijakan tersebut.
Di sisi lain, masa depan teknologi komunikasi terus bergerak maju, dengan berbagai inovasi yang mungkin suatu hari akan menggantikan peran smartphone dalam kehidupan kita sehari-hari.
Baca berita Jurnalistika lainnya di Google News, klik di sini